SEASON 2 : BAB 21

Start from the beginning
                                    

Tampak beberapa pemuda tengah bersenda gurau. Lalu salah satu dari pemuda itu tampak tertarik dengan gerak gerik Cindy yang berhoodie hitam yang tengah berjongkok di depan sebuah motor.

Lelaki dengan rambut coklat dan tindik hitam di telinganya tersebut memiringkan kepala sambil mengangkat sebelah alis, lalu berjalan meninggalkan teman-temannya.

"Matt! Mau kemana lo?!" teriak salah satunya.

Namun Matthew mengabaikannya, dan memilih terus melangkah mendekati orang tersebut.

"Wah ... mau curanmor 'kok nggak lihat sikon?"

Matt ikut merendahkan tubuh. Satu lututnya mencium tanah, lalu satu tangannya bertumpu pada lututnya yang lain.

Matt tergelak, ketika tahu bahwa respon orang itu hanya mendengus malas malas.

Matt sejenak menatap jaket lusuh yang dikenakan orang tersebu, lalu terkekeh pelan ketika menyadari bahwa jaket yang orang itu kenakan adalah jaket dari sebuah brand terkenal.

Tidak sulit untuknya mengetahui keaslian barang tersebut karena ia adalah salah satu bocah remaja yang mendapat julukan the sultan, karena menjadi kolektor pakaian mewah.

"Orang miskin doyan banget sih klepto sama barang-barang orang sultan."

Cowok blasteran itu mendelik, lalu menarik kupluk hoodie Cindy hingga surai panjang nan hitam yang tersembunyi di dalam kupluk itu akhirnya menjuntai terurai.

Sesaat Matt tampak terpana, kemudian ia terkekeh pelan. "Lah, cewek ternyata."

Lelaki blasteran itu menilai dengan seksama penampilan gadis tersebut, kemudian mengangguk pelan sembari menjilat bibir bawah tampak tertarik dengannya.

Karena walau penampilannya urakan dan tomboy, gadis ini jika diperhatikan dengan seksama ternyata cukup cantik dan memiliki daya tarik tersendiri.

"Dari pada lo jadi kriminal, kenapa nggak ikut gue aja."

Matt memiringkan kepala, mencoba lebih dekat dengan gadis itu. Meniti wajah cantik itu dengan seksama kemudian menyeringai.

"Gue yakin lo pasti suka. Karena selain lo dapat uang ..." Matt menjeda ucapannya. "Lo juga dapat kenikmatan."

Tangan Matt terangkat mengelus pelan pipi gadis itu, meski si gadis dengan refleks menghindar dan menepisnya.

Sementara Cindy menghela napas panjang. Sejujurnya ia terlalu malas meladeni mahkluk astral satu ini.

Cindy pun bangkit diikuti oleh Matt yang semakin tersenyum lebar. Tampaknya gadis itu akan menerima tawarannya.

Teman-temannya yang lain hanya memperhatikan interaksi keduanya.

"Wah, gila! Si matthew, belum apa-apa udah dapet mangsa aja tuh anak!"

Lelaki dengan mata sipit itu menggeleng, lalu berdecak. "Cewek begituan juga dia embat!" Prince menatap remeh gadis itu dari kejauhan, kemudian tersenyum menunjukan giginya yang berkawat. "Cewek nggak jelas asal usulnya!"

Kembali pada Cindy dan Matthew di parkiran sana, Matt tampak masih saja mengganggunya meski Cindy bersikap abai menganggap seolah tak ada siapa pun di sekitarnya.

"Gimana, mau ya?" Matt tersenyum sambil menaik turunkan alis.

Namun melihat reaksi Cindy yang hanya diam sembari mengangkat satu alis, membuat Matt pun tergelak.

Ia meraih leher Cindy, merangkul gadis itu lalu berbisik, "ayo dong! Lo mau berapa? Asal lo tahu, umur gue emang masih muda, tapi dompet gue nggak kalah tebel sama om-om tua."

Matt menghembuskan napas tepat di telinga gadis itu, membuat Cindy pun bereaksi.

Gadis itu menyentuh pelan lengan lelaki yang menggantung di bahunya, lalu dengan sekali tarikan ia membanting tubuh lelaki kurang ajar itu. Membuat tubuh kekar itu melayang dan memutar di udara sebelum akhirnya terhempas di atas tanah hingga mengeluarkan suara benturan yang cukup keras.

"Bangsat!" umpat lelaki itu setengah terbatuk.

Cindy merendahkan tubuh, ia menekan dada Matt dengan satu lututnya, membuat Matt meringis kesakitan.

"Sialan! Kalau lo nggak mau, ya udah! nggak usah nyerang gue!"

Dahi Matt berkerut marah. Ia tidak tahu jika reaksi Cindy akan seberlebihan ini.

Semua yang menonton tampak melotot kaget. Kaget akan reaksi gadis itu, juga kekuatannya yang ternyata bisa membuat seorang Matthew tak berdaya hanya dengan sekali serangan.

"Matt!"

Prince berteriak. Ia hendak berlari, namun sebuah tangan menahannya.

"Biarin aja!" ucapnya rendah. "Ini bakal jadi hiburan yang menarik."

Alex melipat tangan di dada, tampak enggan membantu Matt sama sekali.

Tangan Cindy terulur mencengkram kuat leher putih lelaki blasteran itu. "Bro, ngajak cewek bookingan juga ada attitude-nya."

Cindy tersenyum manis, ia semakin mengeratkan cengkeramannya.

"Sebelum nawar ..." Cindy berujar pelan, membasahi bibir bawahnya dengan gestur menggoda. "Lo harus kenalan dulu sama orangnya."

Cindy mendekat pada Matt, lalu berbisik tepat di telinga lelaki itu. Dapat Matt rasakan bahwa kini gadis itu tengah menyeringai padanya. "Kenalin, nama gue Cindyara ...."

Cindy kembali menjauhkan wajahnya, seringaian itu lenyap digantikan dengan wajah datarnya. "Nama yang nggak akan pernah lo lupain seumur hidup lo!"

Lalu tangan Cindy yang terkepal kuat menghantam wajah Matt amat keras. lelaki itu tersentak, lalu berteriak kesakitan meringkuk sembari memegangi hidung mancungnya yang sepertinya .... patah.

"Arrrggh!! Shit! My fuckin' nose!"

Cindy menatap datar Matt, lalu melirik arloginya. Tanpa rasa bersalah Cindy berjalan meninggalkan Matt sambil bersiul melewati teman-teman Matt yang tampak melongo dengan gadis menyeramkan itu.

Cindy melotot galak, ketika semua teman lelaki itu menatapnya waspada. "Apa lo lihat-lihat?!" kata nyolot Cindy sembari mengangkat tangannya yang terkepal, hendak mengarahkannya pada mereka.

Mereka semua tersentak tampak reflek bergerak mundur.

"Dih! Galak banget tuh cewek!"

Prince berdecak tidak percaya sembari mengusap dadanya yang berdetak cepat akibat ulah gadis itu.

Prince dan yang lainnya berlari menghampiri Matt yang masih meringkuk di tanah. "Whoaaa ..."

Prince, lelaki keturunan China itu menatap takjub mahakarya gadis bar-bar tadi. "Hidung lo sampe bengkok gitu," gumam dengan nada setengah mengejek.

Sedangkan Alex masih berdiam di tempatnya. Netra tajam itu terus memandang gadis yang semakin menjauh dari pandangan.

.
.

(*)

 BAD CINDERELLA (Seri Kedua)Where stories live. Discover now