Chapter 43

2.1K 82 26
                                    

Ara melangkah keluar gerbang sekolah, namun seketika langkahnya terhenti. Ia menoleh kebelakang, mendapati seseorang yang tengah mencekal pergelangan tangannya. Saat itu juga, raut wajahnya semakin datar. Untuk apa cowok ini menahannya? Apa ia belum bosan memberinya goresan-goresan luka yang sampai saat ini masih membekas?

Ara menghempas kasar tangan cowok itu, hingga cekalan di tangannya terlepas. Ditatapnya cowok itu dengan raut seakan bertanya ada apa? Seakan paham dengan maksud tatapan Ara, cowok itu langsung bersuara. "Aku mau ngomong sesuatu, tapi nggak disini," ujar cowok itu membuat Ara mengernyitkan keningnya bingung.

"Gak. Aku gak punya waktu," ucap Ara dingin. Kemudian ia berniat melangkah pergi meninggalkan cowok itu, namun gerakannya kalah cepat, karena cowok itu kembali mencekal tangannya. Namun kali ini lebih kasar, membuat Ara meringis.

"Please... Kali ini aja, Mei. Aku tau, aku banyak salah sama kamu. Apa aku gak berhak minta waktu kamu walau sebentar?" ucapnya dengan nada memohon, dan jangan lupakan tampang yang biasanya terlihat dingin, kini menampilkan raut wajah sendu.

Melihat itu, Ara sedikit menimbang-nimbang. Kemudian ia mengangguk sebagai jawaban membuat cowok itu seketika berbinar. Sebegitu senang kah dirinya? Ara pikir tidak ada salahnya menerima ajakan cowok itu, toh mereka juga sudah lama tak jalan bersama. Bukannya ia berharap bahwa cowok itu akan meminta mereka kembali untuk menjalin hubungan seperti sediakala. Ia cukup sadar akan hal itu, karena ia dan cowok itu memang ditakdirkan hanya untuk saling mengenal dan saling mengisi dalam waktu tertentu yang Tuhan berikan, bukan untuk terus bersama hingga maut memisahkan. Ia hanya ingin berdamai, tidak lebih.

Putusnya hubungan pacaran, bukan berarti mereka harus memutuskan hubungan-hubungan lainnya. Seperti hubungan pertemanan, maybe? Tidak salah kan berteman dengan seseorang yang berstatus sebagai mantan? Tolong katakan tidak, biar author ngajakin mantan temenan wkwk.

Setelah beberapa menit menempuh perjalanan, akhirnya Ara dan El sampai di sebuah Cafe yang jaraknya lumayan dekat dengan sekolah. Didalam sana banyak anak-anak remaja seusia mereka, yang masih menggunakan seragam sekolah sama halnya seperti mereka berdua. Karena memang Cafe itu cukup terkenal dikalangan remaja.

El meraih tangan Ara, digandengnya tangan mungil itu. Mereka melangkah memasuki Cafe. Setelah mendapatkan meja kosong, seorang waiters datang menghampiri meja mereka. Waiters itu dengan lincah mencatat yang mereka pesan kemudian pamit dan meminta mereka untuk menunggu beberapa menit.

"Maaf,' kata El menatap mata teduh gadis yang dulunya mampu membuatnya tenang, dan sikapnya yang hangat, mampu mencairkan es didalam dirinya. Semua itu telah hilang didalam diri gadis itu, sekarang yang ia lihat hanya wajah datar dan sikap dingin yang jauh berbeda dengan sosok Mei-nya.

Ara hanya diam tanpa menjawab, ekspresinya tetap datar. Ia bingung harus mengucapkan apa, mulutnya terasa kelu. "Maaf," ucap El lagi. Ia meraih tangan Ara untuk digenggamnya seakan menyalurkan rasa rindunya.

"Maaf, ini pesanannya kak. Silahkan menikmati." Seorang waiters datang membawa pesanan mereka, dan menyajikannya di atas meja dengan rapi.  Refleks, Ara langsung menarik tangannya yang digenggam oleh El. Ia tersenyum kikuk ketika melihat waiters itu tersenyum penuh arti menatapnya. Pasangan yang romantis, pikir waiters itu kemudian pergi meninggalkan sepasang kekasih yang bagaikan pasangan disebuah cerita novel yang pernah ia baca. Akh, sepertinya tingkat kehaluan-nya sudah dibatas wajar. Bagaimana tidak? Cowoknya tampan, dan ceweknya? Jangan ditanyakan lagi, benar-benar cantik dengan tubuh mungilnya, membuat waiters itu iri akan kecantikan yang dimiliki Ara.

"Maaf, maaf, maaf. Aku benar-benar minta maaf sama kamu. Aku tau,  cowok brengsek kayak aku gak pantas dapat maaf dari kamu," lirih El menatap penuh harap pada Ara. Ucapan maaf itu benar-benar berasal dari dalam lubuk hatinya yang paling dalam. Ia menyesali segala perbuatan yang pernah ia lakukan kepada gadis itu.

ARA (END)Where stories live. Discover now