Sebuah Ungkapan Rasa

7 2 0
                                    

Aku tidak tahu harus memulai tulisan ini dari mana karena rasa ini sudah bermula sejak lama. Cerita dari rasa ini terlalu panjang untuk kuceritakan di dalam tulisan ini. Aku hanya ingin berbagi cerita tentang keberanian dalam mengungkapkan sebuah rasa. Cerita ini mungkin sepele dan terdengar berlebihan, tapi cerita ini adalah hal yang tidak mudah untuk dilakukan.

Di dunia yang aku tinggali ada stigma bahwa lelaki lebih wajar untuk mengungkapkan sebuah rasa kepada sesorang perempuan yang ia sukai atau kagumi, sedangkan jika seorang perempuan yang mengungkapkan terlebih dahulu akan terlihat aneh. Seolah stigma mengatakan bahwa sebagai perempuan kita tidak memiliki hak untuk mengungkapkan rasa terlebih dahulu, toh selama ini pendapat perempuan juga masih jarang didengarkan. Padahal sebenarnya ketika seorang perempuan berpendapat dengan logika dan perasaannya, sepertinya dunia ini akan menjadi tempat yang lebih hangat untuk ditinggali. Memang benar jika perempuan itu memiliki egoisme yang tinggi, tapi sebesar apapun egoisme itu seorang perempuan tetaplah manusia yang memiliki hati yang tulus. Sayangnya, ketulusan hati seorang perempuan seringkali disalahgunakan oleh oknum tidak bertanggung jawab sehingga banyak perempuan yang hatinya menjadi tertutup dan kehangatan hatinya mulai meredup. Dunia ini terlalu egois terhadap perempuan.

Masihkah kalian ingat cerita cinta antara Khadijah dan Rasulullah? Siapakah yang mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu? Ya. Khadijahlah yang mengungkapkan perasaannya kepada Rasulullah. Seberani itu Khadijah mengungkapkan perasaannya kepada Rasulullah dan setulus itu rasa yang Khadijah miliki untuk Rasullullah Sang Kekasih Allah hingga mengorbankan seluruh harta yang ia miliki untuk mendukung dakwah Rasulullah dalam menyebarkan Islam kala itu. Tidak aneh jika Khadijah memiliki tempat teristimewa di hati Rasulullah.

Jangan bandingkan aku dengan Khadijah karena sesungguhnya aku hanyalah manusia akhir zaman dengan segala kekurangan. Aku tidak sekaya khadijah. Aku tidak semulia Khadijah. Bahkan sebagai manusia akhir zaman aku masih jauh dari kata baik. Aku hanya ingin menyampaikan bahwa seorang perempuan yang mengungkapkan rasa terlebih dahulu itu bukanlah kesalahan dan aku pikir juga bukan sebuah aib. Hingga detik ini aku masih berbangga atas keberanian diri ini dalam mengungkapkan rasa terlebih dahulu meskipun beberapa orang di sekitarku melihat itu menjadi hal yang aneh, karena pada kenyataannya tidak semua perempuan ini dunia ini memiliki keberanian itu karena stigma yang sudah ada.

Di dunia ini ada kisah cinta yang sangat aku kagumi. Kisah cinta Khadijah dan Rasulullah, kisah cinta Fatimah dan Ali, serta kisah cinta Zainab dan Yusuf. Khadijah dengan keberaniannya dalam mengungkapkan rasa, Fatimah dengan ketaqwaannya dalam memendam rasa, dan Zainab yang lebih memilih mengejar cinta Pencipta dari sosok yang ia cintai. Sebagai perempuan akhir zaman kita memang tidak semulia ketiga sosok perempuan itu, tapi bukankah kita bisa meneladani cara mencintai dari ketiga sosok perempuan itu.

Seadainya di antara kalian sedang ada di posisi mencintai dalam diam, kalian bisa memilih dari tiga kisah cinta di atas. Aku pribadi ingin memiliki kisah cinta seindah Fatimah dan Ali yang keduanya sangat baik dalam menjaga kesucian cinta mereka, tapi sayangnya aku tak pandai dalam memendam rasa. Pada akhirnya aku memilih untuk memberanikan diri dalam mengungkapkan rasa dengan semua kekurangan yang aku miliki. Aku tidak ingin menyesali apapun hanya karena rasaku kepada seorang makhluk. Aku tidak peduli dengan bagaimana ia memandangku setelah aku mengungkapkan perasaanku. Mungkin baginya juga terlihat aneh dan tidak wajar, tapi biarlah. Setidaknya salah satu bebanku menghilang.

Semua pilihan ada di tangan sang pemilik rasa itu sendiri dan pemiliki rasa itulah yang harus bertanggung jawa atas rasa itu pula. Melalui tulisan ini aku hanya ingin menyampaikan bahwa kalian berhak untuk mengungkapkan rasa terlebih dahulu. Kalian berhak untuk menjadi sosok yang berani, tapi kembali lagi bahwa pilihan ada di tangan kalian dan apapun pilihan kalian atas rasa itu jangan pernah ada penyesalan. Dan bagaimanapun akhir dari kisah cinta itu percayalah bahwa Pencipta mu adalah sebaik-baiknya perencana.

Yogyakarta, 26 Maret 2021

eiride

Shining LifeWhere stories live. Discover now