Naik kelas!

12 6 2
                                    

ARUNIKA
.
.
.

"Uhhh akhirnya kita selesai ujian Ra, gue ga sabar ngeliat hasilnya nanti," lega Reina.

Aira, sahabatnya tentu menyetujui apa yang dikatakan Reina. Bagaimanapun, dia juga penasaran dengan hasil kerjanya selama ini, "iya Rein, semoga hasilnya sesuai ekspektasi kita."

Reina menanggapi dengan senyumannya. Senyuman yang jarang dilihat orang lain. Hanya orang-orang beruntung saja yang dapat melihat senyuman tulus nan manis milik Reina itu.

"Ra, ntar lo mau masuk jurusan apa?" Ucapnya sambil melihat langit di atas sana dan membayangkan ia berada di laboratorium kimia mencampurkan zat-zat kimia tersebut.

Lamunannya berlanjut sampai tiba-tiba iya membayangkan ia mencampurkan zat yang salah yang membuat zat itu meledak. Menghasilkan wajahnya yang terlihat gosong persis seperti di sinetron yang ia lihat di tv. Dia bergidik ngeri untuk itu.

Aira tertawa kecil melihat tingkah temannya itu, lalu ikut memandang langit dan berkata, "gue... pengen masuk IPA, lo gimana?"

Reina mengalihkan pandangannya kepada Aira. Dia bersemangat menjawab, "gue juga mau masuk IPA. Lo kan tau gue suka sama kimia," katanya sambil memukul pelan lengan temannya.

"Semoga aja kita memang bener-bener dimasukin ke kelas IPA," lanjutnya.

Sore itu dihiasi dengan canda tawa, juga nostalgia mereka semasa kelas 10. Mengingat tidak terasa, sekarang mereka akan menjadi seorang kakak kelas di sekolahnya.

Mereka baru saja selesai mengerjakan ujian terakhir siang tadi. Memang, sudah dari lama mereka merencanakan akan membuat pesta kecil-kecilan selama 2 hari setelah selesai ujian kenaikan kelas.

Ini untuk melepas penat mereka yang harus giat belajar demi mendapat jurusan yang mereka inginkan. Ya, cukup berat untuk mendapatkan jurusan itu di sekolah mereka. Selain banyak yang berminat, juga saingan mereka bukan main-main.

Dan di sinilah mereka sekarang, di balkon kamar Reina. Duduk selonjoran menikmati semilir angin sore sambil memandangi langit jingga di atas sana.

Mereka sudah menyiapkan keperluan mereka untuk pesta nanti di kamar Reina. Dua sejoli itu berencana untuk maraton drakor malam ini dan menonton konser idol mereka secara online tepat esok malam. Tak lupa, berbagai jajanan juga telah mereka siapkan.

Langit semakin gelap, warna jingga tadi telah berubah menjadi biru kehitaman dihiasi bulan dan beberapa bintang.

Biasalah, kota. Bintangnya ga banyak-banyak banget.

Okay, list mereka sekarang adalah karaoke. Yah walaupun suara pas-pasan sih, bisa lah, untuk melepas stress sambil teriak-teriak pas ada high note.

Tapi kadang, malah jadi kayak suara monyet sih. Atau... suara tikus kejepit? Entahlah. Yang pastinya kurang enak untuk didengar.

Semoga aja sih ga sampe ke tetangga sebelah. Mereka memang ga pake speaker atau mic seperti karaoke beneran. Karaoke versi mereka ini 'kan versi low buged.

Hanya modal speaker laptop sama remote ac juga botol parfum sebagai mic. Jangan lupa lah, volume musiknya di gedein biar kayak konser katanya.

"Eh eh Ra! Kecilin musiknya bentar, ibu nelpon."

"Halo bu? Kok nelpon sih? Kan bisa panggil aja Nana di kamar."

"Gimana mau manggil kalo musiknya aja segede itu! Sini ke bawah. Makan."

"Yaampunn, yaudah, bentar lagi Nana kebawah sama Aira ya bu."

"Yaa."

Aira melihat Reina dengan tatapan bertanya. Reina yang mengerti itu menceritakan kalau mamanya memanggil mereka ke bawah untuk makan malam.
Okay, mereka akan ke ruang makan sekarang.

Sampai di meja makan, di sana udah ada mama Reina juga papa nya. Dan ada nyempil satu lelaki yang entah kapan datang, Reina pun tidak tahu.

Raihan.

Sahabat Reina sedari masih menjadi jabang bayi. Ah tidak tidak. Maksudnya sedari mereka masih kecil.

"Apa lo liat liat," ujar Raihan nyolot.

"Gak, gr banget lu." Balas Reina cuek sambil duduk di kursi nya.

Raihan cuma misuh-misuh mendengar jawaban yang di lontarkan si anak ibu. Reina berjalan untuk duduk di kursinya. Tapi sebelum duduk, dia nyenggol kursi Raihan dulu.

Ekspektasinya sih, biar makan Raihan keganggu. Tapi hasilnya malah lengannya yang sakit. Malahan, kursinya ga bergeser sedikit pun. Yang membuat Raihan spontan mengatakan "mampus" pada gadis di sebelahnya.

Raihan katanya mau ikutan sama Reina dengan Aira. Jadilah sekarang mereka bertiga berada di kamar Reina sambil bermain game.

Game kotak pos.

"Kotak pos, belum diisi mari kita isi dengan film-filman misalnya film apa."

"Apa Han? Cepetan!"

"DORAEMON!"

Permainan demi permainan terus mereka mainkan. Sampai-sampai Raihan yang tadi paling bersemangat sudah tidur lelap. Begitu juga dengan Aira. Akhirnya, Reina membangunkan Raihan untuk pindah ke kamar tamu.

Padahal Reina setelah membangunkan Raihan ingin tidur lagi. Tapi itu tidak sesuai ekspektasinya. Dia harus membimbing Raihan untuk sampai di kamar tamu karena ia melihat Raihan yang berjalan sempoyongan.

Tentu saja ia tidak mau melihat Raihan yang akan tidur sambil mencium lantai esok paginya. Terpaksalah Reina mengantarkannya ke kamar tamu.

Oh ya ampun! Reina menghela nafas ketika melihat tangga di depan matanya.

Dia harus menuntun Raihan yang berat ini menuruni tangga. Ah temen kok nyusahin sih!







Vommet jangan lupa ya mantemaan✨💛

ARUNIKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang