(2) AA 04

565 40 2
                                    

Setelah tadi mereka meminta izin untuk keluar asrama, kini semua orang sudah berada di Kafe milik Queen dan Arlan.

"Gue heran kenapa kalian bisa membujuk pemilik sekolah sampai bisa keluar dari academy, gak pernah ada satupun orang yang bisa keluar dari academy kecuali sesudah lulus," ucap Nauval, ia yang dikenal sebagai seorang badboy gak pernah bisa keluar dari penjagaan ketat academy.

Para saudara-saudari itu langsung saling memandang, apakah mereka harus terbuka kepada teman baru mereka.

"Akan ada saatnya nanti kalian mengetahui hal ini, sekarang demi keamanan semua orang. Kita belum bisa memberitahu hal ini," jawab Andro diangguki para saudaranya.

"Oke, kami tunggu kalian terbuka. Kita dibebaskan selama hari ini, mau kemana?" tanya Cristi, ya tadi mereka di ijinkan jalan-jalan seharian.

"Grils time. Kita belanja di Mall, untuk pesta Minggu depan." Osa mengajak mereka dengan nada semangatnya.

"Ayo!" ucap semuanya lalu keluar dari kafe meninggalkan para cowok yang sedang asyik dengan ps dan game yang lainnya.

"CELINE JANGAN BAWA MOBIL!"

"ARETHA JANGAN LUPA NANTI MALAM!"

"JANGAN BAWA MOBIL NGEBUT!"

Teriak para cowok, yang membuat para cewek mengumpat kesal.

Fina, Queen, Celine, Oliv, Lexa, Alin, Xandra, Rean, Raquel, Cristi, Laura, Lauren, keylis, Cleo, Alana, Angel, Osa, Gracia, Nevi, Zaskia, Kirei, Cleo. (TOKOH CEWEK)

Kini mereka sudah tiba di Mall besar milik ALRENAS company.

Mereka terus memilih baju untuk acara di ALRENAS nanti.

***

Penyelidikan di ALRENAS academy masih terus berlanjut, dan tentu tanpa sepengetahuan para guru dan siswa/i yang ada di sana.

Thalia, Niel, dan Melody kadang-kadang tinggal di asrama khusus untuk mereka.

Para guru dengan senang hati menerima mereka, para siswa-siswi sangat senang dengan kehadiran mereka.

Lexa, Oliv, dan Fina dipanggil oleh Thalia. Mereka berjalan menuju tempat tang Thalia sebut

"Assalamu'alaikum," salam ketiganya pada saat masuk ke ruangan khusus.

"Waalaikumsalam," ucap Niel, Thalia dan Melody.

"Oliv, Lexa, Lio. Mommy punya tugas buat kalian. Pergi ke markas, dan siapkan beberapa orang. Untuk acara besok malam," ucap Thalia membuat ketiganya bergidik ngeri.

Jika mereka sudah memutuskan untuk memanggil member gangster. Berarti, musuh mereka kali ini bukan main-main.

"Siapa sebenarnya musuh kita kali ini, Mom?" tanya Lio menatap Mommy-nya.

"Black Fors, musuh bebuyutan kita sejak dulu." Thalia menjawab, BFr musuh mereka sejak 17 tahun yang lalu.

"Tapi kenapa mereka mengincar Daniel dan Cilla? Siapa yang bekerja sama dengan BFr?" tanya Lexa, karena BFr hampir sebanding dengan gangster mereka.

"Anak dari David, dia yang sudah membuat Daniel dan Cilla meninggal. Adik David bekerja di sekolah ini, membuat semua bukti menghilang. Dan sidik jari di asrama itu tidak ada satupun," ucap Melody.

"Kini acara From night, bersamaan dengan pengungkapan kasus yang terjadi di Academy. Kita harus segera menemukan bukti," ucap Thalia.

"Lalu gimana kita mencari buktinya?" tanya Lexa membuat mereka terdiam dan berpikir.

Setelah beberapa saat, Lampu nyala muncul di otak Fina.

"Celine, dia hacker terhandal. Selama ini kemampuan dia dalam hal seperti ini, bisa diatasi. Coba dia ikut dalam pencarian bukti, Rafly juga. Anak dua itu bisa diandalkan," ucap Fina mengingat kemampuan Celine seperti Thalia dan kemampuan Rafly seperti Niel.

"Kok kita gak kepikiran ke sana, ya? Padahal mereka sudah mengungkap banyak kasus," ucap Niel lalu mengambil iPhone-nya lalu menghubungi dua anak itu.

"Acara From night lusa, kita harus menyelesaikan kasus ini besok juga." Fina kembali mengingatkan.

***

Hari ini mereka mempunyai titik terang berkat kemampuan Rafly dan Celine.

"Ada sebuah rekaman yang di ambil dari CCTV, dan itu berada di markas Black Fors, jalan satu-satunya adalah mengambil rekaman itu," ucap Celine mengutak-atik alat andalannya.

Jangan remehkan pikiran polos Celine dan Rayne, kemampuan mereka di atas semua sepupunya.

Kali ini Celine, Rayne, El, Xander, dan Andre beraksi.

Mereka sudah berada di tempat persembunyian, beberapa meter di depan gerbang markas Black Fors.

"El, kamu ke sebelah barat. Ada sekitar 20 orang di sana, nanti akan ada sebuah pintu dan kamu naik ke lantai lima melalui tangga. Di setiap lantai ada 10 orang yang menjaga." Celine menjelaskan sambil mengutak-atik iPhone-nya.

"Bang Andre kamu pergi ke sebelah timur, Xander ke sebelah Utara, Celine ke sebelah selatan. Rayne akan pergi langsung ke gerbang, kita bertemu di Lantai 5. Di sana ada bukti itu tersembunyi," ucap Rayne tenang.

Mereka kemudian berpencar, dan melaksanakan tugas. Rayne berjalan dengan santai, tidak ada lagi mata polos. Yang ada Rayne sangat menakutkan.

Rayne membuka gerbang dengan mudah, lalu dia melihat seorang laki-laki yang sedang menjaga pintu masuk.

Rayne bersembunyi terlebih dahulu, lalu Rayne berjalan perlahan menuju belakang lelaki itu secara perlahan.

Rayne mengeluarkan alat andalannya, yaitu gas yang beracun.

"Bye-bye, Om." Rayne langsung menggusur tubuh itu dan langsung is lempar entah kemana.

Rayne membuka pintu, dan langsung dihadapkan dengan 20 orang yang menatapnya tajam.

"Waktunya main," ucap Rayne lalu mengambil ancang-ancang.

Rayne langsung menghajar orang-orang di hadapannya, bahkan sempat-sempatnya ia melempar tubuh mereka yang sudah tidak berdaya entah kemana.

"Ayo sini," ucap Rayne mereka sudah ketakutan.

Rayne langsung menghajar mereka tanpa ampun. Rayne melawan 25 orang, dan gak ada satu orangpun yang bisa mengenainya.

"Gak asyik, masih mau bermain." Rayne cemberut, membuat siapapun gemas.

Rayne berjalan menaiki lift yabg ada di bangunan ini, dan langsung ke lantai 2 tidak ke Lantai 5.

Bermain-main dulu, baru asyik. Itu yang dipikirkan Rayne, padahal ia bisa langsung ke lantai 5.

"Ohhh ini anak polos andalan dari keluarga Alexander dan Arnauld," ucap seseorang tiba-tiba mengejutkan Rayne.

"Apa? Om mengganggu," ucap Rayne menatap tajam lelaki di hadapannya.

"Tangkap dia!" Lelaki itu memerintahkan anak buahnya, Rayne langsung menghajar anak buah lelaki ini.

"Sekarang mau apa?" ucap Rayne tajam dan dingin membuat Lelaki itu sedikit ketakutan.

Rayne langsung mengeluarkan senjata andalannya, Setelah itu melempar tubuh lelaki itu ke jendela.

Rayne kembali menaiki lift, kali ini langsung ke lantai lima.

Keempat sahabatnya belum sampai ke sana, Rayne langsung mencari bukti itu.

Rayne mengeluarkan kacamata yang selalu ia pakai ketika sedang mengerjakan misi.

Tak membutuhkan waktu 15 menit bukti sudah dirinya temukan.

"Sudah gue tebak lo akan ke sini, Rayne."

Rayne berbalik dan tersenyum tipis, "Gibran!"

***

Hello, author kembali
Udah lama ya gak update, maaf akhir-akhir ini author sedang sibuk.

Gimana nih ceritanya?

STORY OF TWINS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang