Bagian 1 : -Lelaki Getir-

6.1K 774 260
                                    


Klinik kesehatan mental, Healthy Mind Center, sengaja dibangun di tempat dengan intensitas kebisingan yang rendah, demi menciptakan suasana yang meditatif. Meski demikian, letaknya tetap mudah dijangkau karena tidak begitu jauh dari pusat kota. Melalui pendekatan healing enviroment, klinik ini mampu menciptakan rasa nyaman bukan hanya bagi mereka yang memiliki masalah kejiwaan, tapi juga bagi mereka yang baik-baik saja.

Area klinik terhitung sangat luas dengan adanya taman terbuka hijau berhiaskan topiary berbentuk burung merak besar. Sementara petak-petak yang ditumbuhi bunga berwarna-warni membentuk ekor sang merak. Terdapat jembatan kayu panjang yang dipasang dari pohon ke pohon, serta aliran sungai kecil di beberapa titik strategis yang berujung di danau yang dikelilingi saung-saung unik untuk bermeditasi.

Di sisi lain, bangunan utama berkonsep modern kontemporer yang dibangun di tengah-tengah area klinik, berhasil menciptakan kontras desain yang apik. Beruntung proyek kliniknya disponsori langsung oleh dua keluarga paling berpengaruh di tanah air. Jayadiningrat dan Astaguna, yang tidak lain adalah ayah dan paman Mila sendiri.

Dirancang secara khusus oleh duo arsitek muda ternama. Langit Abdimandala, yang merancang lansekapnya, dan Bumiputera Bimasakti yang merancang bangunan-bangunannya. Harapan Mila membangun klinik jiwa yang tampak seperti family leisure park ini hanya dua. Pertama, ia ingin keluarga sering-sering menjenguk anggota keluarga mereka yang kejiwaannya bermasalah. Karena bagaimanapun juga, keluarga adalah support system utama yang membantu penyembuhan. Kedua, ia ingin orang-orang berhenti memberi stigma 'gila' baik kepada para ODMK (Orang Dengan Masalah Kejiwaan) maupun ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa). Berhenti mengabaikan mereka, apalagi sampai memperlakukan seolah-olah mereka binatang yang tidak layak diperlakukan dengan baik.

Siang itu, setelah selesai memberikan konseling pada pasien depresi yang berniat bunuh diri, Mila berbelok menuju ruang rekan kerjanya lambang ruang kerjanya sendiri yang hanya berjarak beberapa langkah. Terdengar decakan sebal kala Mila memasuki ruangan dan langsung berbaring di atas sofa khusus untuk pasien.

"Mer, aku mau konsultasi," ujar Mila kepada Meridian, seorang dokter spesialis kejiwaan pecinta uang yang ia rekrut langsung dari rumah sakit jiwa terbaik milik pemerintah.

"Kau tahu kan berapa tarif konsultasi denganku? Karena ini sudah masuk jam makan siang, jadi harganya dua kali lipat!" Wanita berkacamata tebal dengan rambut dikepang itu menatap Mila tanpa ekspresi.

"Bawel!" Mila bangkit duduk agar bisa menatap wajah Meridian. "Aku bos di sini. Kau tidak takut kupecat?"

"Tidak. Lagipula, sepertinya cuma kau psikolog yang punya banyak masalah mental."

"Diam! Pokoknya kau cukup mendengar dan menjawab pertanyaanku secara profesional." Mila berdeham dan kembali berbaring seraya memejamkan mata. "Begini, apa mungkin aku bisa mengalami depersonalisasi lagi?" tanya Mila, menyebut istilah yang mengacu pada suatu kondisi saat ketika seseorang merasa dirinya tidak nyata.

"Kenapa memangnya?  Kamu merasa jiwamu kabur lagi dari ragamu?" Meridian mengempaskan tubuhnya ke atas kursi seraya membuka bungkusan yang sepertinya baru diantar kurir. Aroma nasi Padang langsung menguar memenuhi ruangan dalam sekejap.

Mila mengendus-endus, lantas kembali duduk. "Astaga, kamu makan saat aku lagi konsultasi?" protesnya melihat Meridian dengan santai mencampur nasi padangnya menggunakan sendok, sebelum menyantapnya dengan lahap. Dalam sehari wanita pecinta nasi Padang itu bisa makan sampai lima kali. Meski begitu, sosoknya yang tetap ramping membuat Mila percaya kalau semua lemak itu lari ke otaknya yang genius.

"Ini jam makas siangku, Mil," ujar Meridian acuh tak acuh, sebelum melanjutkan. "Menurutku, selama gejala yang kau alami tidak sering dan tidak mengganggu aktivitas, kau tidak perlu khawatir."

Kemilau RevolusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang