"Baik Yang Mulia, hamba akan menambah para prajurit untuk mencari keberadaan ke tiga nama itu," kata Zack dan menoleh ke arah para prajurit itu dan memerintahkan mereka untuk kembali mencari sampai ketemu, kalau tidak, nyawa mereka taruhannya.

Para prajurit itu sudah kembali bertugas. Sekarang di dalam Aula tersisa Zack dan Arthur, dan juga dua Kasim yang menjaga di sisi pintu.

Zack menghela napas, dan berjalan agar lebih dekat pada Arthur. Ada sesuatu yang harus di katakannya.

"Ada yang ingin aku katakan," ujar Zack.

Arthur hanya menoleh malas ke arah Zack. "Aku sedang malas mendengarnya, sebaiknya kau pergi." Sekarang Arthur sedang malas dan ingin sendiri dulu.

Zack mendengus pelan. "Ini tentang Ratu." Mendengar kata 'Ratu' Arthur langsung menoleh cepat, dan itu membuat Zack berdecak.

"Ada apa dengannya?" tanya Arthur cepat.

"Jacop tadi memberi tahuku, jika Yang Mulia Ratu tidak mau makan dari tadi malam, sebaiknya kau menemuinya, aku takut jika Ratu bisa jatuh sakit."

Arthur terdiam dengan perasaan bersalah. Bagiamana dia bisa berbuat seperti ini, bahkan ia tidak tahu dengan keadaan istrinya sekarang.

"Di mana ia sekarang?" tanya Arthur.

"Di kamarnya."

Arthur langsung beranjak dan pergi menuju kamar, untuk melihat keadaan istrinya. Saat sudah di depan pintu kamar, ia berpapasan dengan ibu dan juga adiknya beserta ke dua pangeran Acheron.

Kimberley menghela napas dan menepuk pundak Arthur. "Temui istrimu, selesaikan masalah kalian secara baik-baik." Setelah mengatakan itu, Kimberley berlalu pergi di ikuti Eveline, Derral dan Moriz.

Arthur menghela napas gusar dan menyuruh untuk pengawal yang berjaga di depan pintu kamar agar pergi. Arthur mulai membuka pintu dan bisa ia lihat jika Arabella tengah duduk di kursi dengan tatapan kosong, Arthur juga melihat napan makanan yang masih penuh dan belum di sentuh.

Arthur berdecak, merasa tidak suka dengan sikap istrinya sekarang. "Baru di abaikan dua hari saja, kau sudah tidak mau makan. Bagaimana jika selamanya, mungkin kau sudah mati."

Sial! Arthur memaki dirinya sendiri karena telah mengucapkan itu.

Bella mendongak dan menatap Arthur yang sedang berdiri di ambang pintu. Bella tersenyum miris, ucapan Arthur tadi sangat melukai hatinya. Bella tidak tahu, jika sekarang hatinya menjadi lemah, jika saja ini di masa depan, mungkin Bella sudah memaki dan membalas ucapan pria ini.

Bella memejamkan matanya dan menunduk kembali, sebenarnya ia ingin membalas ucapan pria itu, namun tubuhnya dan perasaannya seolah sedang di kendalikan.

Sial! Sepertinya perasaan Ratu Arabella terdahulu sudah menyatu dengannya sekarang.

Arthur berdehem pelan dan berjalan menghampiri Bella. "Mengapa kau tidak makan?" tanya Arthur dengan suara datar.

Bella menggeleng pelan. "Aku tidak lapar," lirih Bella. Perasaannya berkecamuk sekarang, perkataan Arthur tadi, masih terbayang-bayang di pikirannya.

Arthur berdecak dan duduk di sebelah Bella, pria itu mengambil napan makanan dan menatap Bella yang masih menunduk.

"Makanlah, aku tidak mau kau sakit, itu sungguh merepotkan." Ucapan Arthur berbanding balik dengan perasaannya, padahal ia ingin sekali merangkul istrinya namun ia tidak bisa.

Bella tertawa miris, merepotkan? Hahaha. "Tidak perlu mengkhawatirkan ku jika itu membuatmu kerepotan," ujar Bella sembari menatap wajah Arthur dengan perasaan sakit.

Bagai di tusuk beribu belati, hati Arthur merasa sakit mendengar ucapan itu, apalagi wajah Bella yang menyiratkan rasa sakit saat menatapnya.

Arthur berdehem pelan dan menaruh napan itu di atas paha Bella. "Makanlah, kau adalah Ratu, jika kau sakit bagaimana dengan tugas-tugasmu sebagai seorang Ratu," ujar Arthur.

Bella menggeleng pelan dan kembali menaruh napan makanan itu di atas meja, ia menatap Arthur dalam. Bella sekarang dapat jawaban dari semua pertanyaan, jika Arthur tidak mencintainya. Semua perilaku manis Arthur hanya sebuah formalitas belaka, Bella menertawai dirinya sendiri, bagiamana bisa ia mencintai orang yang tidak mencintainya ini?

"Awalnya aku senang melihatmu datang, namun saat mendengar semua ucapanmu itu, rasa senangku hilang dan di gantikan dengan rasa sakit," ujar Bella yang mampu membuat Arthur terdiam.

Arthur tidak mau mengatakan itu, namun ucapan itu seakan keluar begitu saja. Jujur, Arthur sangat merindukan Bella, tapi Arthur tidak bisa mengungkapkannya.

"Seharusnya aku sadar, jika dari awal kau memang tidak menyukaiku. Semua perilakumu padaku hanya sebuah formalitas saja, aku memang bodoh, mengapa aku harus mencintai orang sepertimu," ujar Bella dan tersenyum ke arah Arthur. "Apa boleh, kau buat aku untuk berhenti mencintaimu, sungguh aku tidak sanggup lagi, aku tidak kuat harus mengalami cinta sepihak."

Arthur tertegun, hatinya kembali sakit, perkataan Bella bagai pisau tajam yang menusuk jantungnya.

"Mau membantuku untuk berhenti mencintaimu?" Bella mengeluarkan semua yang ada di pikirannya, Bella tidak akan memendamnya lagi, Bella tidak mau merasakan sakit. Bella sudah tidak tahan, rasanya sangat sakit memendam semua ini, Bella menyerah, dengan memendam perasaannya terhadap Arthur, hanya akan menyakiti dirinya sendiri, lebih baik Bella meluapkan semuanya.

Arthur menggeleng, perasaannya campur aduk sekarang, antara bahagia dan takut. Bahagia saat mengetahui jika Bella masih mencintainya, dan takut dengan ucapan Bella yang mengatakan akan berhenti mencintainya.

"Maafkan aku ...." Arthur hendak memegang tangan Bella, namun Bella langsung menariknya.

"Selama ini, aku bodoh karena mencintaimu, padahal kau tidak mencintaiku." Bella menatap iris biru laut milik Arthur, rasanya sangat nyaman menatapnya. "Apa aku boleh berhenti?"

Arthur menggeleng, tidak ia sangat mencintai istrinya, dan Arthur tidak mau jika kehilangan perempuan ini.

"Jangan teruskan ucapanmu, tolong maafkan aku ...." Ini pertama kalinya Arthur meminta maaf dan memohon. Benar kata Zack, jika mengutamakan gengsi akan membuat hidupmu hancur perlahan-lahan.

"Untuk apa kau meminta maaf? Kau tidak salah, di sini aku yang salah karena mencintaimu," ujar Bella. Arthur ingin mendekap Bella namun Bella terus menghindar.

"Maafkan aku ... Ku mohon aku juga men—"

"Bagaimana jika kita berpisah saja?" Bella memotong ucapan Arthur, membuat Arthur menegang di tempat.

Berpisah? Haha tidak akan! Arthur tidak akan pernah melepaskan Bella.

"Tidak! Jangan berkata seperti itu lagi," kata Arthur tidak suka.

Bella tertawa, merasa heran dengan sikap Arthur, Bella tahu jika Arthur tidak mencintainya, jadi untuk apa mempertahankannya. "Mengapa tidak boleh, aku mengucapkan yang sebenarnya. Aku mencintaimu, tapi kau tidak mencinta—"

"Sialan! Aku juga mencintaimu!"

(TBC)

Yuhuuu akhirnya si Arthur udah menyatakan perasaannya, yeyy^^

Jangan lupa Vote dan komen ya^°^

Arabella Transmigration [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang