Hello!

970 79 40
                                    

Halo! Perkenalkan, aku Nade Claire. Tepat di samping kiriku, terdapat kaca yang membatasi ruang ber-AC ini dengan tempat di mana kulit kita semua dipastikan berubah warna bila tidak memoleskan sunblock. Kalau bukan karena berkepentingan menemui seseorang, aku akan lebih memilih beraktivitas seperti orang lain yang berlalu-lalang di luar sana atau mungkin yang berada di taman seberang.

Kerincing lonceng kecil di pintu kafe mengalihkan perhatianku dari layar laptop bukan untuk pertama kalinya. Namun setidaknya, kali ini benar saja menampakkan batang hidung orang yang aku nanti-nantikan. Aku melirik arloji yang melingkar di pergelangan tanganku ketika wanita berbalut A-line dress kuning stabilo tampak sibuk memilih menu di meja bar. Ah, setidaknya dia tepat waktu.

Tidak butuh waktu lama, wanita itu menoleh dan memamerkan deretan gigi putihnya kepadaku. Tangannya yang mengapit secarik bon dilambai-lambaikan di udara guna menyapaku. Ankle strap heel yang mungkin ada setinggi 12 cm itu menapak mendekati tempat aku duduk.

Tanlia menarik banyak pasang mata penuh minat. Jelas saja, warna ngejreng potongan gaun selututnya saja sudah dengan sengaja mengundang perhatian.

"Eh, udah tinggi banget ya sekarang," ledekku sebelum akhirnya tertawa melihat ekspresi mencebik Tanlia yang baru duduk. Tentu saja dia sangat sadar bahwa aku hanya melemparkan lelucon lagi, mengingat dirinya memang mungil pendek.

Aku meraih gelas dingin dan meneguk sedikit isinya setelah tertawa, lantas kembali berucap, "Sumpah, kamu beda banget sama dulu. Penampilan kamu ... wow."

Jujur, aku hampir tidak mengenalinya. Tanlia selalu memiliki jiwa dan penampilan paling young di kelas dulu. Terkesan begitu tidak memiliki beban atau bisa dibilang kekanakan di antara anak sepantarannya.

"The world changes every single second." Tanlia menaikkan sedikit kedua bahunya sejenak, lalu terkekeh. "Mau enggak mau. Profesi ini nuntut aku berpenampilan lebih modis dan dewasa."

Aku mengangguk paham. Tuntutan terhadap seorang Fashion Designer.

"Selamat, ya, hasil desainmu sukses besar di fashion week kemarin."

Tanlia tersenyum ceria. "Thanks."

Teringat kepada tujuan awal mengajak Tanlia ketemuan. "Jadi ..., bisa kita mulai?" tanyaku. Jemariku menggerakkan tetikus. Mulai membuka lembar kerja baru Microsoft Word.

Wanita bermata belo di seberangku mengangguk.

"Oke. Pertama, haruskah aku memanggilmu Tanlia atau Chen Liangliang atau ST?"

Tanlia memanyunkan bibir untuk ke-dua kalinya.

"Hahaha. Baiklah. Aku dengar kamu punya kisah romansa saat melanjutkan pendidikan di Negeri Tirai Bambu."

TBC ...

👔👔👔

Welcome back to my new story!

Padahal ada Hapendoxist sama Amethyst yang belum tamat, kenapa aku sudah memulai cerita baru saja?

Jadi, cerita ini ditulis dalam rangka February Writing Challenge bersama banyak penulis lainnya yang juga ikutan. Selama 28 hari ini, kami bakal dapat keyword yang berbeda-beda.

Oleh sebab itu, cerita ini aku mau coba ngalir saja, hanya dengan modal premis dan sinopsis, tanpa outline. Doain saja enggak kacau ya hahaha. Kalau kacau, nanti paling direvisi kapan-kapan setelah kelar deh hehe.

Yang pasti, ini bakal jadi cerita aku yang bisa terbilang raw banget. Aku rasa bakal direvisi nantinya dengan pematangan karakter, plot, riset, dan lainnya dalam cerita ini.

Oh iya, terima kasih kepada teman SMA-ku yang berinisial CT dan JC. Semoga hasil riset kecil dengan bantuan kalian yang kuwawancarain dadakan ini enggak kaleng-kaleng (bisik: nanti aku ganggu lagi ya wkwk). Makasih, ya, hehe.

Buat yang baca, pastikan jangan lupa vote & comment supaya aku semangat, ya🤗.

Jangan lupa follow IG: nadeclaire15 untuk banyak info lainnya❤.

Longing DesignWhere stories live. Discover now