Lalu mereka mengambil tempat duduk yang tak jauh dari papan altar supaya saat menikmati makanan sambil melihat kedua pengantin.

Baju yang mereka kenakan sangatlah sederhana, baju khas Papua dengan motif burung cendrawasih tak membuat kharisma dan keanggunan memudar.

Sambil menuju ke tempat duduk  keduanya pergi ke meja hidangan, mengambil hidangan yang telah disiapkan, kebetulan mereka juga belum makan siang. Banyak menu makanan yang tersedia mulai dari lokal maupun non lokal tapi  Amora hanya mengambil es buah dengan pentolan dan bakso mercon, dan Dylon yang mengambil es serut dengan nasi padang.

"Yang, nanti kalau kita nikah kamu mau tema pernikahan seperti apa?" tanya Dylon sambil menikmati makanannya.

"Sederhana juga gakpapa," balas Amora.

"Gak, Pernikahan kita harus mewah yang! kita nikah cuman 1 kali seumur hidup, itu momen langka jadi harus diabadikan dengan sangat mewah pokoknya pernikahan kita harus lebih mewah dari Kaesang." ucap Dylon tak terima tapi Amora sibuk menikmati pentolan.

"Suka-suka kamu aja!"

Dylon memegang tangan Amora, membuat gadis itu bergenyit bingung. Sebelum Amora mengeluarkan sepatah kata, Dylon dengan cekatan membalas rasa penasaran gadisnya.

"Ngetes ijab qobul dulu,sayang. Itung-itung latihan.

Dylon memejamkan matanya. " Saya terima nikah dan kawinnya, adinda Gryscha Amora falezia binti Frans deardo... Dengan mas kawin sebesar 700 kilogram, satu set berlian segitiga, sertifikat kebun teh di Swiss, 5 mobil Lamborghini, 23 apartemen di Argentina dan satu pulau di Portugal." ucap Dylon menghafalkan jimat tersebut.

Pletak...

Amora menyentil kening Dylon pelan, membuat si lelaki itu kembali membuka matanya. "Kita Kristen sayang." koreksi Amora.

"Kamu juga gak usah halu! yakali kamu bisa buat mahar setinggi langit padahal masih pengangguran sok-sokan buat mas kawin harga tinggi." cibir  Amora, Dylon menyengir menanggapinya.

"Biar kayak yang di fiksi-fiksi sayang." timpal Dylon sedikit membela dirinya.

"Alah! fiksi juga harus masuk akal!."

"Salah terus!"  gumamnya pelan.
Dylon menatap Amora lesu, lelaki itu selalu saja salah di mata kekasihnya.

Keduanya diam karena sedang menikmati makanan dan minuman yang telah dihidangkan sambil menikmati nyanyian para biduan-biduan cantik yang enak di dengar. Walau sebenarnya Dylon tidak terlalu fokus memperhatikan para biduan itu.

Ia hanya ingin cari aman saja!

"Haii Mora," ucap laki-laki itu sambil menepuk pundak Amora.

"Ohh haiii Ren, lama gak ketemu taunya udah gede aja," jawab Amora sambil terkekeh kemudian Rendy duduk dengan mereka.

Dylon yang berada disana menatap Rendy tak suka. Sokab sekali!

"Lo juga lama gak ketemu makin cantik aja," ucap Rendy, Dylon mendelik tak suka.

"Jelas dong!" sombong Amora, "oh iya kenalin ini Dylon—" ucap Amora tapi langsung dipotong oleh Dylon.

"Calon suami Amora, tahun depan kita  nikah," ujar Dylon dengan datar.

Dan Rendy yang mendengarkan pun kaget dan kikuk melihat tatapan Dylon seperti tak suka padanya.

"Mukanya biasa aja kali! gak usah cemburu gua cuman teman Amora dikampung, tenang gak akan gua embat Amora udah gua anggap kayak kakak sendiri," balas rendy tapi Dylon tak memperdulikannya.

Two World Where stories live. Discover now