Di sisi lain ketiga cowok yang katanya famous itu sedang duduk di depan teras mushola dengan membuka sepatu dan kaos kakinya sambil mengobrol, bercanda gurau dan tertawa, semua itu tak luput dari pandangan kaum hawa yang menatapnya penuh kagum.
Dan saat ketiga cowok itu tertawa tidak sedikit cewek yang melihatnya terpekik tertahan. Sungguh nikmat mana lagi yang kau dustakan! Pikir seluruh siswi di sekitar yang melihatnya.
Namun mereka bertiga menanggapinya dengan biasa saja.
"Ken anjir kaos kaki Lo kucel amat." Ucap Naufal yang melihat kaos kaki Kevin berwarna putih kecoklatan.
"Ohh iya nih tadi gue habis kejar-kejaran." Ucap Kevin malas, mengingat kejadian beberapa menit yang lalu.
"Ngapain kejar-kejaran?" Tanya Davando keheranan.
Kevin menghela nafas panjang dan siap untuk menceritakan kejadian absurd tadi.
"Kelas gue kan sepatunya sering dibuka untuk menjaga kebersihan, nah pas tadi gue mau keluar kelas gue lupa naroh sepatu ya gue nyalahinlah si Afifa yang piket hari ini, gue nyari si Afifa di dalem kelas gak ada." Jeda sebentar.
"Terus?" Tanya Naufal yang penasaran dengan cerita temannya itu.
Sedangkan Davando hanya menyimak saja.
"Terus gue keluar kelas tanpa memakai sepatu hanya kaos kaki aja yang melekat di kaki gue, nah gue liat tuh di lapangan si Afifa lagi benerin tambang tihang bendera, gue samperin dia sambil lari-larian pas gue hampir sampai di hadapannya lalu dengan begonya dia malah ikutan lari ya otomatis dong gue kejar-kejaran sambil teriakin namanya. Kebayangkan gimana nasib kaos kaki gue ini, Dan Lo pada tau gak respon dia pas gue tanyain kenapa dia malah ikutan lari?" Kevin menjeda ucapannya, Dava dan Naufal menggelengkan kepala.
"Ehm gue nanya gini.. Fa udah deh Lo kenapa sih gue samperin Lo malah lari? Gue cuma pengen nanya liat sepatu gue gak? Dan kemudian si Afifa dengan wajah tanpa dosanya bilang... gue nggak kenapa-napa kok, cuma pengen ngelatih fisik aja kebetulan liat Lo lari-larian yaudah gue ikutan lari, tuh sepatu Lo ada di rak paling ujung." Lanjut Kevin sambil menirukan suara Afifa. Terdengar imut namun amit menurut Davando dan Naufal.
"..." Hening. Davando dan Naufal yang mendengarnya hanya menatapnya dengan tatapan cengo.
Selang beberapa detik kemudian.
"Anjir bego! Eta lain babaturan aing! Bhuahahaha." Ucap Naufal disusul dengan ketawa ngakak. (Anjir bego! Itu bukan teman gue)
"Puas banget Lo bang." Kevin beralih menatap Dava yang sedari tadi memandang datar ke arahnya.
"Kenapa? Kok Lo gak ikutan ketawa bang?" Tanya Kevin penasaran melihat respon temannya yang satu ini.
"Gue pengen ketawa sambil kayang sebenarnya." Jeda. "Tapi, gue tahan karena gue lebih menghargai ketidakwarasan spesies manusia macem Lo." Ucap Dava tersenyum miring.
"Makasih lho bang Dav, bang Nopal atas respon yang telah engkau berikan kepada hamba yang ganteng in---" Ucap Kevin sok imut.
"Dav kuy lah kita ambil wudhu." Potong Naufal cepat sambil beranjak meninggalkan Kevin yang masih diam di tempat.
"Woylahh tungguin dede yang ganteng ini abang-abangkuuuu." Seru Kevin mengejar mereka yang kini sudah menuju tempat pancuran air wudhu.
Kelakuan mereka kadang tidak bisa diprediksi kadang absurd kadang juga bobrok. Tetapi rasa kebersamaan dan kepeduliam mereka kepada satu sama lain selalu ada.
Selesai wudhu mereka bertiga berjalan menuju area dalam mushola masih diselingi ketawa cekikikan dan kejailan Kevin kepada Naufal. Davando tertawa lebar kala melihat kekonyolan temannya, tanpa Davando sadari dari arah berlawanan seorang gadis tengah berjalan tergesa-gesa dan...
YOU ARE READING
DAVARA (On Going)
Non-FictionSeorang gadis dengan sifat cueknya dipertemukan atas dasar ketidaksengajaan dengan seorang lelaki yang bersifat friendly. Clara Andara dan Davando Alkairo memiliki sifat yang bertolak belakang namun saling melengkapi akan tetapi kisah hidup mereka...
