» 7 • Nice Beginning

31 12 14
                                    

Aku, Rashad, Hugo, dan Jay memutuskan untuk ke kantin setelah semua kelas selesai. Kantin akademi selalu sepi di jam-jam sekarang. Semua kegiatan mahasiswa kini terpusat di gedung-gedung ekskul. Kami tidak ada jadwal ekskul hari ini. Maka dari itu kami memutuskan untuk mengerjakan tugas di kantin sekaligus mencari suasana baru.

"Hei, Rashad, apakah kau punya pensil lagi? Pensilku patah. Aku tidak membawa penyerut," celetuk Hugo.

Rashad mendengus. Pemuda itu mengambil pensil cadangannya dari dalam tempat pensil dan menyerahkannya pada Hugo.

"Dasar tidak modal!" cemoohnya. Sementara Hugo hanya nyengir, tidak merasa tersinggung karena ucapan Rashad.

Aku memperhatikan kedua sahabatku itu bergantian. Yang satu anaknya perfeksionis, serba teratur, dan selalu rapi. Sedangkan yang satunya merupakan kebalikannya. Aku pernah dengar dari mulut orang-orang, bahwa sesuatu yang bertolak belakang biasanya justru akan awet karena saling melengkapi. Dan melihat betapa kuat chemistry Rashad dan Hugo selama kami berteman, terlepas dari mereka yang sering bertengkar, aku jadi percaya bahwa apa yang aku dengar mulut orang-orang itu benar adanya.

Aku menoleh ke Jay yang duduk di sampingku. Anak itu sedang fokus sekali menghadap layar laptopnya. Jay bilang dia dapat tugas untuk presentasi besok. Jadilah anak itu sekarang sedang mengumpulkan bahan-bahan materi dan menyusunnya dalam bentuk power point.

Chemistry yang aku dan Jay punya juga cukup kuat, tidak kalah dengan milik Rashad dan Hugo. Kami sudah bersahabat sejak hari pertama pendaftaran masuk akademi. Anak itu dulu pendiam sekali. Jay itu aneh. Mood-nya bisa berubah-ubah tanpa bisa ditebak. Kadang dia bisa jadi orang paling berisik yang pernah ada, mengoceh tanpa henti, mengalahkan betapa cerewetnya Hugo. Tapi dia juga bisa menjadi orang paling pendiam yang pernah ada, sama sekali tidak punya niatan untuk membuka mulut, persis seperti patung yang diberi nyawa.

"Eh, Jen, kau kenapa?" tanya Hugo.

Aku menoleh. "Kenapa apanya?"

"Tadi aku menyadari kau memperhatikan aku dan Rashad. Sekarang Jay. Orientasi seksualmu baik-baik saja, kan?"

Aku menimpuk kepala Hugo dengan kotak tisu yang ada di atas meja. Enak saja anak itu menuduhku yang tidak-tidak! Aku jelas 100% masih normal!

Hugo terkekeh geli. "Lagi pula, suruh siapa kau tiba-tiba memperhatikan kami semua dengan tatapan yang begitu intens. Kalau kau seperti itu ke Jane aku tidak akan masalah, it's normal because you have a crush on her. Tapi yang kau tatap itu kami. Kami, kan, jadi merinding!"

Aku mendelik tajam. "Jadi kau pikir aku belok, begitu? Yang benar saja!"

Rashad dan Hugo tertawa melihat wajah masamku. Jay hanya terkekeh. Anak itu masih sibuk dengan laptopnya.

"RASHADDD!!!"

Tawa Rashad langsung tersumpal begitu mendengar teriakan melengking dari arah pintu masuk kantin. Tanpa harus menoleh pun Rashad sudah dapat menebak siapa yang datang. Anak itu mendesah berat.

"Aku dengar dari anak-anak kalau kau pergi ke kantin setelah──eh, hai, Jen, Hugo, Jay!"

Aku mengangguk lalu tersenyum. Itu Yolanda. Gadis dari jurusan Teknologi Sahabat Sejati yang merangkap menjadi penggemar garis kerasnya Rashad. Entah apa yang membuat Yolanda terus tergila-gila dengan Rashad yang jelas-jelas selalu menolaknya.

"Hai, Yolanda!" balas Hugo dan Jay serempak.

Yolanda segera memposisikan diri duduk di sebelah Rashad. Gadis itu langsung dihadiahi helaan napas berat dari anak itu. Aku yakin Yolanda mendengar helaan napas itu, namun gadis itu tetap tersenyum.

THE FIGHT SERIES | #1 ROOFTOP FIGHTOnde as histórias ganham vida. Descobre agora