Chapter 2

2.4K 394 80
                                    

Buagg—

"Lagi-lagi.." Atsumu menghela napas, sedikit kesal? Tentunya, sudah lima kali spike Osamu terlihat melemah dan selalu terkena blok dari Suna.

"Osamu!" Panggil Atsumu. Osamu menghampiri Atsumu, "Apa?" dan menanggapi dengan singkat.

"Kenapa spike lu lemah? Lu sakit? Ato apaan? Gw lagi ga napsu buat gelud jadi gw tanya doang.." Osamu menggeleng, sedikit tersinggung dengan kata-kata 'lemah' yang ditujukan pada dirinya namun raut nya yang datar sudah cukup untuk menutupi rasa tersinggung nya.

"Terus kenapa? Ga biasanya loh..ini juga udah ke-tiga kali nya lu kek gini.." Atsumu semakin memanaskan keadaan, "Ngga ngga.. kalo gw sakit, gw mending tiduran di UKS ato bolos daripada latihan.." ujar Osamu menghindari pertanyaan lebih dalam.

"Hmm.. kalo sakit bilang aja gw anterin balik, sekalian mau bolos.." ucap Atsumu dengan nada lirih di kata-kata terakhir, "Ekhem," dan didengar oleh sang kapten Kita Shinsuke.

"Bercanda hehe.." Atsumu memanyunkan bibirnya dengan jari telunjuknya yang saling menyatu lalu beranjak pergi.

"Gw cukup tidur kok dan selalu melakukan prosedur itu.. harusnya ga kambuh..kan?" batin Osamu sembari menyusul Atsumu dan melanjutkan latihan hingga jam istirahat.

"Lagipula 5 tahun yang lalu.. dokter sudah mengatakan jika sudah membaik kan?" batinnya.

*-*-*-*-*

"Tsum, nitip onigiri satu plis.." pinta Osamu mengangkat satu jari telunjuknya dan kembali menutup wajahnya sembari meletakkan kepalanya di atas meja, "Tumben titip? Yauda lah..bentar, Sunaa!!!" Atsumu yang melihat Suna melewati kelasnya langsung berlari kearahnya dan pergi ke kantin.

"Tumben sendiri? Osamu nya?" Atsumu hanya mengangkat bahu, "Capek mungkin.. latihan tadi lumayan nguras tenaga.." ucap Atsumu mengatakan soal kondisi Osamu menurut nya.

"Iya sih.. abis kapten Kita mau fokusin spike Osamu yang lumayan nurun belakang ini.." jelas Suna.

"Hmm.."

******

"Hm? Gw ketiduran?" Osamu perlahan membuka matanya dan melihat helai bunga dandelion yang hinggap di jari manisnya, putih dan sempurna.

"Jadi keinget yang dirumah..belom disiram.." Osamu membuka matanya lagi ketika teringat bunga dandelion yang ada di rumah belum tersentuh air sama sekali.

"Nih onigiri.." Atsumu menarik kursi didepannya dan duduk dengan santai menghadap ke arah Osamu.

"Heh, bunga nya belom disiram nyet!" Ucap Osamu sedikit panik. Entah kenapa dandelion yang berada di kamar sangat penting bagi nya, apa karena Atsumu dan dirinya sudah merawat nya selama hampir 10 sejak pertama kali dibawa di umur 8 tahun.

"Udah udah.. sebelum berangkat tadi gw udah minta tolong sama bunda buat nyiram.." Osamu menghela napas lalu mengambil onigiri yang dibelikan oleh kembaran nya kemudian memakannya.

"Bagus dah.."

"Anjay.. join boleh ga nih?" Obrolan panjang yang menyelimuti mereka membuat mereka tidak sadar akan kehadiran Suna.

"Jamkos?" Suna mengangguk dengan malas lalu meletakkan hp nya di meja.

"Samu? Heyy~" Suna melambaikan tangan tepat didepan wajah Osamu dan membuat Osamu yang terlihat melamun langsung tersadar. "Kenapa ngelamun?" Osamu menggeleng seolah enggan memberi tau.

"Btw belakangan ini spike lu lemah, kenapa?" Tanya Suna sedikit membuat Osamu tersinggung setelah mendengar kata itu sebelumnya dari mulut si pirang didepannya, "Spike doang kan? Napa dipermasalahin?" Suna dan Atsumu saling memandang dan tertawa canggung.

"Ya gapapa kan tanya doang, kali aja sebenernya lu cape cuma ga mau istirahat.." Osamu memutar bola matanya malas. "Udah gw bilang..kalo gw cape, sejak awal gw udah ijin.." ucap Osamu sedikit mengerutkan keningnya.

"Hmm eh iya lu tau ga—" dan kecanggungan itu dipecahkan oleh Suna dengan topik nya yang hangat.

*****

"Kami pulaaangg~!" Seru si miya twins itu walaupun dominan suara Atsumu terdengar.

"Selamat datang.." sambut bunda sedikit memiringkan kepala dari dapur.

"Kami pulang wahai kamar kesayangan!!" Seru Atsumu sambil menghirup udara di kamar dengan dandelion yang sudah memiliki tiga bunga di satu batang.

Osamu masuk ke kamar dan meletakkan tas nya di atas meja lalu membuka laci yang berada di bawahnya.

Surat dokter. . . Lagi?

Sejenak Osamu melirik ke arah bunga putih itu yang bergoyang mengikuti irama sang angin melepaskan satu persatu helaian bunga namun ada beberapa juga yang jatuh ke tanah. Osamu menghela napas lalu menutup kembali laci itu dan menguncinya.

"Ganti baju dulu kek! Bocah babi!" Osamu berjalan mendekati pot bunga yang sudah mulai kotor karena debu atau mungkin memang sudah kotor, bahkan tulisan nama mereka sudah tertutupi tanah yang mengeras.

"Iya bentar elah.. lagi mager.." Atsumu membalikkan badannya menjadi tengkurap tanpa mengganti baju, bahkan tas nya masih berada di punggung nya.

Osamu melakukan kebiasaan nya ketika melihat helaian bunga itu jatuh, menguburnya dengan tanah yang ada di pot lalu menyemprotkan air disana. Berharap ada kehidupan baru untuk helaian yang jatuh itu.

"Ngga bisa terbang bukan berarti ngga bisa bebas kayak mereka.." ucap Osamu pada bunga itu dan mendapat jawaban dengan sehelai dandelion terhembus angin dan mengenai ujung hidungnya.

DandelionsWhere stories live. Discover now