💨PARFUM KETEK💨

349 115 19
                                    

Ga da basa-basi langsung aja!

⬇️⬇️⬇️
"Nih, tik." ucap Nana memberikan satu buah parfum pada Tika.

"Harum ga, nih?,-" ujar Tika seraya mencium parfum yang diberikan Nana.

"Nggak, bau ketek!." Nana menjawab asal.

"Et, dah. Keluaran baru dong, beli dimana!?." Tika tertawa receh. Sambil Menyemprotkan parfum kebajunya dan pergelangan tangan.

"Lo, mo beli?."

"Ga,-"

"Eh, gimana kalo beneran ada parfum bau ketek. Bakalan viral kayaknya, hhah" gumam Tika memutar otak, bagaimana jika memang benar ada.

Kok jadi ngelantur sih Tik, hahh

"Viral sih keknya, trus ketek siapa coba yang jadi korban. Suruh ga usah mandi tujuh hari tujuh malem. Panen tu bau ketek, hahah,"

Mereka pun tertawa lepas, bersama-sama. Menikmati guyonan ringan, yang sebenarnya tidak terlalu lucu. Bahkan terkesan garing. Namun, oleh karena bersama sahabat, sereceh apapun. Akan tetap menggetarkan kerongkongan mereka untuk tertawa. Karena chemistry keduanya sudah melekat di jiwa masing-masing.

Tika memang sering main kerumah Nana, bahkan terkadang menginap. Mami Nana sudah menganggap Tika sebagai putrinya. Tika pun memanggil mami Nana dengan sebutan mami juga.

Nana merasa senang dengan kehadiran Tika. Memang terkadang Nana merasa sedikit cemburu, dengan perlakuan maminya terhadap Tika. Maminya yang pekapun sedikit menjaga jarak saat tau Nana cemburu. Anak semata wayang emang.

Toktoktok

Terdengar ketukan diluar kamar membuat keduanya terdiam. Nana pun lekas membuka pintu. Dilihat nya ada wanita yang dianugrahi dengan telapak kaki syurga. Tengah tersenyum manis diambang pintu.

"Hmm, kalian ini sudah dibilangin. wanita itu tertawanya jangan berlebihan. pelan sedikit," tegur wanita itu, yang tak lain mami dari Nana.

"Hehe, Nana ni marahin mi, wkwk,-" sahut Tika dari depan meja rias.

"Lah kok gue. Lu tu, tadi yang ngakak, gue mah enggak,-" sangkal Nana menunjuk Tika, dengan jari telunjuknya yang lentik.

"Mana ada, gue kan cewenya pendiem. Anggun, jaga image dong,-" Tika membela diri, seraya mengerjapkan matanya.

"Anggun-anggun jidat lo,-" imbuh Nana tak mau kalah, menarik hidungnya keatas. Tampaklah dua goa terpendam. Entah berapa banyak pundi-pundi emas didalamnya.

"Sudah-sudah!. kalian tuh sama saja. Sama-sama cewe harus anggun, ngomong jangan kayak orang mau malak. Jaga image lah, masak cantik-cantik tapi kelakuannya somplak, kan ga bagus!." papar mami Nana dengan sabar, menghadapi dua putrinya.

"Ini ni salah hukum. Sekarang tuh mi udah ganti zaman, ga ada cewe yang kalem dan ga bobrok. Semua yang mami liat diem tu semuanya MUNAFIK!. Jangan percaya ama yang kek begituan!." imbuh Nana yang diikuti anggukan dari Tika.

"Ehh, anak mami ngomong nya kok gitu, siapa yang ngajarin coba!!" ujar mami Nana

"Lah, kan mami yang dulu ngajarin Nana ngomong gimana sih. A-i-u-e-o, hahh," Nana menyebutkan dengan lantang kata terakhirnya.

"Iya, mi. Kan mami yang ngajarin Nana dulu ngomong, masak Tika!, kan ga mungkin,-" timpal Tika yang sekarang berada disamping Nana.

"Lahh bukan gitu maksud mami,-"

𝕸𝖆𝖘𝖎𝖍 𝕬𝖉𝖆 𝕬𝖐𝖚Where stories live. Discover now