Bagian 2.

273 16 0
                                    

"Ini obatnya, maafkan aku, ya, Sayang. Kenapa dipaksain di makan, kalau Sayang tidak suka sama daging sapi." Fira merasa bersalah banget lihat suaminya pucat seperti ini gegara dia masak masakan tidak seharusnya di makan oleh Ervan.

Ervan sangat tidak suka sama daging sapi, apalagi daging seperti itu paling dia benci. Jelas-jelas sebelum habis makan bareng di meja makan. Fira merasa firasat tidak enak.

"Gak apa-apa, kok, Sayang. Kamu sudah masak sebanyak itu. Kalau dibuang, mubazir nanti. Mungkin pengaruh kandungan kamu, jadinya apa yang kamu masak, aku pasti makan, kok. Aku gak mau kecewain hasil masakan kamu," ucap Ervan masih sempat dia senyum. Padahal dari benak, dia merasa kesal, dan ingin mengeluarkan lagi isi di perutnya.

Melihat istrinya dengan wajah sedih seperti itu. Akan sedikit terhibur oleh ucapannya tadi. Ervan tidak ingin lihat larut wajah Fira akan hal sepele ini.

"Yakin, sudah gak apa-apa, maafin aku, ya, Sayang. Aku juga gak tau kenapa bisa masak masakan itu. Padahal Sayang gak suka daging itu," celetuk Fira, malah di perpanjang lagi masalah tadi.

Ervan mencoba bangun dari rebahannya, kemudian menarik punggung istrinya. Dia tidak ingin lihat wajah sedih Fira lagi. Jangan karena Fira aneh atas masakan tadi. Dia harus membuat dia semakin sedih. Apalagi dia lakukan juga demi kebahagiaannya.

"Aku sudah bilang gak apa-apa, mungkin pengaruh kandungan kamu. Wajar kalau kamu mau masak seperti itu. Besok juga sudah sembuh, kok," hibur lagi Ervan untuk Fira.

Tetapi buat Fira, dia merasa bersalah banget. Apalagi dengan tega memasak buat suami pada kenyataan Ervan tidak suka sama daging itu.

****

Sudah lima piring Alex menghabiskan daging iga sapi panggang itu.

"Lagi!"

Alberto yang melihat itu pun menghentikan sikap Alex kekanak-kanakan. "Tuan! Tuan sudah makan sebanyak itu, nanti perut Tuan ...."

"Kenapa? Apa perut aku akan meledak hanya karena makanan ini? Ini belum seberapa? Hari ini aku mau makan sepuasnya. Kau pikir aku tidak sanggup buat bayar Kafe ini?" pungkas Alex beri pertanyaan pada Alberto.

"Bukan begitu, Tuan. Tapi ...."

"Tapi apa? Pelayan bawa semua menu serba daging sapi?! Kalau perlu menu baru?! CEPAT!" bentak Alex sampai satu tempat kafe yang beberapa orang duduk buat nongkrong, atau buang jenuh menoleh arah sumber suara bentakan itu.

Dengan cepat pelayan itu pun bergegas ke dapur meminta para ahli masak untuk menyajikan semua menu makanan yang ada di kafe.

"Tuan ..." Alberto mencoba meminta Alex menghentikan sikap egoisnya itu.

Alberto tau, sekarang Alex dalam tidak mood. Tapi apa harus begini terus sikap Alex setiap menghadapi masalah. Ya, Alex memang suka dengan segala makanan berupa daging. Tidak heran satu per satu kafe dia datangi, hanya menikmati makanan yang tersaji.

Makanan berat itu yang akan membuat stamina Alex semakin meninggi, apalagi makanan seperti itu akan mengakibatkan kesehatannya. Sedangkan Ibu Marika saja sering mengalami kolesterol mendadak. Bagaimana dengan Alex.

Alberto sudah tidak bisa lagi mengontrol emosi Alex. Anak Sultan mah bebas, itu di pikiran Alberto saat ini.

"Kau tidak merasa lapar?" Alex bertanya pada Alberto, setia banget melihat putra majikannya menyantap semua makanan di depannya.

"Tidak, Tuan. Saya cukup teh saja," jawab Alberto menolak. Jika dia ikut daging itu seperti Alex. Mungkin dia akan senasib seperti Ibu Marika.

"Kenapa? Takut kolesterol naik? Kalau pun kambuh kolesterol mu, rumah sakit banyak, siap menampung dirimu," kata Alex. Sungguh kejam kata-kata nya itu. Rasanya Alberto ingin sekali menyumpal mulutnya itu.

"Tidak, Tuan. Terima kasih," ujar Alberto pelan.

****

Pada malamnya, Fira melipat baju suaminya. Sambil bernyanyi. Ervan yang dengar alunan lagu dinyanyikan istrinya itu.

"Sayang, besok kita ke rumah mama sebentar, ya," ucap Ervan.

"Iya, Sayang. Aku juga tadi sempat berpikir seperti itu," balas Fira sambil melipat bajunya.

Ervan juga ingin beritahu kepada orang tuanya. Kalau Fira hamil. Pasti berita itu akan menggemparkan mereka semua. Apalagi orang tua Ervan juga sangat mengharapkan punya cucu di keluarga Raditama.

Selama tiga tahun ini Ervan terus bersabar akan mendapat mukjizat dari Tuhan diberi harapan untuk keluarganya. Apalagi menikah dengan Fira adalah impian terbesarnya. Mencintai dia bukanlah mudah. Bahkan, menjadi separuh cinta untuk Fira adalah tujuan bisa hidup sampai hayatnya tiba.

Perekonomian mereka pun sudah lebih baik, sejak kasus menimpah dirinya atas hutang dari pekerjaan lamanya. Dulu sempat menjual rumah, tetapi entah pertolongan dari siapa. Seseorang meminjam uang kepada Fira. Untuk bisa membayar semua hutangnya.

Jikalau tanpa adanya Fira membantu dan mencari semua segala pinjaman. Mungkin dia bukan seorang pria yang janji akan melindungi keluarganya sendiri, membangun benteng, dan saling melengkapi.

"Sayang, sebelum besok kita ke rumah mama. Kita ke pajak dulu, ya. Ada beberapa yang mau ku beli buat mama," ucap Fira baru saja selesai melipat baju.

"Iya, Sayang. Sini, biar aku yang bawa. Ini teh sudah aku buatin. Diminum, ya." Ervan bangun dari duduknya, kemudian mengangkat baju yang sudah dilipat rapi oleh istrinya.

Fira yang melihat sikap suaminya semakin hari, semakin perhatian banget padanya. Dia pun beranjak dari duduknya dan meraih teh buatan dari suaminya.

"Bagaimana enak? Terlalu manis, gak?" Ervan kembali setelah menaruh baju ke lemari.

Fira menggeleng, "Gak, sudah pas kadar gulanya. Makasih, ya, Sayang. Kamu sudah mulai perhatian sama aku," ucap Fira sambil menyandarkan kepalanya di pundak Ervan.

"Sama-sama, Sayang. Terima kasih juga sudah buat aku bahagia akan ini," balas Ervan sambil mengelus-elus perut Fira yang masih rata.

Sedangkan di mobil, Alberto menggelengkan berulang kali lihat sikap Alex setelah dia menghabiskan semua daging sapi  berapa piring tadi. Sekarang Alex kesulitan untuk bersandar, dia merasa perutnya hampir meledak akan makanan dia makan. Dia buka tali pinggang, kemudian wajahnya merah seperti tomat, belum lagi dia merasa mual.

Dengan cepat Alberto berikan isi kantong plastik hitam kepada Alex. Di sana Alex memuntahkan semua isi makanan sudah dia telan.

"Sudah saya katakan sama Tuan, jangan kebanyakan makan. Akibatnya sekarang? Tuan membuang uang dengan cara mengeluarkan semua isinya dari perut Tuan sendiri," ucap Alberto, sekaligus menasihati Alex.

"Bilang saja koki itu tidak ikhlas buat aku mencicipi masakannya?! Aku sumpahin pengunjung semakin sedikit yang datang?!" gerutu Alex, sampai menyumpahi kafe tadi.

"Husss, Tuan tidak boleh mengatakan seperti itu. Bisa-bisa rezeki itu bukan berpihak, malah berpindah ke...."

Dalam hitungan Alex sudah memasang serigala pada Alberto, Alberto bisanya menghela saja. "Terserah Tuan Muda saja. Segala memiliki rezeki masing-masing, saya berharap tidak timbal balik ke tempat Tuan," gumam Alberto kembali menjalankan mobilnya untuk kembali ke rumah majikan tersebut.

****

Up lagi, gimana?
Suka?
Vote + komen ya.

Aku pengin, muka Alex, ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku pengin, muka Alex, ini. Hahaha.... ☺☺

Married With Lies. Where stories live. Discover now