31# Will You Marry Me?

Start from the beginning
                                    

"Maksudku di setiap kesempatan.... Kau memang mempunyai kepribadian yang unik, Olie."

Gadis itu terkekeh, "Kalau dulu aku pasti akan menempelakmu seperti ini..." Tangannya bergerak mendorong Hector ke samping dengan setengah kekuatan, "Aaaah... Bohong lo! Pasti ada maunya! Ya, kan?" Lalu bibirnya yang berperona mengatup dalam senyum seksama, "Sekarang aku akan bilang.... 'Terimakasih.'"

Ia ikut mendenguskan tawa kecil, "Itu memang ungkapan yang lebih tepat."

Kenapa rasanya sekarang mereka menjadi begitu formal? Apakah benar Olie kembali memposisiskan diri sebagai ibu tirinya?

Mereka keluar dari koridor panjang itu dan sampai pada selasar lantai dua yang menghadap ke taman di tengah-tengah villa. Keluarga Barma telah menyewa sebuah villa besar di wilayah Sumur Gading yang terdekat dengan rumah pengantin wanita. Bangunan itu merupakan sebuah rumah gaya lama yang telah direnovasi. Ada banyak kamar besar di dalamnya, ruang santai yang mewah dan halaman serta taman yang luas, juga helipad di atasnya. Jaraknya hanya lima belas menit bermobil ke kediaman pengantin wanita. Dengan delapan pelayan, dua koki dan dua kontainer yang penuh memuat pernak-pernik rumah besar, mereka berhasil membuat bangunan itu layak dan sesuai untuk ditempati keluarga Barma.

Olie berhenti di birai selasar dan menatap ke kejauhan melewati atap bagian depan bangunan. Ada pemandangan bukit dan desa, jauh di balik dinding sana. Kesejukan tempat itu juga nampaknya mampu membuatnya terus tersenyum.

"Kau kelihatan gembira sekali sejak kemarin kita datang."

"Aku suka tempat ini..."

"Oh? Kukira kau lebih suka laut."

"Laut sangat indah... Tapi pegunungan juga sangat indah. Tapi yang lebih kusukai adalah kita semua di sini... berlibur bersama."

Hector mengangguk-angguk kecil, "Aku senang kau semakin menikmati menjadi bagian dari keluarga Barma."

Apakah kau juga akan senang menjadikanku bagian dari hidupmu juga, Carolina?

"Aku tidak sabar untuk sampai di Pandemanik. Kau pasti juga akan sangat senang berada di sana."

Carolina merubah arah pembicaraannya secara tiba-tiba, dan Hector merasakannya. Apakah hal itu sesuatu yang murni dan tidak disengaja karena kepolosan Olie yang biasanya, ataukah ia memaksudkan hal lain dalam caranya merubah topik? Ia sedang menghindari tema yang mungkin akan kembali disajikan Hector dalam percakapan mereka?

Mungkinkah Olie sudah menguasai seni berbicara setaraf itu? Berkelit secara halus, berbasa-basi dan menipu, serta menutupi. Mungkinkah ia mulai menjadi seperti seorang Barma sejati?

"Yah, tentu saja. Aku juga sangat menatikan keberangkatan kita ke Pandemanik."

"Kau pernah bilang ingin bertemu dan melihat seperti apa orang-orang yang telah membesarkanku."

Tepatkah jika ia meluruskan hal itu sekarang? Bahwa Olie seharusnya tetap menjadi dirinya yang sejati seperti sebelumnya. Tidak perlu menjadi seorang Barma yang penuh dengan kemunafikan. Ia gurunya, kan? Hector bisa menegaskan hal itu padanya.

"Nyonya.... "

Suara kecil seorang pelayan di puncak tangga memutus alur pikiran Hector. Mereka berdua berpaling ke arah pintu, melihat Novi yang sedikit terengah dan tampak lega menemukan majikannya kembali.

"Ya, Nov? "

"Saya diperintahkan untuk membantu Anda berpakaian. Sebentar lagi waktunya berangkat ke tempat pernikahan."

Olie berpaling kepadanya, sekali lagi menyentuh ujung rambutnya yang cepak di batas tengkuk, "Aku ke kamar dulu, kita bicara lagi nanti."

Hector mengangguk. Ia mengerdik saat Olie telah pergi. Aneh sekali. Ia sangat sering melihat Olie menyentuh ujung rambutnya seperti tadi selama beberapa hari terakhir. Wajahnya selalu menunduk setiap kali melakukannya, seperti menyembunyikan senyum malu-malu.

 GREY LOVEWhere stories live. Discover now