Chapter 4

4.7K 536 143
                                    

Halo kawan-kawan......
gila udah lama banget ya sejak terakhir,
aku yang beneran update nulis cerita,
ke kalian. maafin ya Karna aku terlalu pengecut untuk kembali mengulang beberapa memori itu tapi makasih udah mau tetep setia nungguin aku nulis, seneng banget punya orang-orang baik kayak kalian Maaf kalau masih banyak banget typo dan bahasa yang kurang, semoga berikutnya aku bisa jauh lebih baik dalam segi penulisan, ah dan ya buat kalian yang udah Ngasih semangat ke aku makasih banyak aku gak bisa bales satu-satu tenang aja aku udah jauh lebih baik.
Kalau kata mama " gapapa gak semua hal yang kita harapkan harus sesuai kenyataan"
jadi sekarang im fine, kalau dia gak sama aku yaudah berarti Allah udah siapin orang lain yang menurut Allah jauh lebih baik dari dia kalian juga mesti gitu ya,
"Jangan terlalu menggenggam sesuatu yang sedari awal kalian udah tau itu gak akan mungkin jadi milik kalian terkadang melepaskan gak selamanya buruk" kok okey
Selamat membaca🤍🤍

-AntonimHangat-

"Good Morning epribadehh" sapa Rinai pada sang Bunda yang sedang menata meja makan

"wah tumben anak bunda udah siap tanpa perlu diteriakin" heran Bunda Rosi saat melihat Rinai sudah siap dengan seragamnya dan tas di bahunya..

"gini nih anaknya berubah baik dibilang tumben, anaknya urakan dibilang gak kayak anak perawan tetangga herman Oca" cemberut Rinai sembari mengambil tempat duduk di meja makan, Bunda Rosi hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap sang anak.

Pagi ini suasana meja makan sepi hanya ada Rinai, dan sang Bunda, kata bunda tadi malam bang Langit baru bisa tidur menjelang subuh karna mesti meyelesaikan PPT kuliahnya, sedangkan ayah seperti biasa sudah duluan pergi bahkan saat Rinai belum membuka mata.

Selesai sarapan Rinai, segera keluar menghampiri motornya dibagasi bersiap berangkat sekolah melihat motornya jadi mengingatkan Rinai akan sosok Alden kemarin.
entah mengapa kata-kata Alden masih terngiang-ngiang di telinga nya "Besok berangkat sendiri jauhi gue, jauhi gue....."

"dih sape juga yang mau nempel-nempel
ama lu kulkas lu kira gue double tap suka nempel-nempel dihh geli.."ucap Rinai berbicara pada dirinya sendiri seraya menunggu motor yang ia panaskan selesai.

Selesai memanaskan motornya Rinai segera berangkat pergi meninggalkan rumahnya menuju sekolah, disepanjang perjalanan Rinai menyenandungkan lagu yang sejak kemarin terngiang-ngiang ditelinganya "harta dan tahta jelek gak papa, eh? Kalok bisa dapet yang ganteng,kaya kenapa enggak"ujar Rinai pada dirinya sendiri lalu melanjutkan nyanyiannya "harta dan tahta yang ganteng juga, banyak duitnya..."

Untungnya Rinai, bersenandung sembari menggunakan helm jadi pengguna lain tak terganggu mendengar suaranya, tanpa Rinai sadari sedari tadi ada motor lain dibelakangnya yang memperhatikan Rinai berkendara sembari menggelengkan kepalanya mengikuti senandung lagu yang ia nyanyikan.

-AntonimHangat-

Sesampainya di parkiran Rinai segera memarkirkan motornya, saat membuka helm ada motor yang baru saja terparkir tepat disebelahnya membuat Rinai menoleh

"Selamat pagi Alden tekeden keden.." sapa Rinai Riang seolah melupakan kekesalannya pagi tadi pada sosok di sampingnya, merasa tak ada jawaban Rinai kembali menyapa Alden, yang sedang membuka kaitan helm nya.

"ada kaleng diatas genteng, diatas genteng ada ikan pari eh alden ganteng ,selamat pagiiiii" pantun Rinai asal (sejak kapan pula ada ikan pari diatas genteng hadeh)

Lagi-lagi tak ada jawaban dari Alden jangankan dibalas sapaannya, secuil senyuman pun tak Rinai dapatkan, Rinai hanya mengerucutkan bibirnya kesal melihat Alden yang mulai berjalan menuju kelasnya meninggalkan Rinai di parkiran.

Antonim HangatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang