Maaf blm di edit. Aku udah ngantuk banget guys😅
Vote dan Komen yaaa
Jam sudah menunjuk pukul tiga pagi saat Agatha menguap untuk yang kesekian kalinya. Ia sedang duduk di kursi restoran bersama tiga cangkir americano yang isinya sudah tandas. Agatha ingin memesan lagi, namun jantungnya sudah berdebar-debar karena kelebihan kafein.
Keputusannya untuk menunggu Lia lumayan buruk, karena kemarin Agatha tidak dapat tidur sama sekali sebab pikirannya di penuhi oleh bayang-bayang Lia yang ia temui di kampus siang itu. Dan sepertinya untuk hari ini ia juga takan sempat mengganti jam tidurnya.
Tadi Lia turun lewat tangga, jadi dapat ia pastikan jika gadis itu akan melewati restoran sebelum menuju kamarnya. Karena itu ia senantiasa menatap kearah luar sejak beberapa jam yang lalu dengan mata yang sudah sayu.
Satu jam lagi, dan setelah itu Agatha akan menyerah lalu kembali ke kamar yang telah ia pesan untuk secepatnya tidur.
Menemukan Lia di tempat ini, membuat Agatha jadi memikirkan hal yang tidak-tidak.
Yang pertama, kenapa gadis itu bisa di hotel yang sama dengan tempat dimana ia sadar setelah kecelakaan.
Yang kedua, yang paling menjengkelkan adalah dia di hotel bersama seorang pria......
Yang ketiga, Lia baru saja muncul dalam kondisi setengah mabuk karena ia terlihat berjalan terhuyung-huyung meski pria bernama Gabriel itu memeganginya.
Agatha seketika tercengang, namun ia sudah menemukan dirinya berlari menghampiri keduanya.
Ekspresi Gabriel langsung terlihat syok saat mendapati kehadirannya. Sementara Lia biasa saja. "Can i talk for a second with her?"
Gabriel mengerutkan alis, seolah sedang menimang permintaan Agatha dalam pikirannya, lalu ia mengangguk dengan ekspresi datar dan melepaskan tangannya pada pundak Lia lalu sedikit menjaga jarak dari sana.
Agatha menatap punggung Gabriel yang baru saja melewatinya dengan bingung. Well, ia tadi menduga Gabriel akan menolak permintaannya. Tapi yasudahlah jika ternyata dia pria baik hati dan tidak berlagak sok overprotektif terhadap Lia yang entah apanya.
"Lo mabuk?" tanya Agatha dengan nada rendah.
Lia mengernyit, netranya berkedip-kedip menatap bayangan Agatha, gadis itu benar-benar terlihat teler. "Bukan urusan lo."
"Gue khawatir sama lo, Ya. Dan sejak kapan lo mabuk-mabukan begini?" cerca Agatha sembari meneliti gadis itu. Tatanan rambutnya tidak serapi tadi, riasan matanya luntur dan jangan lupakan gaun minim sialan yang mengekspos bagian punggung dan dadanya itu. Agatha menggertakan gigi, membayangkan apa yang baru saja mereka lakukan. Damn it.
Lia bergumam sejenak sebelum menjawab pertanyaannya, "I don't remember that. But i remember when you say 'you hate me.'" Lia tersenyum tipis sembari menunjuk dadanya dengan tubuh yang hampir tumbang. Agatha menangkapnya, namun Lia buru-buru menepis tangan Agatha dengan kasar.
"Lia, i'm sorry okay?"
"Okay," Lia mengangguk-angguk meski nada bicaranya terdengar jenaka.
"But you don't."
"I do. I never hate you. Sekarang lo pergi karena gue capek!" Lia berbalik lalu meninggalkannya.
"Mau kemana lo?" Agatha mencekal lengannya kuat membuat Lia sedikit meringis.
"Tidur. Lo nggak tahu ini jam berapa?!" balasnya galak. Beberapa pelayan hotel yang masih terjaga malam itu memperhatikan mereka dengan alis keriting.
DU LIEST GERADE
FLOW : Everything Has Changed
Jugendliteratur(17+) AGATHA RICHIE HILLARIO Berbekal kehidupan yang serba glamor dan tanpa peran seorang Ayah dalam hidupnya membuat dia menjadi siswa paling terpandang di Liberty High. Terpandang dalam artian buruk. Seperti sombong, penuh kekuasaan, dan pembully...
