» 18 • So, This is Me

20 10 1
                                    

Aku membuka kedua bola mataku secara perlahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku membuka kedua bola mataku secara perlahan. Aku pusing sekali. Seluruh badanku terasa remuk. Mataku masih beradaptasi dengan cahaya sekitar. Tempatku berada saat ini terang sekali, membuat mata silau.

"Akhirnya kau siuman, Jen."

Suara itu ... itu adalah suara yang sama seperti yang aku dengar terakhir kali sebelum semuanya berubah gelap. Penglihatanku sudah normal. Aku bisa melihat dengan jelas sekarang. Aku pun mendapati sosok Jay duduk pada sebuah single sofa yang ada di samping tempatku berbaring dengan wajah sumringah.

"Jay?" ujarku lirih.

Jay mengangguk. "Semuanya, Jen sudah siuman," ucapnya sambil menekan sebuah tombol di dekat tempatku berbaring.

Sekelebat bayangan tentang kejadian terakhir yang menimpaku membuatku tersadar bahwa seharusnya aku berada di tengah kekacauan pertempuran, bukannya di atas kasur yang empuk. Alam bawah sadar membuatku reflek beranjak duduk.

"Jangan duduk dulu, Jen──"

"Argh!" Aku meringis kesakitan. Jay pun dengan sigap membantuku untuk berbaring kembali.

"Luka di perutmu masih basah. Kau tidak boleh banya bergerak dulu sekarang," ujar Jay setelah membenarkan bantalan tidur agar aku dapat berbaring dengan nyaman.

Mendengar hal itu membuatku spontan menyentuh perutku sendiri. Benar, ada perban yang melilit perutku sekarang. Aku jadi teringat ketika Jane menusuk perutku dengan belatinya.

Tunggu!

"Pukul berapa sekarang?" tanyaku pada Jay.

"Sebelas malam."

Aku mendongak dan menatap sekitarku dengan bingung. Aku seperti berada di sebuah kamar hotel supermewah. Namun anehnya, di samping kasurku terdapat jendela. Yang membuatnya aneh karena jendela itu berbentuk seperti jendela pesawat. Tidak mungkin aku ada di pesawat, kan?

"Kau ada di dalam jet pribadi Keluarga Ziv, keluarganya Cedric."

Aku menoleh ke Jay. Sahabatku itu seperti tahu betul apa yang sedang kupikirkan. Dan persis setelah itu, pintu kamar tempatku berada dibuka dari luar, memunculkan sosok-sosok yang sangat familiar bagiku. Rashad, Hugo, serta ... Mark, Cedric, dan bahkan Jill!

Rashas dan Hugo naik ke atas kasur tempatku berbaring. Mereka duduk di kedua sisiku. Cedric dan Jill duduk berdampingan di sebuah sofa yang lebih besar. Sementara Mark memutuskan berdiri.

"Bagaimana kondisimu, Jen?" tanya Rashad dan Hugo nyaris bersamaan.

"Entahlah, Rashad, Hugo. Semua ini terlihat membingungkan," jawabku dengan suara rendah. Tenagaku perlahan pulih.

"Well, sebenarnya kamilah yang lebih kebingungan sekarang."

Aku menoleh ke Cedric.

"I mean, siapa yang tidak terkejut melihatmu dengan kostum hitam-hitam aneh itu? Juga dengan semua senjata dan perlatan canggih yang tersimpan di baliknya," Cedric menunjuk pada meja yang berada di dekatnya. Semua peralatanku tergeletak di atasnya.

THE FIGHT SERIES | #1 ROOFTOP FIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang