7| Merasa Bersalah

Start from the beginning
                                    

Raline mengerutkan keningnya, agaknya asing dengan nama yang baru saja disebutkan.

"Dee— siapa?"

Raline bertanya, namun mereka semua tidak langsung menjawab, justru saling berdiam sesaat. Baik Geyzia, maupun Sheryl dan Dhea yang beralih memainkan rambut dan memainkan ponselnya.

"Emm—Namanya Radheya. Dulu dia sekolah disini pas kelas sepuluh, sekarang udah enggak," jawab Dhea kemudian.

Raline membuatkan mulutnya sembari manggut-manggut. "Pindah?"

"Udah mati."

Barusan Yovan yang menyambung. Mendengar jawaban Yovan barusan, keempat pasang mata itu lantas memandang ke arahnya. Lelaki yang penampilannya tidak pernah menurut aturan itu duduk di seberang meja Raline. Di atas meja.

"Lagian ngapain sih ngomongin orang yang udah mati? Mending ngomongin masa depan kita berdua, Lin. Asek!" ujar Yovan bersemangat sendiri.

Raline tidak menjawab Yovan, justru malah memikirkan kalimat yang baru saja Yovan ucapkan. Raline menoleh menatap Geyzia ingin bertanya, namun gadis itu kelihatan tidak menyukai topik yang mereka bahas sama sekali.

Mungkinkah... Radheya siswi yang bunuh diri itu?

Sheryl yang menggerling malas sembari bersedekap dada. Malahan melempari Yovan dengan sampah kertas, merasa kesal sendiri.

Tak berapa lama, anak-anak kelas seketika berhambur masuk ke dalam begitu melihat guru mereka yang sudah datang. Melihat guru sudah masuk, Raline kembali melihat ke bangku Radian yang masih kosong. Sepertinya laki-laki itu tidak masuk.

Raline jadi merasa bersalah. Radian mungkin tidak masuk karena ulahnya kemarin. Raline kembali memainkan kukunya mengeruk meja merasa tidak nyaman.

"Baiklah, Ibu absen dulu sebelum mulai. Ayu—"

Pintu kelas tiba-tiba diketuk seseorang, membuat Bu Vina refleks memutuskan kalimatnya. Menoleh ke arah sumber suara. Memandangi Radian yang berdiri di depan kelas tanpa suara.

"Masuk."

Radian langsung saja melengos masuk ke dalam kelas, melewati meja Raline bahkan tidak melihatnya sama sekali. Raline memperhatikan Radian sampai lelaki itu duduk di bangkunya. Radian menatapnya balik, dengan tatapan dingin yang kentara dengan wajah datarnya seolah tidak suka dipandangi gadis itu.

Radian pasti marah padanya.

🍂

Raline menoleh ke arah suara ribut-ribut di belakangnya, melihat Ethan dan Tara yang sedang bertengkar.

"Than, jujur deh! Lo main kan di belakang gue?"

Ethan menggaruk tengkuknya, agaknya bingung harus bagaimana. Bukan apa-apa, masalahnya Tara terlalu membesar-besarkan suara.

"Tar, kita bisa ngomongin pelan-pelan. Nggak usah ngegas kayak gini, kita lagi di kelas loh, diliatin orang-orang."

"Gue nggak peduli! Jawab dulu. Lo naksir si bitch itu kan?"

"Nggak. Gue kan punya lo, Tar."

"Bohong!"

"Nggak, gue bilang. Lo nggak percaya gue?"

Dhea memutar bola matanya. Bisa-bisanya mereka berdua berdrama saat sedang jam kosong begini.

"Kenapa sih mereka berdua?"

Raline menoleh, Geyzia mengedikkan bahunya. "Biasalah. Pertengkaran suami istri."

"Drama queen," cibir Sheryl julid.

Hipokrit ✔️Where stories live. Discover now