01. Sepatu Nyasar

Mulai dari awal
                                    

Demi Tuhan dia baru kelas sepuluh. Kalau terus-terus begini, sama artinya dengan ia harus menanggung semua beban mental ini selama setidaknya dua setengah tahun kedepan. Rasanya, ingin Candy menangis meraung-raung sekarang dan mencakar aspal sambil meneriakkan, "TIDAAAAAKKK!!!"

Tapi semua itu harus ia simpan dulu. Candy memeriksa arloji di pergelangan tangannya. Dua menit lagi. Demi susu beruang cap naga terbang! Masih ada setidaknya dua ratus meter membentang di depan antara dirinya dan gerbang sekolah. Juga, Pak Amitab Bachan yang kumisnya sudah terlihat dari tempat Candy berdiri saking tebalnya Sanggup kah ia berlari ke sana sekarang tanpa kehabisan napas?

Ponselnya bergetar lagi, menampilkan berderet-deret pesan.

Karina Aespa: LO KENAPA MALAH SANTAI DI TENGAH JALAN BEGITU, BOCAH?!

Dasha Taran: PAK AMITAB BACHAN MULAI NARIK GERBANG!

Dasha Taran: 5 METER LAGI!

Dasha Taran: 4 METER!

Jennie Blackpink: Ada yang mau ke kantin? Nitip pop ice.

Karina Aespa: Orang yang sibuk Jamilah!

Dasha Taran: 3,5 METER!

Kepanikan mulai menggerayangi Candy. Tangannya gemetar ketika ia mengetikkan balasan cepat

Moon Gayoung: OTW!!! Tahdgl grrbangny plse!

Karina Aespa: Lu ngomong apaan anjir!

Jennie Blackpink: Serius nggak ada yang ke kantin?

Dengan sisa-sisa energi yang didapat dari martabak jumbo tadi malam, Candy mengepalkan kedua tangan dan melanjutkan lari. Hari ini ia tidak boleh kalah oleh Pak Amitab Bachan! Ia tidak ingin berakhir membersihkan toilet atau memutung rumput atau mengangkut kursi-kursi di gudang hingga Candy dapat merasakan lengannya mulai berotot. Tidak lagi, Esmeralda!

Bisa! Bisa! Bisa!!!

Tapi lututnya mulai lemas dan napasnya tersengal. Boleh pingsan saja sekarang?

Satu hal menyebalkan dari SMA Garuda Pratama aka SMAGAMA yang ia banggakan ini adalah, jalan masuk yang panjang. Kendaraan umum yang tidak teregistrasi hanya diizinkan sampai palang pembatas saja. Selanjutnya ada tujuh bukit dan delapan lembah yang harus Candy lalui agar bisa mencapai gerbang sekolah. Tidak akan begitu masalah seandainya waktu hidup dan matinya hanya tinggal hitungan menit seperti sekarang.

"CANDYYYY!!!"

"CANDY BURUAAANNN!!!"

"GO GAYUNG GO!!!"

Candy mendongak. Dari kejauhan ia melihat ketiga sahabatnya, Selin, Deera, dan Alexa melambaikan tangan menyemangati. Kode nama ketiganya secara berurutan adalah Dasha Taran, Karina Aespa dan Emma Watson. Dasha Taran adalah cewek dengan kaca mata, rambut yang kerap dianyam, dan seragam yang dikancing sampai atas itu. Selin yang blasteran Betawi – Pekalongan itu memang tidak ada mirip-miripnya dengan Dasha Taran, tapi biarlah dia berimajinasi. Di sampingnya, Karina Aespa, cewek dengan muka galak, mulut galak dan mata besar galak seperti tokoh utama film horor namun hatinya selembut pantat bayi. Lalu ada Alexa, si atlet voli sekolah yang sedikit tomboy tapi super cantik, sedikit bule, makanya teman-teman memanggilnya Emma Watson meski dia tidak suka. Alexa yang lebih suka dipanggil Alex benci sekali dengan label-label aneh ini. Untuk sesaat, Candy merasa tersanjung, meski sahabatnya yang lain, cewek yang kadang dipanggil Jennie Blackpink dan kadang dipanggil Cupi Cupita itu tidak hadir, pasti masih sibuk menitip pop ice.

Cinderella Effect [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang