"Syala!" Helly dan Jesslyn menghampiri Arsyala yang sedang menangis kesakitan sambil memegang tangan kanannya.

Kedua sahabatnya Arsyala tak terima atas apa yang diterima gadis Bramasta itu.

"Dasar sinting!" hina Jesslyn menatap Airin tajam.

Gadis Sanjaya yang sedang menyamar menjadi Raveena itupun menghampiri Jesslyn dan berbisik, "Bilangin sama temen lo yang sok berkuasa, jangan macam-macam sama gue kalo leher cantiknya gak mau patah di tangan gue." Jesslyn terkejut mendengar perkataan Airin yang begitu dingin, menusuk dan sedang mengancam sahabatnya.

"Lo ngancam teman gue, hah?!" Helly menggertak Airin. Dia mendengar semua kata-kata Airin walaupun samar.

"Nope ... Gue cuma mau ngasih tau kalo kalian bukan tandingan seorang Airin Raveena," balas Airin sarkastik.

Tak lama beberapa guru menerobos kerumunan, betapa terkejutnya mereka melihat kelas yang berantakan, serta wajah empat gadis itu yang bonyok sehabis berantem, dan suara tangisan Arsyala menahan sakit.

"Siapa yang mulai ini duluan?!" tanya guru laki-laki botak, kumis tebal dan perut buncit dengan tampang galaknya. Pak Endang, guru kimia yang killernya minta ampun.

"Ya ilah, si Bapak telat banget datangnya, giliran udah selesai baru datang," sahut Haechan pelan, mana berani dia ngomong kencang-kencang entar yang ada malah kena hukuman.

"Dia, Pak, yang mulai duluan!" seru beberapa siswi menunjuk Airin.

Airin menatap mereka tajam, menghafal wajah siswi itu untuk membalas tuduhan yang tidak sesuai dengan faktanya.

"Kalian berempat ikut Ibu!" titah seorang guru berusia sekitar 25 tahun, Bu Anya, guru BK di Sanjaya Internasional School.

Arsyala, Jesslyn, dan Helly pergi ke ruang BK terlebih dahulu bersama Bu Anya, sedangkan Airin pergi ke kantor kepala sekolah bersama Pak Endang.

Sesampainya di kantor kepala sekolah, Airin duduk berhadapan dengan pria bertubuh atletis dan juga tampan meski rambutnya sudah memutih.

"Airin, kamu baru dua hari sekolah dan hari ini kamu buat masalah di sini," ucap Robert, kepala sekolah Sanjaya Internasional School.

"Mereka duluan yang ngusik ketenangan gue!"

"Ini sekolahan Airin bukan di rumah, mulai sekarang kamu harus terbiasa berbicara sopan pada saya."  Robert mengingatkan anak sang pemilik sah sekolahan yang dia pimpin se-sabar mungkin.

Airin menghela nafasnya kasar. "Baiklah, gini, ya, Bapak Robert tercinta, anda tahu sendiri bahwa saya tidak akan melakukan apapun jika mereka tidak mengusik ketenangan saya. Mohon urus anak didik anda dengan benar terlebih dahulu, baru anda bisa menceramahi saya. Sekian terima kasih, saya permisi."

Gadis itu melenggang pergi dari ruangan Robert, mengabaikan kepala sekolahnya yang terus memanggil namanya.

Robert membiarkan Airin pergi, ia tidak berani menahan dan memarahi Airin yang statusnya jauh berbeda dengan gadis Sanjaya itu, Robert hanya orang yang kerja di sekolahan sebagai kepala sekolahan dan Airin adalah anak dari pemilik Sanjaya Internasional School.

☠️

Berita baru yang panas sedang ramai dibicarakan terpampang jelas di mading sekolah. Nisla mendapatkan tatapan tidak suka dari banyak orang yang berpapasan dengannya.

"Nih orang-orang, matanya mau gue colok, kali, ya, liatin gue gitu banget," monolog Nisla, merasa risih mendapat tatapan seperti itu.

"Akh!" Sebuah bola menghantam kepala Nisla.

"SIAPA YANG NGELEMPAR BOLA INI KE KEPALA GUE?!" Suara gertakan Nisla menggelegar di koridor, bisa-bisanya ada orang yang berani melempar bola ke arahnya. Nisla mengambil bola yang tadinya terlempar ke arahnya.

Dari kejauhan seorang laki-laki bertubuh tinggi yang tidak Nisla kenali mendekat ke arahnya.

"Sorry, gue gak sengaja lempar bola itu." Nisla menatap tajam pria itu, Wong Yukhei. Nama yang tertara di kemeja pria yang tadi pagi berkenalan dengannya.

Nisla berdecak kesal. "Lo bilang gak sengaja? Jarak dari lapangan kesini tuh jauh banget!"

"Lucas!" Kun memanggilnya dari kejauhan, Lucas dan Nisla ikut menoleh ke arah sumber suara.

Lucas menatap bingung ke arah bola yang dipegang Kun. "Loh, kok ada di lo sih bolanya?"

"Lo salah ngejar bola, itu bola kita woi! Yang di pegang Kun!" teriak Haechan dari sudut lapangan.

"Lah gue salah bola?" gumam Lucas menyadari bahwa itu bukan bola miliknya, bola yang dipegang Nisla ada corak merah sedangkan bola miliknya yang dipegang Kun tidak ada corak sedikit pun. Lucas membulatkan matanya sempurna, ia merebut bola yang ada di tangan Nisla, lalu menarik gadis itu pergi.

"Woi cabut woi! Ikut gue!" teriak Lucas sambil berlari, Kun dan Haechan pun ikut berlari dengannya.

Nisla yang tidak tahu apa-apa, ia menahan tangan Lucas yang terus menarik dirinya. "Lo apa-apaan sih? Lepas!"

"Aduh, jangan sekarang mending lari dulu deh ya ntar aja kalo mau marah-marah!" ujar Lucas tanpa melepaskan tangannya dari pergelangan tangan gadis itu.

Sampai di greenhouse, Lucas melepaskan tangan Nisla.

"Lo ngapain lari, sih, anjir?!" tanya Haechan seraya menetralkan deru nafasnya.

"Tau, lo! Ngapain sih lari? Udah gitu bawa anak orang lagi lo!" sambung Kun yang sama halnya dengan Haechan.

Tiga cowok itu menghirup oksigen sebanyak-banyaknya, termasuk Nisla.

"Kenapa lo bawa gue ke sini?" tanya Nisla ke Lucas.

"Bola yang kena kepala lo itu punya anak kelas 12 IPS-1 pentolan sekolah ini!" jawab Lucas terdengar heboh sendiri, padahal Nisla hanya bertanya bukan ingin mengajaknya ghibah.

"Lo tadi nantangin tuh orang, tau," kata Haechan.

"Kalo tadi lo ketemu sama dia, bisa abis lo di tangan tuh orang gila!" timpal Kun.

Nisla tidak memperdulikannya, siapa juga yang takut sama pentolan yang dimaksud Kun dan kawan-kawannya.

"Siapa namanya?" tanya Nisla.

"Hah? Apaan nama gue?" sahut Haechan mendapatkan pukulan gratis di jidat dari Lucas.

"Bodoh banget, sih, lo jadi manusia! Gemes gue jadinya." Rasanya Lucas ingin menenggelamkan Haechan saat ini juga.

"Dylon Bramasta, penguasa di sekolah ini dan Airin abis berantem sama adeknya." Nisla terkejut bukan main, bisa-bisanya ia tidak tahu masalah ini. Haechan menjelaskan semuanya ke Nisla dengan detail tak ada yang dilebihkan atau dikurangkan.

"Ok, let's see who the ruler is here, Arsyala." Senyuman tipis terbentuk sekilas dari bibir Nisla.

☞🔪•🔪•🔪•🔪•🔪•🔪•🔪•🔪•🔪☜

Vote, Coment, & Share!☞☠️•☠️•☠️•☠️•☠️•☠️•☠️•☠️•☠️☜

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Vote, Coment, & Share!
☞☠️•☠️•☠️•☠️•☠️•☠️•☠️•☠️•☠️☜

MRS. SANJAYA [ON GOING]Where stories live. Discover now