Bagian 4.

181 10 6
                                    

Esoknya, Ervan menemani istrinya belanja beberapa kebutuhan, dan juga oleh-oleh untuk orang tuanya.

"Sayang, ini bagaimana? Cantik?" Fira menunjukkan sebuah kain sutra bahan dari sulam pada Ervan.

"Bagus!" jawab Ervan tanpa melihat struktur keterampilan pembuatnya. Ervan semakin aneh atas sikap istrinya. Tapi Ervan tidak ingin berpikir hal negatif tentang Fira.

Bisa saja pengaruh kehamilan, jadi wajar faktor hormon itu bisa buat wanita berubah-ubah. Seperti pertama kali kenal Fira, Fira berubah-ubah saat datang bulan. Kadang suka marah, kadang suka diam tiba-tiba. Jadi Ervan tidak mau buat perasaan Fira semakin kacau balau seperti dulu.

"Sayang, jangan beli terlalu banyak. Sayang untuk uangnya. Bukannya kamu bilang uang itu untuk melahirkan anak kita?" ucap Ervan, menghentikan aksi Fira yang semakin berlebih kalau belanjanya selalu boros sekali.

"Ini gak banyak kok, Sayang? Baru berapa potong. Kamu tenang saja, gak akan kekurangan kok," senyum Fira lanjut lagi berjalan sambil mencari-cari bahan-bahan yang bisa digunakan. Bahkan Fira bisa beli topi jerami seperti ke pantai, kaca mata hitam, terus keranjang terbuat dari bambu.

Ervan iya iya saja deh, asal istrinya senang belanja. Dua jam keliling ke pajak tradisional. Ervan pun memasukan belanjaan ke belakang mobil. Fira sedang menikmati satu botol minuman dingin. Berdiri tidak jauh di mana suaminya parkir mobil tersebut.

Setelah itu, Fira mencari tong sampah, dia merasa malas banget ke tempat sampah itu. Dengan cara praktis, dia melempar botol minuman itu ke arah tempat sampah. Namun disayangkan botol minuman itu tidak sampai ke tempatnya. Malah sisa air minum punya Fira terjatuh tepat mengenai sepatu seorang pria pas melewati tempat itu.

"Haisshh?!!" Pria itu mengeluh melihat kakinya ke jiplak air sisa minuman tersebut.

Fira yang memandang pun tidak berkedip. Soalnya tangan dia lempar tadi membuat pria itu memicingkan mata pada Fira. Fira dengan cepat mengalihkan pandangannya ke tempat lain pura-pura tidak tau. Lalu segera dia ke area parkiran.

Pria itu tentu tidak beri maaf pada siapa pun sudah mengotori sepatu yang baru saja di semir sampai kilat itu. Dia pun berjalan di mana wanita itu tuju.

"Tuan! Tuan mau ke mana?" Alberto ikut menyusul mengejar Alex. Alex berjalan sangat cepat.

"Hei!" Alex memanggil Fira. Tapi Fira pura-pura tidak dengar. Dia semakin cepat melangkah kakinya.

"Hei! Tunggu!" Fira tetap tidak mau terbalik. Dia cepat melangkahkan kakinya lebih cepat. Tetapi sebuah kereta dari arah berlawanan masuk, dengan cepat tangan Alex menarik Fira dari tempat bahaya itu.

Fira dengan ekspresi terkejutnya, sampai menabrak badan bidang Alex. Kereta itu melaju cepat, impas sudah air becek itu menjiplak celana hitam milik Fira.

"Haissh! Kalau mau lewat lihat-lihat dong! Kamu juga, main tarik-tarik segala. Lihat jadi kotor begini, kan?!" marak Fira pada Alex.

Justru Alex yang mengatakan  kalimat itu, tapi malah wanita itu duluan mencuri kalimat dia ucap. "Justru aku yang mengatakan kalimat itu, kau sudah mengotori sepatu aku dengan cara melempar botol minuman tidak bertanggungjawab?!" tuding Alex jauh tidak mau kalah dari Fira.

Fira yang dengar atas balasan dari pria tidak dia kenal. Malah memasang mata benci banget. "Jangan mengalihkan fitnah, ya?! Anda bisa di hajar massa kalau sembarang meng-fitnah tanpa bukti?!" balas Fira jauh tidak terima sudah meng-fitnah dirinya dengan cara mengotori sepatunya.

Ervan dari tadi mencari keberadaan istrinya. Ternyata dia bersama seorang pria sedang cekcok mulut. Dengan cepat Ervan menghampirinya.

"Sayang! Ternyata kamu di sini, aku kira kamu ke mana," ucap Ervan.

Married With Lies. Where stories live. Discover now