11 | Really Showed Up The Next Day?

70 24 28
                                    

Aku menyeruput lewat sedotan putih. Tidak ada apa pun lagi selain suara angin. Ternyata minumanku sudah habis tak bersisa, bahkan esnya sekalipun. Refleks, aku mendengkus kesal. Nasib punya bokong semok yang berat, aku malas pergi memesan. Satu pertanyaan lagi dulu, deh.

"Orang itu benaran muncul besoknya?"

***

Mentari hangat musim semi menemani orang-orang yang berada di bawah langit Cina

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Mentari hangat musim semi menemani orang-orang yang berada di bawah langit Cina. Dua gadis saling bergandingan melewati taman yang dipenuhi bunga-bunga yang kini bermekaran sempurna. Yun'er menjadi orang pertama yang menangkap sosok seorang lelaki berkaus hitam berdiri di depan bangunan kantin utama.

"Sepertinya itu orangnya," bisiknya kepada Liangliang.

Sepasang netra yang tadinya setengah merem, langsung melek begitu saja. Bahkan kaki pendeknya yang membuat dirinya selalu digeret oleh Yun'er, sekarang malah melangkah mendahului. Tangannya juga berbalik menarik lengan temannya.

Liangliang yang mengerem mendadak membuat Yun'er oleng seketika. Untung saja tidak jatuh! Gadis itu melepaskan cengkeraman Liangliang. Dia berkacak pinggang. "Chen Liangliang! Apa yang kau lakukan? Kenapa berhenti mendadak?!"

"Omong-omong, kau mengetahui namanya? Aku lupa bertanya semalam," ungkap Liangliang mengenai apa yang mengganggu pikirannya hingga langkahnya berhenti mendadak.

Benar juga. Tuh, kan, habisnya Liangliang terlalu bersemangat ingin mencatat informasi tambahan mengenai Fengwei.

"Tidak apa-apa. Aku punya cara." Yun'er kembali memimpin jalan mereka.

Duo gadis itu pun berhenti di dekat seorang lelaki berkaus hitam yang menjadi target mereka sejak dari jauh. "Phoenix?" tanya Yun'er tanpa basa-basi atau sekadar memberi salam terlebih dahulu. 'Phoenix' adalah username teman gimnya.

"Iya," orang itu mengangguk, "Unicorn?" Orang itu pasti hendak memastikan.

Seperti orang Korea pada umumnya yang sering membungkuk. Yun'er juga membengkokkan tulang punggungnya sembilan puluh derajat sebagai sapaan perdana kepada lelaki yang ia sebut Phoenix.

Ketiganya sepakat masuk ke kantin dan memesan sarapan masing-masing terlebih dahulu. Setelah semua berhasil mendapat giliran untuk membeli, mereka pun berkumpul di satu meja yang sama dengan makanan khas Zamin Tirai Bambu.

"Sebelumnya kita lupa berkenalan," gadis bermata belo mengulurkan tangannya, "Chen Liangliang. Mahasiswi Le Xin, Departemen Fashion, yang baru mengubah profesi menjadi pengagum dewa IT."

Uluran tangannya disambut baik. "Aku Ding Bo dari jurusan IT."

"IT?" Lelaki itu mengangguk sembari mengulurkan tangan ingin berjabatan dengan Yun'er setelah selesai bersalaman dengan Liangliang.

Yun'er tersenyum tipis, tentunya dibalas balik oleh lelaki berkulit cerah di hadapannya. "Bai Yun'er dari jurusan IT juga."

Kedua bola mata Liangliang berbinar. "Wah, berarti Ding Bo sama jurusan dengan Shangguan Fengwei?"

Ding Bo memanggut. "Iya, kami sekelas."

Sepasang tungkai bawah Liangliang sudah bergerak-gerak antusias. Penuh harap Ding Bo menjadi akses informasinya.

"Apakah kau akrab dengannya?"

Lagi, lelaki itu mengangguk menjawab pertanyaan Liangliang. "Kami ditempatkan di satu kamar asrama yang sama."

Liangliang sontak menghentakkan kedua kepalan tangannya di atas meja dan berdiri. Semangatnya membara mengalahkan kobaran jiwa para patriot dalam perang mempertahankan kemerdekaan. Entah sadar atau tidak sadar beberapa pasang mata mencuri pandang ke arahnya karena itu. Jelas. Ding Bo dan Yun'er yang satu meja dengannya saja terkejut sama tingkahnya.

"Ayo, beri tahu aku semua tentang Fengwei. Apa kesukaannya? Apakah dia mengorok atau ileran saat tidur? Yang terpenting, apakah dia sudah mempunyai pacar?"

Badan Ding Bo sampai memasang ancang-ancang dengan mundur seinci tatkala ditodong sekian banyak pertanyaan. Ngeri dengan semangat gadis yang duduk di samping Yun'er.

Kuciran tinggi gadis itu mengayun-ayun karena gelengan pelan kepala saat melihat kelakuan temannya. Yun'er berdecak tercengang. "Kalian mengobrol dulu. Aku mau ke toilet sebentar," izinnya.

 Aku mau ke toilet sebentar," izinnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

February 11, 2021 | NadeClaire❄

Longing DesignWhere stories live. Discover now