CH. 09| Vengeance

255 59 0
                                    

" author sangat menghargai segala bentuk apresiasi dari pembaca "

|||

Jimin membuka pintu rumahnya pada pukul 10 malam, menyambut tamu tak di undang bahkan tamu yang ingin ia hindari saat ini takut-takut mulutnya yang berbentuk ampela ayam itu keceplosan menceritakan apa yang telah ia lihat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jimin membuka pintu rumahnya pada pukul 10 malam, menyambut tamu tak di undang bahkan tamu yang ingin ia hindari saat ini takut-takut mulutnya yang berbentuk ampela ayam itu keceplosan menceritakan apa yang telah ia lihat.

"Yak, Sena-ya, apa yang terjadi?" Jimin melongo tak percaya ketika Sena ada di depan pintu rumahnya dalam keadaan bibir yang terluka.

Jimin pun mempersilahkan Sena masuk ke dalam rumah dan membawa Sena duduk di ruang tamu. Untung saja Jimin masih mengerjakan tugas dan belum tidur pukul segini. Siapa sangka Sena akan datang dalam keadaan terluka.

"Kenapa bibirmu terluka?" Tanya Jimin yang diselimuti ke khawatiran. "Siapa yang memukulmu. Biar kuhajar!"

"Ck, diamlah. Aku sudah mematahkan lehernya, tenang saja."

"Benarkah? Kalau dia mati bagaimana?"

"Tidak bodoh! Mana mungkin aku membunuh orang."

"Oh, Sena? Apa yang terjadi? Kenapa wajah---"

"Ah ini tadi saya, saya... Umm... Bibi tolong Sena ya..." Sena tidak tahu harus bagaimana mengatakan pada ibu Jimin yang terkejut melihat Sena yang terluka. Meskipun sudah di obati tapi bekasnya masih kentara.

Ibu Jimin pun melihat luka di bibir Sena. Lalu mengobatinya kembali dengan obat-obatan resep dokter. Berhubung ibu Jimin adalah seorang dokter bedah, beliau pun mengobati luka di bibir Sena seperti pasiennya.

"Kenapa bisa luka begini? Kamu dari mana?" Tanya ibu Jimin setelah melepas sarung tangan medis yang selalu tersedia di rumah.

"Sena bertemu preman Bi. Itu tidak di sengaja. Preman itu mau mengambil uang Sena. Jadi Sena bertarung dengan mereka."

"Memangnya tidak ada yang menolong? Kenapa kamu bertarung sendiri? Kamu bisa minta tolong Sena. Atau segera telepon polisi." Ibu Jimin lantas duduk berhadapan dengan Sena mengaitkan atensi beliau dan menaruh perhatian serta rasa khawatir pada anak tetangganya tersebut.

"Iya Sena, harusnya telepon polisi saja." Imbuh Jimin.

"Tidak sempat, mereka bertiga. Untung aku punya keterampilan bela diri."

"Tetap saja itu bahaya sayang."

"Iya Bi, lain kali Sena tidak akan lewat gang sempit lagi."

"Memangnya kau mau kemana sih?"

"Uum... Ke... Samore Chicken." Jawab Sena ragu.

"Apa?!"

"Kenapa kamu sangat terkejut Jimin?" Tanya sang ibu.

dare amore ; min yoongiWhere stories live. Discover now