One

18 6 0
                                    

"Lev, lekas bangun! Kita harus segera bersiap!" teriak Mom dari balik pintu kamarku. Setelah itu, kudengar juga seruan yang sama dari ruangan lain; kamar Becca dan Lizzy. Dua adikku itu masing-masing selisih dua tahun dariku. Kini usiaku 16 tahun, Becca 14 tahun, dan Lizzy 12 tahun.

Eh? Ada apa?

Aku terbangun dengan linglung. Menatap jam dinding, baru pukul setengah tiga dini hari. Aneh sekali, bukan? Kenapa Mom tiba-tiba memanggil dan menyuruh bersiap-siap? Aku yang salah dengar atau apa? Akan tetapi, tadi memang benar-benar suara Mom kok. Aku tidak mungkin salah mengenali suara wanita yang telah melahirkanku.

Aku terdiam sesaat, berusaha mengingat-ingat, ada agenda penting hari ini? Sekarang Sabtu. Sekolah kami sedang libur musim panas. Sudah pasti bukan karena itu, lalu apa? Rasanya tidak ada acara keluarga atau rekan kerja orang tua kami. Pusing karena tidak juga menemukan jawaban atas pertanyaanku sendiri, aku memilih menuruti titah Mom.

***

Aku sudah selesai mandi dan berpakaian. Aku mengenakan jeans dan kaos putih lengan pendek. Itu kesukaanku, selain karena tampilannya yang sederhana, aku juga merasa nyaman.

Aku menuruni anak tangga. Tujuanku satu-satunya adalah ruang makan. Biasanya kami semua akan dikumpulkan di sana jika ada sesuatu atau hal apa pun yang hendak dibahas. Jarang sekali kami menggunakan ruang keluarga, paling hanya saat menonton TV bersama.

"Mom, kenapa kita bersiap-siap sepagi ini? Maksudku, ini masih dini hari!" kataku pada Mom yang memunggungi kami semua. Sepertinya ia sedang memasak makanan untuk sarapan. Hm, sarapan dini hari. Kedengarannya konyol.

Dad, Becca, dan Lizzy juga sudah duduk di kursi masing-masing. Kulihat dua adikku itu pun sama bingungnya dengan diriku. Mom maupun Dad, tidak ada di antara mereka yang buka mulut untuk memberitahu kami mengapa mendadak kami semua dikumpulkan di sini.

Tak kunjung mendapat jawaban, akhirnya aku juga memilih diam. Tidak sampai sepuluh menit, Mom sudah selesai membuatkan kami nasi goreng seadanya. Kami melahap sarapan masing-masing dalam bungkam.

Sejujurnya, aku merasa ada yang tidak beres dengan Mom dan Dad. Baiklah, kita teruskan. Ini kali pertama aku, Becca, dan Lizzy dibangunkan dini hari. Sebelum-sebelumnya tidak pernah. Jadi, tidak heran jika kami pun kebingungan dengan situasi yang ada.

Makanan di piring masing-masing sudah tandas. Mom mengambil kembali piring-piring kosong itu dan menaruh semuanya pada bak cuci piring. Setelahnya, Mom kembali duduk di kursinya.

Suasana hening sesaat hingga Mom berkata, "Sekarang, kembalilah ke kamar kalian dan bereskan barang-barang kalian. Bawa yang penting saja, tidak perlu semuanya. Setelah ini kita akan berangkat."

Berangkat? Ulangku dalam benak.

"Kita mau ke mana, Mom?" Lizzy bertanya. Adikku yang tahun ini akan masuk sekolah menengah pertama itu berani menyuarakan rasa penasarannya. Jarang-jarang dia bertanya duluan.

"Kita akan pindah," Dad yang menjawab, "sekarang lekaslah berkemas!" lanjutnya.

Kami bertiga menyahut bersamaan, "Baik, Dad."

***

Tidak pernah terpikirkan olehku jika suatu saat nanti keluarga kami akan meninggalkan San Francisco. Aku merasa kota ini adalah tempat ternyaman untuk menjalani hidup. Nyatanya, malah dini hari ini kami harus minggat dengan alasan yang masih abu-abu.

Aku bahkan belum sempat berpamitan dengan teman-temanku di Sanrio High School, terutama dengan tim basket sekolah. Baiklah, pamit bisa kapan saja. Aku akan tetap menghubungi mereka nanti. Ya, meski sepertinya mereka tidak akan senang mendengar kabar kepindahanku yang mendadak.

Aku membuka koper dan menaruhnya di atas kasur. Apa yang harus kubawa? Sebagai satu-satunya anak laki-laki di keluarga Anderson, aku merasa tidak membutuhkan banyak barang untuk mengisi koper besar ini. Paling sejumlah pakaian ganti dan tentunya buku-buku bacaanku.

Aku hobi membaca, terutama genre yang membuat bulu kuduk merinding. Ada lumayan banyak koleksi bukuku, tidak mungkin aku meninggalkan mereka begitu saja. Kurasa koperku akan tetap penuh. Haha.

Tok ... tok ... tok ....

Aku mendengar suara ketukan.

"Masuk saja," kataku. Aku yakin yang mengetuk pintu barusan bukan Mom ataupun Dad, kemungkinan salah satu dari saudariku.

"Levi," panggilnya. Ternyata Becca. Suara langkahnya terdengar mendekat. Aku enggan menoleh, masih sibuk menata isi koper. Hampir selesai.

"Ada apa?"

"Boleh minta tolong?" Bisa kubayangkan wajahnya yang memelas dengan mata berbinar. Dia memang pintar merayu.

"Katakan saja." Aku baru hendak menarik risleting koper.

"Emm ..." suara Becca terdengar ragu, tapi ia tetap melanjutkan, "koperku penuh, padahal masih ada barang lagi yang harus kubawa. Apa kopermu masih muat menampung beberapa punyaku?"

Kubatalkan niatku menarik risleting, kemudian aku berpaling menghadapnya yang tengah berdiri dua langkah dari posisiku. "Dad bilang, bawa barang seperlunya saja, 'kan? Kenapa kopermu sampai tidak muat? Bahkan seingatku, kopermu lebih besar disbanding punyaku."

Becca terkekeh sambil menggaruk tengkuk, salah tingkah. "Tapi, barang yang akan kubawa penting semua, Lev. Tolonglah, aku janji tidak akan banyak." Becca menangkupkan dua telapak tangannya sambil tersenyum menggembungkan pipi. Sejujurnya, adikku yang satu ini benar-benar manis, tapi aku tidak punya cukup waktu untuk berbasa-basi atau sekadar menjitak dahinya.

"Baiklah, bawa saja barangmu. Kurasa masih ada sedikit tempat di sini."

"Hore!" Becca bersorak girang. Tanpa aba-aba, ia menerkamku. Memelukku erat hingga membuatku sulit bernapas.

"Lepaskan!" pekikku. Adikku yang satu ini memang menyebalkan, seringkali aku juga kesal dengan sikapnya yang menurutku terkesan berlebihan. Ia seperti huggphile. Ia tergelak, lantas melepaskanku. Aku mundur selangkah, tidak ingin dipeluk untuk yang kedua kali. Biasanya, Becca tidak puas memelukku kurang dari dua atau tiga kali.

"Haha ... santai saja. Ya, aku akan segera kembali. Siapkan kopermu!" teriaknya sambil berlari keluar dari kamarku.

Mendengar kata-katanya, aku hanya menggeleng pelan sambil membuang napas lelah.

In My Past Memory ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang