🍁 Bad Day

47 3 0
                                    

🍂

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🍂

Suasana sarapan pagi nampak seperti biasanya. Hening hanya ada suara garpu dan sendok yang saling berdenting.

"Bagaimana progres belajar kamu, Luna?" tanya Juan.

"Seperti biasa, Pa," jawab Aluna.

"Nilai-nilai mata pelajaran kamu nggak ada yang mengalami penurunan kan?" imbuh Liora.

Tumben sekali mereka membolehkan berbicara saat sedang makan, biasanya kan enggak," batin Aluna.

"Hei, Luna, bangaimana? Tidak ada yang mengalami penurunan kan?" tanya Liora lagi karena dirinya merasa diabaikan oleh Aluna. Hal itu membuyarkan lamunan gadis kelas sebelas SMA itu.

"Eh eng... enggak kok, Ma." Aluna berbohong. Sejujurnya ada satu mata pelajaran yang nilainya turun kemarin. Namun, ia tidak berani mengatakan itu pada orangtuanya karena jika sampai itu terjadi, sudah bisa dipastikan Aluna tidak akan boleh keluar rumah kecuali bersekolah dan durasi jadwal les privatnya akan ditambah. Itu sangat melelahkan dan Aluna sangat membencinya.

"Bagus, tingkatkan terus jangan sampai menurun. Jika sampai menurun kamu tahu kan hal apa yang akan kamu terima," peringat Juan.

Alina mengembuskan napas pelan. "Iya, Pa." Ia hanya bisa menjawab seperti itu. Tidak boleh ada bantahan, harus patuh mengikuti semua perintah majikan layaknya robot yang bersedia melakukan ini dan itu.

"Oh iya habis sekolah langsung pulang, nggak usah mampir-mampir. Hari ini kamu ada jadwal les bahasa inggris," ujar Liora.

"Iya, Ma, nanti aku bakalan langsung pulang."

"Ya sudah, kalo makanan kamu sudah habis, sana cepat berangkat. Jangan sampai telat, jadilah siswa yang baik, jangan berbuat onar sampai kami harus menanggung malu akibat ulahmu," pesan Juan.

Walaupun batinnya sangat tertekan Aluna hanya bisa tersenyum tipis sebagai tanggapan. "Baik, Papa."

"Satu lagi, kamu harus selalu menjadi nomor satu di sekolah. Saya tidak mau kamu sampai kalah dengan Sinta."

"Eumb." Aluna mengangguk. Membantah pun tidak ada gunanya, tak apa selama ia masih kuat ia akan tahan segala tekanan dan keinginan orang tuanya pada dirinya.

"Kalau gitu, aku pamit dulu. Pa, Ma."

"Ya sudah sana berangkat, jangan sampai telat," jawab Liora.

Gadis itu berangkat menggunakan sepeda motor berwarna blue soft kesayangannya. Motor itu ia dapatkan saat memenangkan olimpiade matematika tingkat nasional tahun lalu.

Di perjalanan ia menikmati angin sepoi pagi hari, tanpa sadar bibirnya melengkung ke atas.

Harapan Aluna hari ini, semoga saja tidak ada hal-hal aneh yang menimpanya dari pagi hingga pulang sekolah nanti. Ia ingin sekali merasakan nyaman dan tentramnya suasana sekolah.

ALASKALUNAWhere stories live. Discover now