TigaPuluhEmpat

51.1K 7.1K 606
                                    

Hello I am Come back 🥳

Jangan lupa Vote dan komen yaa😺

Happy reading 🖤

Eveline menghela napas dan menatap ke arah langit yang mulai gelap dari jendela kamarnya. Gadis cantik itu memejamkan matanya, dan tanpa sadar air matanya mengalir. Eveline sangat merindukan Kakaknya---Arthur.

Jika saja, kejadian ini tidak menimpa Bella, mungkin semua ini tidak akan terjadi. Mungkin, keluarganya tidak akan se-khawatir ini, mengingat jika nyawa Arthur menjadi taruhan. Eveline tidak menyalakan Bella dari apa yang menimpa Arthur, tapi Eveline menyalahkan takdir.

Mengapa takdir bisa sekejam ini, pada hubungan Kakaknya? Padahal, Eveline sangat ingin melihat Arthur bahagia, dan di saat Arthur mulai bahagia, akar masalah pun kian keluar seolah-olah tengah menyerang Arthur.

"Andai saja, aku mengetahui siapa dalang dari penculikan Kak Bella," gumam Eveline, menghela napas sejenak, "Apa aku menemui William saja? Siapa tahu dia mau memberitahukan siapa wanita yang bekerjasama dengannya?"

Eveline tampak menimang-nimang pemikirannya. Apa menemui William dan memaksa pria itu untuk memberitahu kebenarannya, atau mencari tahu sendiri?

Jujur saja, selama ini Eveline tidak diam saja. Gadis itu berusaha mengungkap siapa dalang dari pelakunya, namun selalu berakhir sia-sia. Menurut Eveline, pelakunya itu sangat pintar dalam menyembunyikan jejaknya, dan itu membuat Eveline sedikit kesusahan.

"Ck!" Eveline berdecak kesal, "Sebaiknya aku menemui William besok di perbatasan, semoga saja dia mau memberitahuku, siapa pelaku utamanya itu," monolog Eveline yang setelah itu langsung menepuk jidatnya sendiri.

"Bagaimana caranya aku menemuinya? Sedangkan dia adalah Raja, yang pasti sangat sibuk." Eveline menggaruk pelipisnya--- memikirkan cara bagaimana bisa menemui William. Walaupun ia pergi ke perbatasan seperti lalu, belum tentu juga ia bertemu dengannya.

"Ah, sebaiknya aku tidur saja, dan memikirkan bagaimana caranya bertemu dengan Raja gila itu." Eveline hendak beranjak dari depan jendela, namun tanpa sengaja netra biru langitnya menangkap sosok berjubah di balik semak-semak yang tidak jauh dari letak kamarnya.

Eveline menajamkan penglihatannya, karena sedikit gelap, membuat Eveline kesusahan menangkap wajahnya. Eveline berdecak dan menoleh ke arah pintu kamarnya yang tertutup sejenak, di rasa aman dan tidak ada yang masuk, Eveline menyeringai dan keluar dari jendela. Untung saja, tidak ada pengawal yang berjaga di sini.

Dengan sedikit kesusahan karena gaunnya, akhirnya kaki Eveline bisa menapaki rumput. Kembali menatap sekitar---berjaga-jaga jika ada yang melihat, dan untungnya dewi kebaikan tengah berpihak kepadanya.

Eveline mulai melangkahkan kakinya pelan-pelan menuju sosok berjubah hitam itu. Sosok itu belum menyadari kehadiran Eveline, karena posisinya sekarang yang tengah membelakangi Eveline.

Sudut bibir Eveline terangkat, dan menampilkan seringai puasnya. Eveline merobek sisi gaun bawahnya secara kasar, membuat gaun yang tadinya sepanjang mata kaki, kini tinggal sebatas paha. Sosok berjubah itu tersentak saat mendengar suara sobekan itu, ia hendak lari namun kalah cepat, karena dengan satu kali hentakan, Eveline melompat ke arah semak-semak itu dan menangkap.

"Siapa kau?" tanya Eveline tajam seraya memegang bagian belakang jubah sosok itu, yang Eveline yakini seorang pria---di lihat dari postur tubuhnya yang lebih tinggi dari Eveline.

Arabella Transmigration [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang