16|Preman Kampus

43 11 26
                                    

   
    Buakkhh
   
    Duakkh
   
    Buuakhhh
   
    Han Sungwoon menedang perut Jungkook tanpa ampun, disana Park Jinyoung ikut menimpali dari belakang. Mereka memukuli Jungkook yang sudah meringkuk kesakitan dilantai.
   
    Terlihat Jungkook memegangi dadanya dan wajahnya pucat bukan main. Deru nafasnya tidak teratur.
   
    Bunyi detitan dari jam tangannya tak bisa diam sejak tadi. Lai Guanlin yang hanya menonton dari tadi mengangkat tangannya menyuruh berhenti.
   
    Empat orang yang memukul Jungkook bak orang kesetanan itu mundur beberapa langkah. Di bawah sana Jungkook merangkak dikit demi sedikit sambil memegangi dada.
   
    Seluruh tubuhnya terasa sakit semua, kepalanya pusing dan dadanya sesak sekali. Ingin rasanya Jungkook membalas namun apa daya dirinya tak akan sanggup.
   
    Tangannya mencoba meraih botol bening berukuran kecil yang berisi obat namun jarak antara keduanya cukup jauh. Bunyi sensor jantung ditangan Jungkook tak kunjung henti.
   
    Laki-laki dengan marga Lai itu membuang muka sambil mendecih samar. Dia benar-benar membenci pemandangan ini.
   
    Guanlin berjalan lalu menendang botol kecil itu hingga sampai ke tangan Jungkook. Semua orang disana memandangnya heran.
   
    Laki-laki itu hanya membalikkan punggung setelah melakukan hal yang tak disangka semua orang disana.
   
    Jungkook cukup terkejut tapi dengan cepat dia memasukkan obat kedalam mulutnya menegak obat dengan paksa, saat rasa pahit di lidahnya turun hingga tenggorokan dan tak lama setelah itu bunyi sensor jantung itu semakin lama mulai hilang.
   
    "Pegangi dia," ucap Guanlin singkat.
   
    Kedua orang dibelakangnya berjalan dan mengangkat paksa tubuh Jungkook berdiri
   
    Mereka mundur membiarkan kedua anak buah mereka memegangi Jungkook.
   
    Laki-laki itu didorong punggungnya menambrak dinding hingga terdengar suara berdendum. Nafasnya tersengal memburu, sudut bibirnya berdarah akibat pukulan tinju dan tulang pipinya lebam
   
    Jungkook tidak tau apa salahnya. Tiba-tiba saja ia diseret ke pelataran belakang kampus yang sepi oleh lima laki-laki asing dan dipukuli habis-habisan.
   
    Mereka memukul dada, rahang, rusuk Jungkook hingga babak belur. Mengeroyok tak kenal ampun
   
    Kedua pundaknya dicekal oleh dua orang disamping kiri dan kanan. Laki-laki berjaket kulit itu berjalan hilir mudik didepan Jungkook sambil memasukkan tangan kesaku celananya
   
    "Lihatlah siapa pendatang baru ini" Guanlin berkata sarkastis setelah menghisap rokok ditangannya.
   
    Dia bak terkena amnesia. Mengingat bahwa dirinyalah yang menolong Jungkook saat penyakit jantung laki-laki itu kumat.
   
    Lai Guanlin adalah mahasiswa di KOSTECH dengan kasta tertinggi tapi punya banyak catatan buruk di buku hitam kampus. Bisa dibilang ia premannya. Pintar dan bermasalah.
   
    Ada beberapa mahasiswa yang dibully habis-habisan dan yang lebih parah ada yang depresi berat akibat ulahnya. Dia memang se-menyeramkan itu, membuat ciut mental lawan. Dia ahlinya.
   
    Jika saja mahasiswa lain yang suka membuat onar sudah pasti dikeluarkan. Sayangnya Guanlin tidak karena koneksi orangtuanya dapat mempertahankan ia bersekolah dikampus ternama ini.
   
    Bicara tentang koneksi, Lai Guanlin adalah anak dari keluarga Lai yang termasuk dalam Keluarga Besar Chaebol.
   
    Laki-laki yang hanya tau berkelahi tak pandang bulu ini baru kembali dari masa skors.
   
    "Siapa kau?" Jungkook bertanya dengan nafas yang masih tidak teratur.
   
    Guanlin menghisap habis rokoknya dan membuangnya sembarang arah. Ia duduk diatas meja "Perkenalkan aku Lai-Guan-lin," tuturnya satu persatu tersenyum simetris
   
    Masih dengan nafas yang tersengal.  Jungkook bertanya tajam "Apa mau kalian" berusaha mengontrol emosinya.
   
    Guanlin tertawa terbahak-bahak entah apa yang lucu, selera humornya sangat buruk "Astaga dia pintar. Aku suka " balasnya lalu disusul lainnya tertawa remeh.
   
    Guanlin berjalan mondar-mandir didepan Jungkook sembari mengusap dagunya seolah berpikir "Pertama, jangan coba mendekatinya...," ucapnya dengan nada datar bahkan wajahnya sudah berubah 180 derajat dari sebelumnya.
   
    "Kedua, berhenti mengikuti setiap langkahnya." Guanlin menatap tajam Jungkook dengan alis yang menukik tajam
   
    "Ketiga..," lanjutnya menatap jijik Jungkook
   
    "Jangan melewati batas!"
   
    Jungkook mengernyitkan dahi tidak mengerti. Apa yang dimaksud dalam kalimat Guanlin.
   
    Kini raut wajah Guanlin kembali tersenyum ramah "Lakukan itu atau kau tidak akan hidup tenang di kampus ini," lanjutnya pada Jungkook
   
    "Ini peringatan ke-1 Jeon Jungkook," dan akan berlanjut sampai ke-100 atau mungkin ke-1000 kalau kau tak menuruti perintahku"
   
    Guanlin tersenyum. Setelah itu dia meninggalkan Jungkook disana diikuti yang lainnya.
   
    Jungkook hanya menatap kepergian mereka dari sana. Otaknya langsung berputar cepat. Apa maksudnya tadi. Jungkook sama sekali tidak mengerti.
   
    Dia menghela samar sambil membersihkan baju dan celananya yang kotor. Ia sudah terbiasa dirundung sejak SMA, itu seperti menjadi makanannya setiap hari.
   
    Ia hanya seorang anak dari keluarga sederhana yang selalu mendapatkan sekolah dan Universitas Swasta terbaik karena beasiswa. Cerdas namun miskin. Kesenjangan latar belakang keluarganya lah yang membuat orang-orang dengki. Dan satu alasan lagi, dia punya sakit jantung. Orang-orang seringkali merundungnya karena alasan dia lemah dan tak punya kekuasaan.
   
    Dengan susah payah Jungkook menggerakkan langkah perlahan. Seluruh tubuhnya terasa remuk.
   
    Ia meninggalkan pelataran yang sepi itu. Berjalan dengan langkah yang gontai setelah keluar dari sana. Ia bergegas menuju Klinik Kesehatan kampus
   
    Seluruh pasang mata memperhatikannya. Bagaimana tidak wajahnya lebam, baju serta celananya kotor. Jimin dan Taehyung tidak bersamanya karena mereka berdua ada praktek bersama Profesor sejak tadi pagi
   
    Ia terus berjalan melewati setiap segerombolan orang yang memperhatikannya. Sayup-sayup terdengar suara laki-laki yang berbincang bersama rombongannya
   
    "Aku tau ini ulah siapa. Guanlin baru sehari kembali tapi sudah mendapatkan mainan baru" ucap seseorang laki-laki disana
   
    "Aku tak menyangkan akan secepat ini," balas temannya sembari tertawa kecil. Tawa yang meremehkan
   
    "Dia pantas mendapatkannya. Sayang sekali kita tidak bisa ikut andil." Ketusnya tertawa mengejek disusul yang lainnya.
   
    Jungkook tidak menghiraukan itu. Ia masih terus berjalan dengan sekuat tenaga yang masih tersisa dalam tubuhnya. Setiap jengkal tubuhnya terasa sangat ngilu.
   
    Hingga sesampainya dikoridor. Obsidian itu menatap gadis didepannya. Tatapan mereka bertemu. Langkah Jungkook terhenti. Ia tercekat di tempat, didepan ada Minyoung dan Kedua temannya. Gadis itu sama tercekatnya melihat Jungkook. Jarak keduanya hanya berkisar 4 meter.
   
    Gadis itu cukup kaget melihat Jungkook yang berantakan. Wajahnya lebam sudut bibirnya berdarah, bajunya kotor dipenuhi bercap sepatu.
   
    Euna dan Hyeri yang menyadari ikut berhenti berjalan. Mereka berdua juga kaget melihat Jungkook dengan keadaan begitu
   
    Hyeri mendekat ke Minyoung lalu berucap kecil "Ya! bukankah itu Jungkook? Apa dia habis bertengkar?" bisiknya sambil menyentuh lengan Minyoung dengan sikunya.
   
    Gadis itu hanya diam menatap laki-laki di depannya. Begitu pula Jungkook ia belum meneruskan langkahnya sejak melihat Minyoung. Kedua manik mata itu bertemu saling tatap, saling bertanya dipikiran masing-masing. Tenggelam dengan gejolak didalam dada masing-masing.
   
    Euna menatap Minyoung dan Jungkook yang saling pandang secara bergantian. Gadis dengan marga Jung itu menoleh ke Minyoung
   
    "Minyoung-ah," panggil Euna menyadarkan gadis itu
   
    Minyoung mengerjap sejenak lalu meneruskan langkahnya. Euna dan Hyeri menyusul dari belakang
   
    Ia melewati Jungkook begitu saja tanpa melirik sedikit pun laki-laki itu. Ia melenggang dengan wajah datarnya. Seperti biasa.
   
    Jungkook menghela samar tatapannya turun kebawah. Dengan bodohnya ia berharap empati gadis itu.
   
    Ia meneruskan langkahnya menuju Klinik Kesehatan meski masih harus melewati jam istirahat dengan terpaksa. Lukanya harus segera diobati.
   
   

Blood Line|Jjk [On Going]Where stories live. Discover now