"Sonbae, ini palunya."

Jay memukul gembok tidak sabaran, hingga kurun waktu 5 menit, gembok sudah terbuka. Di dalam boks terdapat kantong hitam yang terisi. Jay menduga bahwa itu uang yang diberikan Leira.

Dugaan kedua ini pupus, manakala isi kantong tersebut berupa lembaran kertas dalam jumlah banyak. Jay mengembuskan napas kasar. Kasus ini terlalu rumit dan menguras emosi.

Jay melanjutkan langkah yang sempat terhenti tadi. Dia berjalan masuk—menarik sekat ruangan yang menghalangi jalannya. Kaget, lagi. Karena menemukan sebuah pintu coklat bertuliskan DON'T OPEN THIS DOOR!

Bukannya takut, Jay malah tertarik untuk membukanya. Dia bersama Kim kembali mendobrak pintu itu. Suguhan pertama adalah gonggongan keras dari anjing hitam yang sepertinya baru bangun tidur. Jay bersama polisi lainnya reflek mundur. Mereka mengatur detak jantung yang berdegup kencang yang hampir putus karena anjing sialan itu.

Untung anjingnya berada di dalam kandang. Itu sedikit membuat mereka lega. Kim mendekat ke arah kandang, dia mencium bau busuk yang menyengat. Dia membekap mulutnya—tak tahan dengan bau busuk itu. "Sonbae! Salah satu anjing ini sudah mati, banyak lalat yang mengerubunginya."

"Bawa anjing itu keluar. Bau busuknya terlalu menyengat. Saya dan lainnya tidak tahan."

Kim mengambil dua kandang anjing untuk dibawa keluar. Selain bau busuk, suara gonggongan anjing yang tidak mau berhenti bisa membuat telinga tuli.

"Sonbae, ada dua lukisan besar yang digantung tertutup kain. Bolehkah saya membukanya?" Jay mengangguk setuju.

Nara bersama tiga teman lainnya berancang-ancang untuk membuka lukisan besar itu. Mereka tercengang. Foto pernikahan Jung dan Leira ada di sana. Namun, kepala, jantung, serta paha Leira ditusuk tiga buah pisau berlumuran darah yang sudah mengering. Tulisan I HATE YOU PARK LEIRA!!! terconteng jelas di seluruh lukisan, kecuali wajah Jung yang utuh.

Lukisan yang kedua memampangkan wajah tampan Jung yang berekspresi datar, seperti pria cool pada umumnya. Dipadu rambut berwarna blonde yang tersugar tengah. Pria itu bertelanjang dada, membuat tubuh kekarnya terlihat sempurna. Otot-otot yang kuat dan perut kotak-kotak.

Sungguh mengesankan lukisan yang dibuat Nona Bae. Seperti duplikat Jungkook yang kedua. Benar-benar nyata.

Sebelum meringkus semua barang di ruangan ini, mereka menyempatkan untuk mengambil gambar kedua lukisan itu. Jay keluar rumah, dia memijat pelipisnya pelan. "Baiklah, kasus ini harus cepat aku selesaikan."

***

Han berkunjung ke kantor Jung—mencari Namjoon untuk diinterogasi. Kata salah satu pegawai, Han disuruh menunggu sebentar karena Namjoon ada kesibukan. "Ini sudah setengah jam, kenapa pria itu tidak keluar juga?" gerutu Han kesal.

Pegawai wanita datang menemui Han, dia membungkuk. "Anda sudah ditunggu Tuan Namjoon di ruangannya. Mari, saya antar."

Pegawai wanita itu jalan duluan, Han dan kedua polisi berjalan mengekor di belakang. Lift terbuka pada lantai tiga. Puluhan orang memandang heran akan kehadiran Han bersama polisi lainnya. Mereka bertiga masuk ke ruangan Namjoon setelah diizinkan.

Han itu orangnya gegabah dalam mengambil keputusan tanpa dipikirkan matang-matang. Lihatlah, sekarang dia berhadapan dengan Namjoon dengan mata menyalang. Masih menerapkan sopan santun dengan cara membungkuk dulu sebelum memulai percakapan.

He's DangerousWhere stories live. Discover now