BAB 05

122 15 0
                                        

MEMO RASA
_

___________________

MATEMATIKA di jam terakhir, bagai padu padan yang komplit, rasa kantuk dan lelah yang bersatu dengan rumus-rumus yang membingungkan, ditambah lagi dengan tuntutan soal yang harus dikerjakan sebagai nilai harian, rasanya ingin melarikan diri, buru-buru pulang, karena nggak sanggup.

Kalau diperbolehkan angkat tangan sebagai tanda menyerah, maka Radeva adalah siswa pertama yang akan melakukan hal tersebut. Tapi sayangnya, angkat tangan hanya berlaku bagi siswa yang telah selesai menyalin catatan yang ada dipapan dan telah selesai mengerjakan tugasnya. Bagi siswa yang berjiwa malas dan benci dengan perhitungan, bisa dipastikan ini adalah hal yang sangat berat, banget-banget, rasanya ingin menghilang seketika itu juga.

Berbalik terbalik dengan siswa yang suka dan sangat cinta dengan perhitungan, maka hal tersebut bagai kesenangan yang tiada duanya, menganggap bahwa memecahkan soal dengan rumus-rumus adala suatu hal yang menantang dan seru yang tidak bisa ia temukan dalam pelajaran lain, seperti itulah persepsi yang dimiliki Andra, persepsi luar biasa yang membuat geleng-geleng kepala.

"Lo ada bimbingan matematika setelah ini?" Tanya Radeva.

"Iya, tadi gue di ingetin sama Pak. Bondan, disuruh ke Perpustakaan sepulang sekolah buat ikut bimbingan." Jawab Andra dengan tetap melanjutkan kegiatannya, menyalin catatan yang ada di papan ke buku tulisnya.

"Yaudah deh, gue nanti ikut lo ke perpustakaan."

"Mau ikut bimbingan juga?"

"Ya tidur lah, nungguin lo selesai bimbingan. Masa' iya gue jalan kaki, kan gue nebeng sama lo."

"Perpustakaan itu tempat belajar bukan kamar tidur, dimarahin sama penjaganya baru tau rasa lo."

"Ya jangan sampai penjaganya tau kalau gue tidur. Lo juga jangan ngasih tau, awas lo."

"Iya iya, jangan berisik ah, ganggu gue ngerjain soal aja lo." Mulutnya komat kamit menghitung perkalian. Hampir setengah soal telah selesai Andra kerjakan.

"Wah, udah mau selesai aja lo, gue nyontek jawaban lo ya. Please, biar kita bisa keluar kelas bareng." Tangannya memohon.

"Iya dah iya, mau gue larang juga percuma, ujung-ujungnya lo salin juga kan jawaban gue ?"

"Hahaha, meminta izin hanya sebagai formalitas belaka." Radeva tertawa puas.

"Kurang ajar lo."

"Kurang ajar gini juga sahabat lo kan ?. Radeva tertawa puas.

_________


Di perjalanan pulang, tiba-tiba rantai sepeda Ara terlepas. Ara bingung bagaimana dia bisa memperbaiki sepedanya, sementara ini kali pertama dia dihadapkan dengan peristiwa rantai terlepas. Apakah mungkin Ara menuntun sepedanya sampai tiba dirumah ? tidak mungkin, jarak menuju rumahnya masih sangat jauh. Ara berusaha untuk memperbaiki rantai sepedanya, berkali-kali dicobanya, sampai memakan waktu hampir setengah jam. Tapi usahanya tidak membuahkan hasil. Ara mulai kelelahan.

Tiba-tiba ada klakson mobil berbunyi, mobil tersebut berhenti tepat di sebelah Ara.

"Ara ? Kenapa sepeda kamu?" Kaca mobil terbuka, tanya seseorang yang sedang berada di dalam mobil.

"Eh, Kak Angga. Rantainya lepas Kak." Jawab Ara sopan.

Anggara Pradipta, siswa SMA Pancasila kelas XII IPA 1. Ketua OSIS tahun kemarin (angkatan XIX).

"Naik mobil saya saja, nanti kalau di tengah perjalanan ada bengkel kita berhenti buat benerin rantai sepeda kamu." Ajak Angga.

"Bagaimana cara bawa sepedanya Kak ?"

"Sepeda kamu ditaruh diatap mobil. Gimana ?"

Disaat kondis seperti ini, menerima ajakan teman menjadi solusi yang tepat. Mungkin ini cara Allah menolong Ara, dengan mengirimkan Angga untuknya.

"Baik kak. Tapi apa benar ini tidak merepotkan kak Angga?" Tanya Ara canggung.

"Repot apa Ara ? Sesama manusia kita harus saling membantu kan?." Angga tersenyum.

Angga mulai mengangkat sepeda Ara, menaikkannya ke atas atap mobilnya, di ikatnya sepeda itu agar tidak jatuh.

"Beres dah, tinggal berangkat. Ayo Ara." Membukakan pintu mobil untuk Ara, ah sikapnya manis sekali.

Dalam mobil, mereka membicarakan banyak hal, Angga yang pernah menjabat sebagai ketua dan Ara yang sedang menjabat sebagai ketua, seolah masalah organisasi menjadi hal menarik untuk di perbincangkan dan di diskusikan.

Angga adalah pribadi yang humble dan tidak pelit ilmu apalagi ilmu yang berhubungan dengan ke-organisasian.

"Eh, itu ada bengkel." Menoleh kesamping kanan jalan. Angga menghentikan laju mobilnya dan menurunkan sepeda Ara.

"Pak, ini rantainya copot, minta tolong diperbaiki, sekalian di cek semuanya, barangkali ada yang harus diganti." Ujar Angga kepada orang-orang bengkel.

"Baik mas, tunggu sebentar." Jawab salah satu dari mereka.

"Baik pak." Angga dan Ara duduk di kursih yang telah tersedia.

Setibanya dirumah. Ara mengisi tenaganya dengan makan, jadwal padat yang dimiliki Ara mengharuskannya tetap sehat. Dimana jadwal tersebut adalah jadwal yang telah disusun oleh dirinya sendiri dan telah disetujui oleh Kakek dan Neneknya. Jadwal yang mengharuskannya untuk tidur sepulang sekolah, kemudian menjaga toko bunga miliknya yang bernama KLARA FLORIST dari sore sampai malam hari.

"Bagaimana Sekolah hari ini sayang?" Tanya Nenek kepada Ara ketika Ara sedang makan.

"Alhamdulillah Tuan Nenek, seperti biasa. Semua berjalan dengan baik."

Tuan Nenek ? Kenapa Ara memanggil dengan sebutan Tuan Nenek, kenapa ada embel-embel kata "Tuan" disana ?
Jawabannya adalah karena Ara adalah anak angkat.

Ketika Ara menginjak usia 7 tahun. Mobil yang dikendarai Ara beserta keluarganya mengalami kecelakaan, kedua orang tuanya tidak selamat, meninggal ditempat. Lantas Kakek Mamad dan Nenek Roidah lah yang menolong mereka dengan memanggilkan ambulance, saat dokter menyatakan bahwa kedua orang tua Ara tidak bisa di selamatkan, maka pada saat itulah mereka memutuskan untuk mengasuh Ara.

Pada awalnya Ara hanya memanggil mereka dengan sebutan "Tuan" tanpa embel-embel apapun dibelakangnya. Namun Kakek Mamad dan Nenek Roidah tidak suka dengan panggilan tersebut, mereka lebih suka jika Ara memanggil dengan sebutan Kakek dan Nenek saja. Tapi karena waktu itu Ara masih canggung untuk memanggil Kakek dan Nenek, ditambah, Ara yang sangat menaruh rasa hormat kepada mereka, hingga akhirnya Ara menggabungkan panggilan tersebut menjadi Tuan Kakek dan Tuan Nenek. Kakek Mamad dan Nenek Roidah sudah berusia sangat senja. Pekerjaan Kakek Mamad adalah sebagai seorang Kades tapi sekarang masa jabatannya sudah habis.

____________________

Tunggu kejutan-kejutan lainnya di bab selanjutnya. :)

To be continued..

Terimakasih atas segala vote dan komen.

Jadikan Al Qur'an bacaan number one.

Memo Rasa ✔️ (Part Lengkap)Where stories live. Discover now