"Waktu itu gue ajak dia jalan, karena gue mau minta maaf sama dia. Karena udah hukum dia terlalu keras, semua berjalan lancar tapi saat kita pulang. Tiba-tiba dia buat perjanjian gila, dia nyuruh gue untuk turutin semua kemauannya.
Gue gak mau, dan saat ini kita ada didalam mobil. Singkat cerita, dia ngambil alih setir, lalu mobil kita oleng sampai kita nabrak pohon."
Ya, itulah sepenggal yang harsa katakan, dia megarang cerita. Memanipulasi kenyataan, dia sangat mahir berbohong hingga semua orang percaya, hingga membuat semua memojokan Alena.
Kalian tau apa yang terjadi pada Alena setelah itu?
Dia dilempari tatapan tajam, tatapan benci, tatapan tak suka dari semua orang. Alena dipojokan dengan kebohongan ini. Ia tak bisa membela diri, tak ada yang mau mendengarkan penjelasannya.
Bukan hanya sekedar dilempari tatapan tajam, ia juga dilempari hujatan, hinaan, yang keluar dari mulut mereka semua. Alena geram, dan menghampiri Harsa lalu.
Plak!
Alena menampar kedua pipi lelaki itu dihadapan semua orang. Lalu ia pergi meninggalkan lapangan dengan tangis yang berderai. Bukannya merasa bersalah, Harsa bersikap seolah dialah yang paling tersakiti. Membuat orang simpati dan menatap Alena benci. Tak sadar jika sebenarnya Harsa sudah menjadi seorang banci!
"Gue harus gimana Ren?!" Tanya Alena nampak kebingungan.
Jujur saja, saat ini Alena takut akan nasibnya setelah ini. Sebelum ada kejadian ini pun, banyak kejadian yang menimpanya apalagi setelah semua orang mendengar perkataan busuk lelaki itu. Tamatlah Alena.
"Lo tenang. Biar semuanya gue yang urus," ujar Alena yakin.
"Tapi dengan cara apa? Nama gue udah benar-benar tercoreng disekolah itu, gue dianggap hina sama mereka. Gak ada yang mau dengerin gue!" Tanya Alena lagi menjerit frustasi dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Irena menghembuskan nafas gusar, "Untuk saat ini gue juga belum tau harus berbuat apa. Tapi gue akan berusaha untuk bantu Lo."
Alena menatap Irena, membuat gadis itu heran dengan tatapan aneh temannya itu.
"Ren, apa gue pindah sekolah aja?" Resah Alena menatap Irena.
Entahlah, pikiran bodoh itu muncul begitu saja dikepala Alena. Hanya itu satu-satunya cara yang ia temukan.
"Gak usah! Gue bisa selesaiin masalah ini," tampik Irena dengan pasti. Membuat Alena merengut tak mengerti.
Irena tau, pasti Alena kebingungan. Tapi ia mencoba untuk meyakinkan, "Lo liat aja nanti!"
Alena mengangguk dan berharap jika Irena memang bisa membantunya. Dengan cara apa, Alena pun tak tau. Kita lihat saja nanti.
Hari semakin larut, dan mereka memutuskan untuk tidur saja. Karena besok mereka berencana untuk bersepedah ketaman kota. Jadi mereka harus bangun pagi.
*****
Kring....
Suara alarm, diatas nakas berbunyi nyaring. Membuat meraka sontak terbangun, lalu bersiap untuk menyambut hari Minggu ini.
YOU ARE READING
RUMIT
Teen Fiction[FOLLOW AKUN NYA YA GENGS♥️] (AKAN DI REVISI SETELAH TAMAT✨) "Gue pernah bilang, kalau gue bakal buktiin Kalau gue lebih baik dari dia. Dan sekarang gue lakuin itu, tapi kalau gue bilang ini sikap asli gue. Pasti Lo gak percaya." "That right!" Sahut...
12 |KEJUTAN2
Start from the beginning
