- Bab 7 -

372 24 4
                                    

Setiap malam semenjak pindah ke rumah ini, Axel tidak pernah mematikan lampu di kamar tidur. Sangat berbeda dengan kebiasaanya sebelum pindah. Berada di dalam kegelapan adalah zona kenyamanan bagi Axel. Sinar terang malah membuat pria itu pusing dan berkunang-kunang. Dia tidak memiliki alasan khusus, hanya saja merasa tidak aman di tempat baru.

Sebenarnya saat pertama memasuki rumah ini, Axel langsung dapat merasakan ada hawa tidak enak tanpa alasan jelas. Perasaan itu bertambah kuat pada malam hari dan dia sadar jika tidurnya sering gelisah. Memang tidak setiap malam karena kadang ada kalanya tidurnya bisa lelap, meskipun bisa dihitung dengan jari. Namun, malam ini Axel merasakan lagi hawa panas dingin secara bersamaan yang membuatnya merinding. Axel sangat tidak menyukai perasaan yang sulit untuk dapat dinalar oleh logika.

Axel berbaring di atas tempat tidur kebingungan. Badannya bergerak menggelinding ke kiri dan ke kanan berulang-ulang seolah mencari posisi tidur yang tepat. Sesekali tiba-tiba dia duduk, menghela napas panjang dan menggaruk-garuk kepala merasa frustasi, kemudian membanting tubuhnya kencang kembali berbaring. Belum cukup sampai di situ, Axel menendang selimut hingga jatuh ke lantai. Begitu juga dengan bantalnya. Pria itu merasa gerah, walaupun malam ini cuaca sedang dingin. Di luar rumah angin bertiup kencang. Axel masih dapat merasakan embusan angin masuk melalui celah pintu dan jendela. 

Hanya ada sebuah guling yang menemani Axel di atas kasur. Guling itu dipeluknya erat sambil tidur menyamping ke kanan. Pemandangan danau yang sangat damai dan tenang terlihat jelas melalui jendela kamar. Axel mendadak teringat belum pernah sekalipun menyusuri danau menggunakan perahu. 

Yulius pernah menawarkan kepada Axel jika ingin berkeliling menelusuri danau boleh meminjam perahu motor miliknya atau dia yang akan menemani kapan pun. Axel sangat antusias karena sudah lama dia tidak mengendarai perahu motor. Dahulu mendiang ayah Axel gemar sekali memancing dan sering mengajak Axel. Setiap akhir pekan mereka menghabiskan waktu bersama melakukan kegiatan yang menyenangkan itu. Sang ayah juga mengajarkan Axel cara menjalankan perahu motor dan dalam sekejap dia sudah mahir sehingga ayahnya sudah bisa menyerahkan kemudi perahu kepadanya.

Kira-kira setelah Axel mulai disibukkan dengan pekerjaan, dia tidak lagi mengendarai perahu motor. Namun, pria itu yakin masih mengingat langkah-langkah menjalankannya.

Sebuah ide tiba-tiba muncul, Axel akan mengajak Carisa berkeliling danau menggunakan perahu dalam waktu dekat. Pasti akan sangat menyenangkan pergi berdua bersama Carisa, seperti sedang berkencan. Axel terkekeh membayangkan pemikiran itu. Pria yang sudah berusia empat puluh tahun ternyata masih bisa bersikap kenakan-kanakan sebagaimana anak remaja baru jatuh cinta. Sebelum kesenangan itu bisa terwujud Axel harus minta izin terlebih dahulu kepada Yulius untuk meminjam perahu motor.

Sejauh ingatan Axel, sering kali Carisa menolak ajakan Axel pergi sekadar berjalan-jalan berkeliling kota. Padahal pria itu juga berharap Carisa dapat menjadi semacam pemandu wisata baginya. Sifat introvert yang dimiliki wanita itu menjadi penghalang. Carisa pernah bercerita bahwa dirinya tidak merasa nyaman berada di tempat terbuka dan bertemu banyak orang.  Lingkaran pertemanan Carisa tergolong kecil. Haikal sangat membatasi pergaulan sang cucu. Pria tua itu melindungi Carisa dengan sangat berlebihan.

Axel mengubah posisi tidurnya menjadi telentang. Pikirannya pun seketika beralih kepada Agatha, wanita yang tidak menepati janji. Padahal Axel sudah sangat menunggu untuk bertemu dengannya agar sesegera mungkin memecahkan teka-teki tentang peristiwa masa lalu yang sudah memenuhi otaknya.

Sekitar pukul sembilan malam, Axel sudah tiba di rumah. Tadi setelah dari rumah Agatha, Axel mendatangi kedai. Sesampainya di sana kedai sudah tutup. Jadi di mana Agatha? Axel tidak dapat memikirkan tempat lain untuk menemukan Agatha, jadi dia memilih pulang dengan tangan hampa dan kecewa. 

Rahasia Yang Terkubur [TAMAT~> terbit eBook]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant