40 • Sesuatu yang Hilang

398 52 13
                                    

"Sekeras apa pun kamu mengubah dirimu untuk terlihat lebih baik di matanya, jika di dalam hatinya hanya ada satu nama, maka semuanya akan menjadi sia-sia dan selamanya, kamu tidak akan pernah mendapatkan posisi spesial di dalam hidupnya."

komennya jgn lupa ya bund, Jingga sedih nih lapaknya makin sepi 😔😭 spam komen next doang jg gpp wkwk

btw, selamat membaca!

~Jingga dan Senja~

"Terjadi benturan yang cukup keras pada bagian kepala membuat saraf matanya mengalami kerusakan sehingga membuat saudara Revalino Jingga harus kehilangan pengelihatannya."

Bella langsung menjatuhkan tubuhnya pada kursi ruang tunggu ketika mendengar pernyataan dokter tersebut, ia menutupi wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya sembari menangis hebat.

"Apa masih bisa disembuhkan dok?" tanya Lisa dengan nada dibuat sesantai mungkin walau nyatanya hatinya sudah tidak karuan.

"Bisa jika melakukan operasi mata."

"Baik, terimakasih banyak dok."

Lisa memilih untuk duduk di sebelah Bella kemudian mengusap punggungnya dengan lembut, berusaha menenangkan tangisan Bella.

"Tante maafin Bella, semua ini karena Bella. Jingga selalu celaka setiap kali sama Bella."

"Bella bener-bener minta maaf tante, harusnya Bella yang ada di posisi Jingga sekarang. Tante pasti benci banget sama Bella."

Lisa tersenyum kemudian menarik Bella ke dalam pelukannya. "Nggak papa, emang udah takdirnya Jingga harus kayak gini, lagian kalo kamu yang ada di posisi Jingga, dia pasti nggak akan pernah maafin dirinya sendiri kalo sampe kamu celaka di depan matanya."

"Kalo masalah benci, kenapa juga tante harus membenci sesuatu hal yang disukai sama Jingga? Tante nggak pernah benci sama kamu Senja, maaf kalo perkataan tante waktu itu nyakitin hati kamu, tante cuma mau hubungan kalian membaik aja. Udah ya? Jangan nangis lagi, yang penting kamu jangan pernah meninggalkan Jingga di saat seperti ini, sekarang kamu temui Jingga, tante mau ngobrol-ngobrol dulu sama yang nabrak."

Bella mengangguk kemudian bangkit dari posisinya dan memilih untuk masuk ke dalam ruangan tempat Jingga berada. Untuk kedua kalinya, Jingga harus terbaring di ranjang rumah sakit demi menyelamatkannya. Bella menggeser kursi yang tersedia agar bisa duduk tepat di sebelah Jingga, kedua matanya masih terpejam dengan layar elektrokardiograf yang menunjukkan betapa lemahnya detak jantung laki-laki itu. Bella menghela napasnya, berusaha menghilangkan sesak di dadanya.

"Maafin gue Ga."

Bella kembali mengeluarkan air matanya, ia benar-benar merasa bersalah kepada Jingga dan juga Lisa. Setelahnya, ia memilih untuk mengenggam tangan Jingga yang terasa dingin, meletakkan kepalanya pada sisi ranjang sembari terus menangis.

"Senja."

Bella langsung mengangkat kepalanya dan melihat Jingga sudah sadar. Laki-laki itu mengulas senyumannya, bisa-bisanya ia tersenyum di saat seperti ini!

"Lo bisa ngeliat Ga?"

"Nggak bisa, cuma gue tau aja kalo ini tangan lo."

"Maaf. Maafin gue, karena gue lo harus kehilangan pengelihatan lo."

"Nggak papa Sen, cuma pengelihatan yang penting bukan ingatan, kalo ingatan nanti gue lupa sama lo kan bahaya."

"Lo bilang kalo kita memutuskan untuk bersama lagi, kita pasti nggak akan kenapa-kenapa, tapi mana buktinya? Lo malah celaka setelah gue nerima lo jadi pacar gue lagi!"

Jingga dan Senja 2 [PROSES REVISI TANDA BACA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang