" Jangan terkejut gitu, gue tau dari ketos, Lo dihukum" ucap Fifah lagi.

" Hati-hati dan jaga diri Lo. Gue merasa Lo telah terjun ke dunia konflik, seharusnya Lo yang menyelesaikan konflik, tapi sekarang Lo yang terjun ke dunia konflik. Gue kepengen banget nendang Lo. Padahal kita telah berusaha mati-matian untuk menjadi bayangan, walaupun banyak godaan cogan"

Grazel menjewer kuping Ghisell dengan wajah yang gemas.

" Aw...aw..."

" Udah gue bilang dari awal, kalau gue nggak aman jika sekolah di sini " ucap Ghisell dengan cemberut.

Ghisell mengusap telinganya yang perih akibat jeweran Grazel.

" Emang Lo punya masalah apa dengan nih sekolah?" Tanya Fifah yang kepo, sungguh sebenarnya sejak Ghisell menolak sekolah di sini, Fifah sudah sangat penasaran dengan alasan Ghisell.

" Gue juga nggak tau"

Jawaban cepat Ghisell mampu membuat Fifah terdiam.

Fifah mengambil nafas panjang-panjang lalu buang. Hal ini di lakukan agar Fifah tidak membuang Ghisell ke sungai Amazon.

Ghisell meririk Adelio yang sepertinya berjalan kearah sini dengan cepat Ghisell berpamitan pada kedua sahabatnya.

" Gue baru ingat gue ada urusan lain, jadi gue pamit dulunya pay pay"

Ghisell melambaikan tangannya pada kedua sahabatnya tanpa menunggu jawaban dari mereka, Ghisell berlari menjauhi kantin.

Adelio menatap tajam punggung Ghisell.

' Menghindar HM..."

                        ....

Sekarang Ghisell telah berada di Mansion mewah milik Aliando dengan koper yang berwarna hijau, tapi anehnya kenapa Mansion ya mirip bahkan sama persis milik Mansion Adelio? Ini cuma perasaan Ghisell atau ini beneran Mansion Adelio.

" Lo pernah kesini kan"

Ghisell menegang. Apa benar ini mansion milik Adelio?.

" Maksud Lo mansion ini juga tempat tinggal Adelio"

Ghisell menatap Aliando dengan wajah ragu.

" Yah benar" jawab enteng Aliando.

Ghisell meremas bajunya dengan tubuh bergetar.

Aliando tersenyum puas melihat ekspresi Ghisell.

Aliando kembali mengandeng Ghisell menuju kamar yang akan ditempati Ghisell selama seminggu.

" Ini kamar Lo di samping kamar gue. Agar Lo lebih tau aktivitas gue setiap hari"

Ghisell tidak menjawab, tatapannya dari tadi jatuh pada kamar yang berada di sisi sebelah kanan Ghisell dan sebelah kiri kamarnya adalah kamar milik Aliando.

Aliando mengikuti pandangan mata Ghisell.

" Yang Lo tatap itu kamar Adelio"

" Oke kalau gitu gue mau membersihkan diri dulu " pamit Aliando lalu memasuki kamarnya.

Ghisell masih diam.

' Apa hubungan Adelio dengan Aliando?, Dulu bahkan Ghisell tidak pernah melihat Aliando berada di mansion ini. Sekarang apa? '

Ghisell tersentak kaget saat ada orang yang memeluk pinggangnya dengan dagu yang di senderan di bahu Ghisell.

" Lo betah teryata di sini, sampai memutuskan tinggal di sini" bisik Adelio dengan nakal mengigit cuping telinga Ghisell.

Bulu kuduk Ghisell berdiri, membuat otak Ghisell blank sesaat.

Adelio melepaskan pelukannya dengan senyum tipis. Tampa menunggu Ghisell sadar Adelio pergi dari sana menuju kamarnya.

" Kenapa masalah semakin rumit?" Monolog Ghisell dengan prustasi.

Ghisell pikir dengan kembali mengulang kehidupan, Ghisell akan tau bagaimana masa depan dan dapat merubah dengan mudah.

Teryata pemikiran Ghisell salah, malahan masalah semakin rumit.

Ghisell membuka pintu kamarnya dan hal yang pertama dilihatnya adalah dinding berwarna biru, dengan peralatan cukup elegan.

Ghisell melangkahkan kakinya menuju balkon. Sungguh pemandangan yang sangat indah dan hijau membuat otak kembali rileks.

Kembali Ghisell menatap kiri dan kanannya yang teryata juga ada balkon sedikit menyeramkan, karena warna yang ada hanya bewarna marah juga hitam tidak ada yang lain dan di dinding ada ukiran tato tengkorak dan organ tubuh yang membuat bulu kuduk Ghisell berdiri. Sungguh menyeramkan.

Setelah cukup melihat-lihat Ghisell membersihkan dirinya. Tapi jujur Ghisell sungguh masih takut untuk keluar kamar. Bayangan-banyangan kelam itu terus menghantui kepala Ghisell.

Sekuat tenaga Ghisell menguatkan hati dan jiwanya agar tidak seperti kemarin.

Bibinya pernah bilang masalah apapun yang menimpa tetaplah tersenyum dan berpikir jernih.

Di kehidupan sebelumnya Ghisell melakukan apa yang dikatakan Bibinya. Di setiap masalah yang menimpa Ghisell tetap tersenyum walaupun jiwa dan raganya tersakiti dan hancur.

Ghisell tetap terlihat kuat, sampai akhir hidupnya tidak ada satu orangpun tau tentang perasaan Ghisell alami dan bagaimana hancurnya hati Ghisell. Semuanya tertutup dengan kediaman Ghisell dan senyuman.

Begitupun sekarang, walaupun ekspresi benci tidak akan bisa tertutupi walaupun sudah Ghisell usahakan untuk menutupinya.

.....

Next? Spam komen!

Correcting ErrorsWhere stories live. Discover now