Chapter 15 ; C.A.S

2.6K 318 58
                                    

-jika ada kesalahan penulisan (typo) mohon dimaklumi. Aku tidak sempat memeriksanya.-

Flashback On

"Ibu??"

Angin malam menerpa rambut coklat gelapnya, membuat dirinya bergidik kedinginan. Ia menyeret tas koper dibelakangnya dan mulai menaiki anak tangga perkarangan rumahnya.

"Ibu? Aku pulang!!" Teriaknya senang, karena sebentar lagi dia akan kembali bertemu dengan sosok yang ia rindukan selama berpisah selama 2 bulan lebih.

Senyumannya luntur saat dia tiba didepan pintu, berkali - kali dia berteriak tetapi tidak ada suara apapun yang menyahut dan menyambut dirinya kembali.

Rumah besar itu tampak lebih gelap dari sebelumnya, angin berhembus begitu kencang membuat dirinya berpikir yang tidak - tidak. Pasalnya, berkali - kali anak ini mengetuk pintu dan memanggil sosok 'ibu'nya tapi tetap tidak menunjukan tanda - tanda pintu akan dibuka.

Akhirnya anak ini memutuskan untuk membuka pintunya sendiri. Tapi, apa yang ada didepan matanya menghambat dirinya untuk masuk lebih dalam. Remaja itu menjatuhkan rahangnya, kedua matanya berkaca - kaca.

"Siapa kalian?!" Dia berteriak mundur beberapa langkah. Tubuhnya bergetar hebat.

Ia menangis saat melihat sosok yang sedari tadi ia rindukan ditahan oleh beberapa orang asing dan menodongkan senjata tajam kearahnya.

"Berhenti ditempatmu atau kau juga akan mati ditanganku."

Kalimat itu membuat Wooyoung susah payah meneguk ludahnya sendiri. Dia mengikuti kata pria serba hitam itu dan tetap diam.

"Wooyoung! Lari! Selamatkan dirimu!!" Ibunya memekik sambil memberontak mencoba menarik perhatian orang - orang asing itu, memberikan kesempatan agar anaknya menyelamatkan diri meskipun dirinya akan terbunuh saat itu juga.

Merasa panik, Wooyoung berlari seperti apa yang ibunya katakan. Dia berlari keluar rumah untuk menyelamatkan dirinya, mencari seseorang yang mungkin bisa membantu keluarganya selamat dari teror atau perampokan itu.

"Tolong!! Kumohon siapapun!!"

Dia berteriak sekeras mungkin hingga tenggorokannya terasa kering saat dikejar oleh beberapa orang dibelakangnya. Jantungnya berdegup kencang karena tidak ada yang merespon teriakannya. Dia ketakutan.

"Tembak dia!" Matanya melebar mendengar ucapan itu, jadi dia mempercepat larinya tapi sesuatu yang berat sepertinya memukul dirinya.

Anak remaja itu terjatuh sambil meringis, "uhh.." dia mengedipkan matanya beberapa kali untuk mengembalikan indra penglihatannya yang kabur.

Darah menetes keluar dari hidung mancungnya, dan itu membuatnya tidak kalah terkejut. "Tidak.. tidak .. tidak.." dia menyeka darah yang terus mengalir dari hidungnya dan mencoba bangkit tapi kepalanya terasa sangat pening, jadi dia merebahkan dirinya di aspal dan satu satunya yang terakhir kali ia lihat adalah seseorang yang tertawa bengis kearahnya lalu penglihatannya menghitam.


Dia membuka matanya perlahan meskipun rasa pening dikepalanya masih menyerang dirinya.

"Ibu..." lirihnya kecil.

"Bos, dia sudah bangun." Wooyoung tersentak saat dirinya dipaksa bangkit dari lantai beton dingin, dia meringis saat rambutnya ditarik paksa untuk menatap kearah seseorang diatasnya.

"Lihatlah siapa yang dia sembunyikan?" Katanya kemudian tertawa bersama pria lainnya.

Wooyoung mengerutkan dahinya, penglihatannya sudah kembali normal sekarang dan dia bisa dengan jelas melihat siapa pria asing didepannya ini. "Siapa kau?! Dimana ibuku?! Ibu!!!"

Cosa Nostra ||SanwooNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ