CHAPTER |32

43 6 0
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.

Raisa masih menangis tersedu-sedu di balik pintu ruang rawat Novi. Hatinya sakit melihat Novi kembali merasakan sakit. Entah mengapa ia merasa begitu menyayangi Novi.

Raisa duduk meringkuk dilantai sambil memeluk lututnya. Wajah cantik yang penuh air mata itu ia tutupi dengan tangan nya. Ia tidak peduli jika orang-orang menatap nya aneh.

"Raisa...." Raisa mendongak ketika namanya di panggil. Ia mendapati Altar yang berdiri di hadapannya. Seraya tersenyum manis.

Dengan gerakan cepat, Raisa bangkit dari duduknya dan berdiri memeluk Altar erat. Menangis di dada bidang Altar. Air matanya sudah tidak dapat ditampung lagi. Tangan Altar terulur mengelus pundak Raisa.

"Ini semua gara-gara aku," teriak Raisa histeris di pelukan Altar. Ini semua memang gara-gara dirinya. Jika Raisa tidak berbicara kasar pada Galuh, mungkin Galuh tidak akan balapan. Raisa sangat tahu, bahwa Novi paling tidak suka Galuh balapan.

"Stop nyalahin diri kamu sendiri! Ini bukan salah kamu. Ini karena ulah Galuh sendiri," bisik Altar di telinga Raisa. Gadis itu terlihat sangat menyedihkan.

Altar terpaku, sebegitu khawatir nya Raisa pada Ibu Galuh? Mengapa Raisa bisa sesedih ini melihat Ibu Galuh sakit? Apakah mereka sangat dekat? Ada hubungan apa dengan keduanya? Pertanyaan terus saja terlintas di pikiran Altar.

Dengan segera Altar menepis pertanyaan-pertanyaan itu. Ini belum waktunya ia menanyakan nya pada Raisa. Walaupun di dalam hati Altar sangat penasaran.

"Tapi, aku tetap aja salah! Emang aku yang salah." Raisa mencoba melepaskan pelukannya dari Altar. Namun, dengan segara Altar menahan Raisa.

"Kamu nggak salah," ujar Altar yang masih memeluk erat tubuh Raisa. Raisa terus saja berontak dari pelukan Altar.

"Aku penyebab semua ini!" Raisa memukul dada Altar cukup kuat. Hingga Altar terpaksa menghentikan tangan Raisa.

Altar menggenggam lengan Raisa, ia menatap mata bening Raisa yang masih ada sedikit jejak air mata. "Dengerin aku. Ini semua salah Galuh, bukan salah kamu. Jadi, sekarang jangan salahin diri kamu sendiri," tutur Altar membuat Raisa mematung.

Raisa diam, ia mencoba untuk tenang. Ia tidak boleh terus menerus bersedih. Kesedihan hanya akan merugikan dirinya. Raisa mengangguk lemah. Lalu Altar menggenggam tangan Raisa dan mereka berlalu dari ruang rawat Novi.

Keduanya kembali menuju ruang UGD. Disana sudah ada Anjas, Iqbal, Zaky, dan Fathan. Mereka sedang berbicara dengan seorang Dokter yang baru saja keluar dari ruangan itu.

Dengan gerakan cepat Altar dan Raisa ikut menghampiri Dokter itu. Hingga akhirnya Dokter tersebut mengatakan kondisi Galuh pasca kecelakaan.

"Karena benturan yang cukup keras di kepalanya, hingga mengeluarkan banyak sekali darah. Serta luka yang cukup serius di bagian dada nya. Membuat Galuh belum sadar hingga sekarang. Kemungkinan Galuh mengalami koma," tutur Dokter, membuat semua orang terdiam.

"Baiklah, saya permisi," lanjut nya lalu melenggang pergi.

Raisa terduduk di kursi tunggu. Ia memijit Kepalanya sejenak. Rasa bersalah mulai mengisi otaknya. Kecalakaan Galuh cukup parah, hingga koma.

Fathan yang melihat ekspresi Raisa sontak mengerutkan keningnya bingung. Mengapa Raisa terlihat sangat sedih mendengar Galuh koma?

"Ra, lo kenapa?" tanya Fathan, sontak Raisa menolehkan pandangannya ke Fathan. Membuat yang lainnya juga menatap Fathan.

ALTARAISAKde žijí příběhy. Začni objevovat