Ia tadi sempat berpikir jika pria itu tidak ada dirumahnya karena ini masih jam kerja. Tetapi ternyata dia disini dan untungnya mengijinkan Agatha untuk berkunjung. Padahal ia sudah bersiap-siap akan diusir karena tahu bahwa lelaki itu sangat membencinya dulu dan mungkin sampai sekarang.
Belum sempat mengetuk, pintu rumah Lia sudah terbuka lebar dan Mike muncul di hadapannya. Penampilan pria itu masih sama seperti dulu, karena dia seorang dokter jadi harus selalu rapi dan bersih.
Mike menyuruhnya untuk masuk dan Agatha dipersilahkan duduk di salah satu sofa yang ada di ruang tamu. "Maaf jika kedatangan gue menganggu.."
"Ada hal penting apa sehingga lo datang kemari?" tanya Mike to the point. Pria itu duduk menghadap Agatha dengan sebelah kaki terangkat.
"Ini tentang Lia.."
Tatapan Mike padanya terlihat berbeda seketika. Agatha tidak bisa mendeskripsikannya. Entah pria itu sedang terkejut atau apa.
"Apa yang lo tahu tentang Lia?"
"I think shes still alive," Agatha berucap dengan nada rendah.
"I know."
What?! Apa katanya?!
"Jadi lo selama ini tahu kalau dia masih hidup?!" Agatha berujar dengan nada tinggi tanpa ia sadari.
"Tidak," Mike menggeleng.
"Gue baru tahu beberapa hari yang lalu," terang Mike dengan nada kalem. Sementara Agatha mengerjap bingung. Jika lelaki itu juga baru tahu kalau adiknya masih hidup dan berada di suatu tempat yang entah dimana kenapa ia masih duduk tenang di rumahnya?!
"Tapi gue nggak bisa cari dia sekarang," tutur Mike pelan. Beberapa pekan ini ia memang tengah disibukan oleh berbagai masalah ini itu yang tak kunjung habis. Meski hal itu bukan alasan utamanya untuk mengurung pencarian Lia. Mamanya sakit. Sejak dua tahun yang lalu.
Mike yang tengah melanjutkan kuliah untuk menggapai cita-citanya menjadi dokter spesialis pun terpaksa ditunda. Ternyata setelah setahun ia pergi, Liliana mengalami stres berat hingga depresi. Mike langsung mengambil penerbangan pertama saat mengetahui hal itu.
Mike merasa berdosa karena dulu beberapa kali mereject panggilan Liliana sampai kemudian salah satu rekan dokternya di rumah sakit mengabarkan bahwa Liliana tengah sakit parah. Padahal ibunya orang yang perfeksionis dan jarang sekali jatuh sakit. Dia rutin berolahraga, memilah apa yang ia makan, dan selalu check up rutin di rumah sakit.
Selama dua tahun menjalani berbagai macam pengobatan, penyakit Liliana masih sering kambuh meskipun cacatan medisnya terpantau baik. Mike sempat bingung karena Liliana selalu mengeluh sakit kepala dan badannya demam tinggi saat malam hari. Sampai kemudian ada seorang dokter senior yang memberitahunya bahwa penyakit yang di derita Liliana belakangan ini berasal dari depresi itu sendiri.
Dan hal itu justru mempersulit semuanya. Karena tidak ada obat untuk penyakit semacam itu. Hanya bisa sembuh jika Liliana berhenti menyalahkan dirinya atas kematian putri kandungnya.
Mike tidak bisa memungkiri jika ibunya merasa sangat bersalah, karena memang itu yang akan dia tuai. Penyesalan memang selalu datang terakhir bukan?
Ia sebagai satu-satunya keluarga yang Liliana punya, merasa tidak diuntung jika mementingkan egonya untuk membenci Liliana. Tapi jujur, Mike sebenarnya masih kecewa. Namun ibunya pasti membutuhkan dukungannya di saat-saat seperti ini. Dengan lapang dada, ia mencoba memaafkan kesalahan Liliana, berdamai dengan masa lalunya. Toh adiknya pasti juga menginginkan kerukunan diantara keluarganya yang masih hidup. Lia sudah bahagia diatas sana. Pasti. Sampai kemudian ia mendapat kabar dari detektif yang ia sewa dulu, Keith Richards.
"Dia di New York," ungkap Agatha.
Wajah Mike menegang sempurna. Rupanya tebakannya tidak meleset. Ia sempat mencari informasi jika ayahnya tinggal di benua Amerika, tetapi tidak tahu tepatnya dimana karena menurut penelusuran detektif Richards, keberadaan beliau sangat sulit di temukan. Ayahnya nomaden. Hari senin dia bisa di Georgia dan selasa mungkin di Florida. Jika adiknya memang berada di New York, mungkin Blake bisa juga menetap disana.
"Terima kasih atas informasinya. Gue akan segera mungkin terbang.."
"Tolong cepatlah," potong Agatha.
"Kenapa? Apa adikku baik-baik saja?" tanya Mike melihat kerisauan di mimik wajah Agatha.
Agatha mengangguk sembari menghela napas, "Dia tidak apa-apa. Tapi dia tinggal bersama seorang pria."
Mike bernapas lega mendengar adiknya baik-baik saja. "Mungkin yang lo lihat itu bokap gue."
Kernyitan muncul di dahi Agatha, "Tidak mungkin. Dia masih muda. Mungkin seumuran lo."
"Apa lo tahu dia siapa?"
"Lia menyebut namanya.. Mmmm.... Gabriel?"
"Baik. Akan gue selidiki siapa pria itu."
"Tapi Mike, gue rasa lo harus secepatnya mengambil tindakan. Lo pasti nggak akan mau kalau adik lo terjerumus dalam pergaulan bebas!" tutur Agatha berapi-api. Sementara fokus Mike beralih pada benda pipih yang ia genggam.
"Lo tenang aja. Adik gue bisa jaga diri."
"Mike! Dia mabuk-mabukan dan tidur di hotel! Dengan pria itu!"
"Apa?!"
"I have told you. Lo harus cepet kesana, Mike! Karena dia sama sekali nggak mau dengerin gue."
Mike mengangguk setuju, ia sebenarnya sedikit kaget dengan fakta tersebut. Lia tidak mungkin seperti itu. Ia sangat mengenal adiknya. Tetapi dengan kedatangan Agatha yang jauh-jauh dari Amerika membuat Mike ingin segera kesana dan mengetahui dengan mata kepalanya sendiri.
Jika Lia tidak bersama ayahnya. Lalu bersama siapa?!
---ooo---
TBC..........
ESTÁS LEYENDO
FLOW : Everything Has Changed
Novela Juvenil(17+) AGATHA RICHIE HILLARIO Berbekal kehidupan yang serba glamor dan tanpa peran seorang Ayah dalam hidupnya membuat dia menjadi siswa paling terpandang di Liberty High. Terpandang dalam artian buruk. Seperti sombong, penuh kekuasaan, dan pembully...
