"Vaska, tolong... anter aku pulang," pintanya sambil menepuk-nepuk bahu Alvaska dari belakang.

"Ogah amat!" tolak Alvaska.

"Please," mohon Aluna dengan mata yang sudah berkaca.

Alvaska malah terkekeh kegelian sungguh menyenangkan sekali mempermainkan Aluna seperti ini. "Lo tahu nggak siapa yang udah buat ban motor lo kempes?"

Tanpa menunggu Aluna menjawab ia sudah melontarkan kata lagi. "Itu gue."

Netra Aluna membola, lelaki di depannya ini sungguh tidak bisa tertebak, teganya dia sampai melakukan hal sekejam itu. "Kenapa kamu ngelakuin hal itu? Aku salah apa sama kamu, Ka? Kamu jahat banget. Gara-gara kamu aku jadi pulang telat, jahat. Kamu jahat!" Aluna memukul-mukul punggung Alvaska tetapi sang empunya tidak merasakan sakit sekalipun karena pukulan Aluna tidak ada tenaganya sama sekali baginya.

Dirasa sudah cukup jauh dari keramaian manusia Alvaska menghentikan motornya secara mendadak. "Turun!"

"Nggak mau, tempat ini sepi banget. Aku takut."

"Gue bilang turun ya turun! Lo mau turun sendiri apa gue paksa?" gertaknya.

Mau tidak mau Aluna harus turun. Setelah itu Alvaska menyalakan motornya meninggalkan Aluna sendirian di sana tanpa rasa bersalah.

Ini sepi sekali, jauh dari lalu lalang manusia. Aluna tidak tahu harus minta tolong pada siapa. Jujur saja ia takut kalau tiba-tiba ada orang tidak dikenal yang berlaku jahat kepadanya.

Ia menggigit bibir sambil melihat sekeliling, suasananya sangat mencekam seperti ada orang yang tengah mengawasinya. Apalagi langit sangat mendung menambah rasa takut kian bertambah.

Tangannya merogoh ponsel yang berada di saku, ia akan memesan ojek online saja. Namun, harapannya itu pupus ia teringat jika ponselnya yang tidak bisa menyala alias lowbat.

Ia menghela napas gusar, "aku takut."

Dalam rasa ketakutan yang mulai menjalar ke seluruh tubuhnya, ia melangkahkan kaki pelan-pelan.

"Tolong lindungi Luna, Tuhan... jangan biarkan orang jahat menganggu Luna," pintanya pada Yang Maha Kuasa.

Selang sepuluh menit, nampak tiga motor besar dengan kecepatan di atas rata-rata bergerak mendekatinya. Tiba-tiba saja jantungnya berdegup dua kali lipat lebih kencang, kedua tangannya menggenggam erat tas gendongnya.

Setibanya di dekat dirinya, ketiga motor itu mengitari gadis itu membuat ia terintimidasi. Mereka memakai helm membuat Aluna sulit mengenali wajah mereka.

"Kalian siapa? Tolong jangan ganggu aku!" teriaknya.

Ketiga orang itu mengabaikan teriakan Aluna bahkan malah semakin menambah kecepatan motornya mengakibatkan debu beterbangan ke mana-mana.

"Uhuk-uhuk." Aluna terbatuk penyakit asmanya kambuh, tangan kirinya menutup hidung dan mulut sedangkan tangannya satunya lagi mengipasi debu yang memburamkan pandangannya.

Sepuluh menit telah berlalu akhirnya ketiga motor itu berhenti juga. Lantas mereka turun dari motor tak lupa pula membuka helm yang mereka kenakan. Betapa terkejutnya Aluna kala melihat siapa gerangan ketiga orang tersebut.

"Ka-kalian?! Uhuk-uhuk, kenapa kalian ngelakuin ini sama aku?" tangannya tak lain pada Alvaska, Rama, dan juga Alaska.

"Kenapa lo batuk-batuk sakit lo?" Rama bertanya remeh sambil memasukkan kedua tangannya di dalam kantung celana.

"Kalian kenapa sih jahat banget sama aku? Aku... aku kan nggak punya salah sama kalian." Aluna masih tidak mengerti mengapa dirinya begitu dibenci oleh mereka bertiga.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 14, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ALASKALUNAWhere stories live. Discover now