[Bagian 50] Tara egois?

Mulai dari awal
                                    

Pria itu berdiri di samping Tara yang masih menatap ke arah jendela.

"Kenapa nangis?" tanya Arga dingin. Kalau kalian mengira Arga akan meminta maaf karena sudah menampar istrinya, kalian salah. Justru Arga marah pada Tara karena berani mengucapkan kata yang sangat pria itu benci. Arga yang akan menunggu Tara meminta maaf dan menarik kata-katanya tadi pagi.

Bukannya menjawab, air mata Tara malah semakin deras mengalir membasahi kedua pipinya. Tara terus-menerus menghapus air matanya dengan punggung tangannya, ia tidak ingin menangis di hadapan Arga.

Arga menghela nafas berat. "Makan dulu," ucap Arga lagi-lagi nada biacara terdengar datar, tetapi Tara tidak perduli, ia tidak mau memikirkan itu. Kali ini biarkan Tara bersikap egois sekali saja.

"Ra, makan," ulang Arga sekali lagi karena Tara masih terdiam.

Tara menggeleng tanpa menoleh menatap Arga membuat mata pria itu menggelap. "Aku bilang makan! Dari pagi kamu belum makan, Ra. Kenapa susah banget sih?!" ucap Arga hilang kesabaran.

"Aku nggak mau, gausah maksa!" jawab Tara tak kalah tajam.

"Bisa nggak sih, kalo lagi sakit tuh gausah ngerepotin orang? Tinggal nurut aja apa susahnya?!" ucap Arga pedas membuat hati Tara tergores.

Tara menatap Arga dengan tatapan tajamnya. "Aku nggak minta di repotin sama kamu! Jadi gausah repot-repot ngurus aku, aku bisa sendiri!"

Arga menggeram marah. "Mau kamu apa sih, Ra?!"

"Mau aku? CERAI!" jawab Tara lantang. Tara benar-benar sudah gila, apakah ia tidak sadar dengan apa yang ia ucapkan?

Prang!

Arga melempar nampan yang berisi piring makanan, gelas, serta obat itu ke lantai sehingga menimbulkan suara yang begitu nyaring di telinga mereka. Tara memejamkan matanya kala mendengar suara serpihan beling yang terjatuh ke lantai.

"Kenapa kamu pengen banget minta cerai, hah?!" tanya Arga menatap istrinya itu dengan sorot mata tajam.

Tara diam, seketika otaknya buntu, ia tidak tahu harus menjawab apa sekarang.

"Argh!!" Arga meninju tembok dengan sangat kencang karena Tara tidak menjawab pertanyaannya.

Tara meremas kuat-kuat seprai rumah sakit di genggamannya.

"JAWAB TARA!" Tara memejamkan matanya mendengar bentakan marah dari Arga. Air matanya kembali terjatuh, ia tidak bisa menahannya.

"Kamu pikir dengan kamu minta cerai semua masalah di hidup ini akan selesai, hah? Kamu pikir cerai itu salah satu jalan keluar dari masalah, iya?! Inget ya, Ra. Aku nggak pernah main-main soal pernikahan, dalam hidup aku menikah itu cuman satu kali dan nggak ada kata cerai!" ucap Arga dengan tegas.

Pria itu menatap Tara dengan dada yang bergemuruh, ia sangat sulit untuk mengendalikan emosinya.

"Mana Tara yang dulu? Tara yang kuat, Tara yang selalu membuat keputusan dengan kepala dingin. Kemanaa? Kenapa kamu jadi kayak gini, sih, Ra?" tanya Arga dengan raut wajah sedih.

"Biarin aku jadi egois sekali ini aja, Ga! Aku capek kayak gini terus, aku nggak mau ada orang yang sama benci aku, apalagi itu sahabat aku sendiri, kamu pikir enak dibenci sama sahabat sendiri? Enggak enak, Ga. Rasanya sakit!" balas Tara menangis mengingat Bella yang sangat membencinya sampai berani mencelakainya seperti ini.

Arga tertawa getir. "Jadi kamu tetep mau cerai, hm?"

Tara diam tak menjawab.

"Kamu mau bikin aku gila, sayang? Iya?" Mata pria itu memerah.

ARGATARA [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang