Axel sedang tidak ingin mengobrol lebih lama, "Baiklah saya permisi dulu menyusul Carisa."

"Eh tunggu," tahan Agatha sambil menarik lengan Axel, "rumah itu, tempat tinggal anda. Apakah anda betah di sana?"

"Apa maksud anda?" Axel tidak memahami pertanyaan Agatha.

"Aku harus menceritakan kepadamu karena tidak ada yang mau mengatakannya. Warga sini tidak pernah lagi membicarakan kejadian itu. Mereka menganggap akan mendatangkan malapetaka," nada suara Agatha makin mengecil, "rumah itu dulu ditinggali oleh saudara perempuan Yulius. Dia perempuan gila dan seorang pembunuh. Anda tahu? Dia membunuh dua orang wanita bertahun-tahun lalu. Sekarang dia menghilang, kemungkinan besar melarikan diri."  

"Benarkah?" ujar Axel terkejut.

"Sampai sekarang mayat kedua wanita itu belum temukan, tetapi saat mereka menggeledah rumahnya, polisi menemukan beberapa barang milik para korban. Penduduk di sini yakin kalau mayat-mayat mereka di kubur di sekitaran rumah itu." Agatha melanjutkan ceritanya tanpa menghiraukan wajah kaget Axel.

Mata Axel melotot tidak dapat mempercayai informasi yang baru dia dengar. Agatha masih terus saja berbicara mengenai kasus pembunuhan lama itu dan rumah sementara Axel. Pria itu melihat bibir Agatha yang terus bergerak bersemangat tidak berhenti. Sejauh yang dia ingat, Yulius tidak pernah mengatakan apa-apa mengenai rumah itu. Jadi, Axel berkesimpulan tidak akan sepenuhnya percaya cerita Agatha sampai tahu yang sebenarnya.

"Saya permisi dulu, Tuan Harun. Semoga harimu menyenangkan," pamit Agatha sesaat setelah mengakhiri ceritanya.

Sepeninggal Agatha, Axel  masih mencerna cerita dari Agatha. Meskipun tidak langsung percaya seluruhnya, tetapi cerita itu terngiang dalam otak pria itu. 

Carisa. Batin Axel menyadari wanita itu belum kembali. Dia mendorong kereta belanja menuju bagian daging. Di situ sudah sepi kerumunan dan Carisa tidak berada di sana.

Axel memutari seluruh bagian toko swalayan, menyusuri lorong demi lorong. Tidak ada Carisa di mana pun. Axel berpikir mungkin Carisa pulang terlebih dahulu, tetapi mengapa dia meninggalkan Axel begitu saja? Akhirnya setelah setengah jam mencari, Axel memutuskan untuk segera pulang berharap Carisa sudah berada di rumah.

Begitu sampai rumah, Axel meletakkan kantong plastik berisi barang-barang hasil belanja di lantai asal saja dan langsung mencari keberadaan Carisa ke seluruh penjuru rumah. Tidak ada. Axel menuju halaman luar meneriaki nama Carisa. Tidak ada tanda-tanda keberadan wanita itu juga di sana. Axel mulai merasa khawatir.

Perasaan Axel berubah menjadi panik, takut jika sesuatu yang buruk terjadi. Pria itu berpikir pergi ke rumah Haikal untuk memastikan Carisa ada di sana, tetapi rencananya langsung dibatalkan karena teringat dengan peringatan Carisa agar jangan pernah datang ke rumahnya. Haikal akan marah besar jika ada laki-laki yang menemuinya di rumah. Haikal sangat protektif kepada cucu perempuannya itu.

Tanpa terasa di luar sudah gelap dan belum ada kabar sama sekali dari Carisa.

tok .. tok ... tok

Ada orang yang mengetuk pintu. Axel berlari menuju pintu depan, sangat berharap Carisa yang datang. Namun, dugaannya salah, "oh, anda ternyata."

"Apakah anda mengharapkan kedatangan seseorang?" tanya Poppy.

"Tidak. Saya mengira Carisa yang datang," kata Axel dengan nada kecewa, "silahkan masuk."

"Tidak perlu, saya hanya sebentar saja. Saya ingin mengundang anda untuk makan malam di rumah kami besok. Anda sudah satu minggu lebih di sini dan kami sama sekali belum pernah mengundang anda ke rumah dan mengobrol. Bagaimana?" Poppy menjelaskan alasan kedatangannya.

Rahasia Yang Terkubur [TAMAT~> terbit eBook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang