29# Some Slow Days

Start from the beginning
                                    

Wajah cantiknya bersinar karena senyum lebar, tampak olehnya sediri pada monitor besar di sisi kanannya, di mana matanya terekam begitu dekat dan tampak berkaca- kaca.

Setelah beberapa saat, ia kembali mengangkat sebelah tangan, dan suara tepukan itu mereda berganti senyap. Olie memandang botol air mineralnya sekali lagi dan tampaknya tangannya sudah tidak terlalu gemetar seperti tadi. Ia mengambil benda bening itu, dan membuka segel tutupnya.

"Sebenarnya saya tadi minta sesuatu untuk mengajak kalian bersulang. Tapi mereka memberi saya air putih.... "

Tawa penuh simpati dan dukungan terdengar dari setiap penjuru, dan seorang berseragam pelayan berlari kecil dari samping panggung membawa segelas Champagne, tetapi Olie melambai padanya,

"Oh, tidak... Saya tidak minum alkohol... "

Lagi-lagi tawa ramah itu menggelombang,  sampai si pelayanan pergi dan Olie mengangkat botol airnya tanpa menuang isinya ke gelas.

"Saya ingin mengajak kalian bersulang.... "

Setiap orang di ruangan itu berdiri dan mengangkat gelas minuman apapun yang mereka miliki.

"Untuk keluarga besar kita yang menakjubkan; Tirai Emas. Dan untuk Jacob Herzekial Barma."

"Untuk Tirai Emas dan Jacob Herzekial Barma!!" Semua orang menirukan dan minum bersamaan.

"Dan sekali lagi.... " Olie tertawa kecil sebelum menambahkan, "Untukku!"

"Untuk Carolina Estal Barma!!" Seseorang yang menyerupai suara Tristan berseru dari baris depan.

"Untuk Carolina Estal Barma!!"

Mereka minum, dan tepuk tangan berlanjut mengiringi Olie yang berjalan meninggalkan podium. Di tepian panggung, dua buah tangan sudah menyambut untuk menuntunnya turun.

Matanya terlalu silau untuk mengenali siapa pemilik tangan itu, tetapi layar besar di samping ruangan mempertontonkan Tristan dan Hector yang menuntunnya dengan begitu  mesra di samping kiri kanannya.

"Ya ampun... Tanganmu dingin sekali! " Hector berbisik.

"Kau hebat sekali Carolina... Aku sangat bangga padamu." Tristan tersenyum di samping wajahnya.

"Aku rasanya mau pingsan!!" Ia tertawa kecil.

"Bertahanlah... kau sudah sangat hebat..  aku sangat bangga padamu... "

****

Malam itu rasanya seperti sebuah mimpi yang menegangkan namun berakhir indah dari sebuah tidur gelisah, bahkan setelah empat bulan berlalu

Bahkan Olie masih dihantui oleh mimpi itu sampai sekarang. Ia bermimpi hak sepatunya patah saat menaiki panggung, mimpi kalau minumannya beracun dan ia mati seperti Jacob, mimpi dilempari tomat busuk, ditertawakan, diejek, dan tidak bisa bernafas.

Olie tidak tahu kenapa semua mimpinya buruk, padahal pada kenyataannya ia melakukan pidato itu dengan.... yah... lumayan.

Ia selalu keluar untuk mencari udara segar setiap kali mimpi buruk seperti itu datang, dan seperti biasanya, Hector akan muncul tiba-tiba bahkan saat ia hanya memikirkannya.

Seperti saat ini.

"Mungkin seharusnya kau menghadiri lebih  banyak meeting dan lebih sering berbicara di depan publik sampai ketakutan dan kekhawatiran itu tidak punya tempat lagi dalam memorimu. Baru semua mimpi buruk ini akan berakhir. "

Hector menginjak sisa rokoknya di atas rumput basah sebelum mendekat ke samping Olie yang berjalan mondar-mandir sambil melamun di dekat kolam taman.

"Kau belum tidur?" Ia merapatkan bagian muka kardigannya.

 GREY LOVEWhere stories live. Discover now