[Bagian 52] Garis dua

Start from the beginning
                                    

"T-tapi, aku merasa gagal jadi seorang istri yang baik buat kamu, a-aku udah cuekin suami aku sendiri---"

Cup!

Arga mengecup kedua kelopak mata istrinya yang terpejam.

"Udah yaa sayang, jangan nangis, gapapa udah yaa..." ucap Arga lembut lalu mengelus lembut surai istrinya.

Tara mendongak memberanikan diri menatap manik mata Arga, ia langsung memeluk suaminya, menenggelamkan wajahnya di dada bidang milik Arga. Tara menumpahkan tangisan, ia malah semakin terisak mengingat kejadian kemarin. Ia merasa bahwa dirinya jahat dan tidak bisa menjadi istri yang baik.

Arga membalas pelukan itu seraya mengelus rambut istrinya. "Don't cry baby. I'm okay," ucap Arga dengan lembut.

Tara melepaskan pelukannya, ia mulai tenang. Tangannya terangkat untuk menghapus jejak air mata di pipinya. "Maafin aku yaa..." gumam Tara pelan tetapi masih bisa di dengar oleh Arga.

Pria itu tersenyum manis seraya mengangguk. "Iya sayang, tapi nanti malem 10 ronde ya?" godanya dengan alis yang dinaik turunkan.

Tara mendelik mendengar celetukan suaminya itu. "Terserah kamu," jawab Tara membuat Arga bersorak semangat.

Cup!

Arga mengecup bibir Tara sekilas lalu berdiri dari duduknya. "Ayo sayang, katanya mau ngajak makan. Aku laper nih," ucap Arga dengan wajah memelas.

"Tdi katanya nggak laper. Wuuuu!!" ledek Tara.

"Yaa... itu kan tadi, sekarang laper sayang," sahut Arga cemberut membuat Tara gemas sendiri.

Tara terkekeh geli, ia bangun dari duduknya. "Yaudah ayuk, makan. Tania juga udah nungguin," ajak Tara yang langsung diangguki Arga.

༻୨♡୧༺

"Tania? Are you okay?" tanya Tara yang melihat raut wajah Tania tidak seperti biasanya.

Tania hanya menggaguk seraya tersenyum kaku. Tara mengerutkan keningnya tidak mengerti seperti ada sesuatu yang janggal, pikirnya. Tania hendak mencuci piring kotor bekas makan siang tadi tetapi langsung di tahan oleh Tara.

"Eum-- biar aku aja, Tan. Kamu mending istirahat di kamar, kayaknya kamu kecapean ya?" Tara menatap Tania dengan tatapan tak terbaca.

Tania diam menunduk, beberapa detik kemudian ia mengangguk. "I-iyaudah kak, aku istirahat di kamar ya," jawab Tania dengan suara pelan lalu masuk ke dalam kamarnya meninggalkan Tara yang masih terdiam dengan otak yang tengah berpikir keras.

"Tania kenapa, sih?" gumamnya.

Tara kembali fokus pada cucian piring di hadapannya dan mulai mencucinya dengan bersih.

༻୨♡୧༺

Tara berniat mengambil pengering rambut yang berada di kamar Tania karena pengering rambut miliknya rusak. Tara berjalan masuk ke dalam kamar Tania yang tidak dikunci. Ia melihat Tania tengah bergulat dengan buku-buku di meja belajarnya. Saking Fokusnya, bahkan Tania tidak menyadari kedatangan Tara karena posisi meja belajarnya membelakangi pintu.

Tara tersenyum lalu berjalan ke arah Tania. Tara memegang pundak Tania bermaksud untuk memanggil gadis itu. "Tania?"

Tania sedikit tersentak saat pundaknya di sentuh. Ia mendongak menatap Tara. "Eh, Kak Tara? Ada apa kak?"

"Eum, aku boleh pinjem hairdryer kamu nggak? punyaku rusak," ucap Tara.

"Ohya, boleh kak itu ambil aja di laci bawah meja rias," jawab Tania seraya menunjuk meja rias yang berada di pojok ruangan.

Tara mengangguk sambil tersenyum. "Okay!"

Tara melangkahkan kakinya untuk mengambil pengering rambut di laci meja tersebut. Tara sedikit membungkukkan badannya untuk membuka laci meja itu dan mengambil hairdryer di dalamnya.

Tiba-tiba saja matanya terfokus pada benda kecil yang berada di bawah meja rias itu. Tara memicingkan matanya saat mengetahui apa benda itu. Testpack? batinnya. Tara mengambil benda itu.

Ia berdiri tegak seraya menatap testpack yang menunjukkan garis positif. Tara mengalihkan tatapannya, menatap punggung Tania dengan tatapan sulit di artikan seraya menghampirinya.

"Tan, ini apa?" tanya Tara sambil menunjukkan testpack yang ia pegang membuat tubuh Tania menegang ditempat.

Tania bungkam, seketika wajahnya memucat. Ia menatap testpack di tangan Tara. "Jawab Tania!" desis Tara mulai marah.

Tania menggigit bibir bawahnya, ia sangat takut sekarang. "I-itu---"

"Apa? ini punya kamu, hah?" tanya Tara tidak santai.

Tania menunduk ia tidak berani menatap Tara yang kini tengah menatapnya dengan tatapan marah sekaligus kecewa.

"Aku tanya sama kamu, jawab Tania!" geram Tara yang sedari tadi melihat Tania hanya terdiam sambil menahan tangis. Tara semakin yakin kalau benda itu adalah milik Tania.

"JAWAB!!!" bentak Tara membuat Tania tersentak.

"I-iya, kak ..." lirih Tania hampir tidak terdengar.

"M-maaf," gumam Tania, kini air matanya sudah jatuh membanjiri kedua pipinya.

Tara terdiam, ia masih tidak percaya. Tara mundur beberapa langkah dan terduduk di kasur milik Tania. Ia kembali menatap Tania yang menunduk sambil menangis. Tara menjilat bibirnya yang terasa kering.

"Siapa ayahnya?" tanya Tara dingin membuat Tania terdiam.

"Siapa, Tania?" desis Tara tajam.

Tania menunduk dalam-dalam. "K-kak A-arga..." lirihnya.

Deg!!

༻୨♡୧༺

to be continued
vote juseyooo
arigatoou

—sankaara

ARGATARA [NEW VERSION]Where stories live. Discover now