Bagian 7.

112 7 0
                                    

"Sudahlah, jangan kesal begitu. Anggap saja hari kesialan kau itu sebuah keberuntungan," ucap David menepuk bahu Alex.

Alex mendengus, dia tidak bisa mengontrol emosinya beberapa hari ini. David sangat kenal sekali siapa Alex. Sampai dia dijadikan dokter pribadi dan kepercayaan. Bahkan Alex mempunyai penyakit langka. Sulit mengingat kejadian menimpahnya.

Padahal Alex tidak memiliki riwayat kecelakaan. Hanya sifatnya saja suka menusuk jantung orang. Apalagi mulut busuknya paling menyeramkan. To the poin langsung.

Bahkan Alex juga suka bertindak berlebihan, jika dia sampai frustrasi pada dirinya sendiri, dia tiba-tiba bisa melakukan sesuatu tanpa pikir panjang. Seperti kejadian dua bulan lalu. Ibunya mengalihkan pekerjaannya kepada Alex.

Suatu saat perusahaan milik Sanjaya juga akan jatuh di tangan Alex, maka dari itu Marika menyerahkan semua pekerjaan kepada Alex dan mempelajari semua bisnis dikelola oleh almarhum ayahnya.

Alex yang baru saja pulang dari liburan bersama teman-teman sebayanya di Swedia. Tiba-tiba Marika tanpa menjelaskan apa pun, memerintahkan kepercayaan Almarhum suaminya membantu dan mengawasi Alex selama dia di kantor.

Alex yang sulit mematuhi perintah sang Ibu Negara. Pelan-pelan Alberto mengajari dan menjelaskan pekerjaan almarhum ayahnya itu. Suatu kejadian klien yang diminta kerja sama untuk membangun proyek salah satu kota Sumatera, malah membatalkan dengan alasan surat-surat tidak lengkap, dan penanganan tidak jelas.

Alex sampai kesal dan pusing. Dia pun ke klub malam-malam saking jengkel. Minuman yang dia minum malah membuat dia sulit untuk menyadarkan dirinya. Dia butuh kehangatan, sifat labilnya hanya satu, tidur dengan seseorang.

David tau itu, jika Alex tidak memohon padanya berikan satu obat pil bisa merangsang satu tembakan untuk seorang wanita. Dengan uang miliaran itu siapa tidak terngiur. Bahkan Alex tidak berpikir bagaimana wanita itu menipu dirinya dengan harga di minta. Alex tidak peduli, asal dirinya puas dengan keinginan untuk menenangkan diri dari masalah pada klien tersebut.

"Bagaimana dengan calon istri mu? Apakah dia tidak rindu padamu?" tanya David pada Alex.

"Apa maksud mu? Calon istri? Aku tidak punya calon istri, jangan ikut kalimat seperti ibu sihir itu?!" timpal Alex.

Dia sudah tidak bisa berpikir apa-apa lagi, bahkan untuk kembali ke kantor saja dia malas. Biarkan semua orang di sana stres atas pekerjaan terbengkalai.

"Sudahlah jangan pura-pura tidak tau. Tante Marika sampai sekarang mencari keberadaan wanita yang kau hamili sekaligus uang milliaran yang kau berikan untuk wanita itu? Apa kau tidak takut, jika wanita yang kau tiduri dengan satu tembakan penuh malah akan membawa hidup semakin sengsara?" terang David menjelaskan pada Alex sekaligus mengancamnya.

"Aku benar-benar tidak tau. Wanita mana yang aku hamili? Lama-lama kau sama seperti ibu sihir itu?!" sanggah Alex.

"Bagaimana jika tante Marika membawa wanita itu dan mempertemukan dirimu di depannya? Bagaimana reaksi kau saat melihat wanita itu? Aku yakin kau ingat semuanya, mungkin pengaruh obat yang kuberikan atau bisa jadi minuman yang terlalu banyak kau minum?" kata David kembali ke kursinya.

Karena sebentar lagi akan ada pasien datang memeriksa. Sebuah ketukan pintu membisu mereka berdua di sini.

"Masuk!"

Alberto muncul, dia lega ternyata Tuan mudanya ada di sini. Alberto dari tadi mencari keberadaan. Untung alat GPS tersambung. Bagaimana jika sampai hilang jejak pria ini. Akan jauh lebih bahaya lagi.

"Tuan ...."

Alberto belum selesai berbicara, Alex sudah bangun dari duduknya untuk meninggalkan ruang praktek sahabatnya.

"Oh ya, obat yang aku berikan kemarin, jangan lupa di minum. Kurangi makanan berat, jika kau tidak ingin ku masukan ke ...."

"Akan aku minum setelah tidur!" sambung Alex kemudian berlalu pergi dari sana.

****

Ervan duduk di teras depan rumah sambil membaca koran hari ini. Kevin pun juga ikut bergabung, tetapi Kevin malah menghisap rokok di tangannya. Udara semakin mendung, tidak ada cuaca sama sekali. Baju kemarin di cuci belum pada kering.

"Akhir-akhir ini istrimu berubah drastis, ya?" Kevin bersuara dan membuka menghilangkan rasa jenuh mereka dari tadi diam.

"Masa sih? Biasa saja," jawab Ervan, masih sibuk dengan korannya.

"Seperti cuaca sekarang ini, suka berubah-ubah tak menentu. Kadang cerah, kadang panas, sudah panas bisa tiba-tiba hujan mendadak tanpa adanya suara petir," ucap Kevin, seakan menyamai Fira dengan alam.

Ervan tau, kalau abangnya sedang menyindir istrinya. Segala persaingan antara sudah berkeluarga itu wajar buat Ervan. Apalagi seperti Kevin. Memang Ervan pengangguran bukan berarti dia harus santai duduk cuma habiskan uang sisa dari hasil pinjaman teman Fira. Ervan tidak peduli uang dihasilkan oleh Fira di mana. Yang jelas sekarang dia juga sedang cari pekerjaan yang layak agar meringankan beban perekonomian rumah tangganya.

"Nanti anakku sudah lahir, aku kasih nama lebih bagus lagi," ucap Fira sambil ajak main keponakan baru lahir.

"Jadi apa kata dokternya? Kapan periksa lagi?" Rinda bertanya pada Fira.

"Dua minggu ke depan aku pergi periksa lagi. Katanya kondisi dan kandungan aku sehat-sehat saja. Hanya jaga diri dan jangan terlalu capek sih. Biasanya kalau masa kehamilan mual-mual atau cium bau gak enak gitu, ada kan?"? jawab Fira, dia memang belum alami hal seperti orang sudah berapa kali hamil. Jadi mulai kapan rasa mual itu terasa dia belum mengetahuinya.

"Tergantung sih, fisik wanita. Ada yang dari hamil muda sampai proses melahirkan tidak mengalami namanya morning sickness atau cium aroma tak sedap gitu. Ada juga yang di mulai masa hamil sampai melahirkan terus merasa mual, tidak bisa makan dan lain-lain. Sebagaimana keadaan tubuh wanita pada janin saja. Malah lebih bagus gak ada rasa mual dari awal sampai melahirkan. Kalau sampai begitu, ribet, susah untuk apa-apain. Bawaan mau tidur saja," kata Rinda menjelaskan pada Fira.

Fira manggut-manggut seakan dia paham penjelasan Kakak iparnya. "Oh begitu, Oke, aku paham sekarang. Tapi untuk saat ini aku belum merasa mual atau cium aroma bau menyengat gitu. Cuma tadi, waktu makan, kata Mama aku suka makan capchai, saat aku makan, rasanya gak enak banget. Gak mungkin kan aku tolak pemberian Mama, sudah aku makan, masa aku muntahin lagi?" tutur Fira menceritakan keluh kesah pada Rinda.

"Bagus lah kalau gak merasa hal seperti itu. Wajar, kadang apa yang kita gak suka jadi suka, malah bisa sebaliknya. Yang penting kandungan mu gak banyak macamnya. Ribet nanti, apalagi ngidam," ucap Rinda senyum sambil menyusui anaknya yang masih satu bulan tiga minggu.

"Ya sudah, aku ke depan dulu, kayaknya Firzie sudah ngantuk," ujar Fira pamit keluar dari kamar Kakak iparnya.

****

Married With Lies. Where stories live. Discover now