"Waaaah basah Ang, " Rana segera turun dari motor dan berlari ke sudut warung. Angkasa juga demikian.

"Ujannya dereees bangeet" Rana menarik Angkasa agar lebih dekat. Angkasa pasrah saja, tanpa sengaja ia menoleh seragam Rana yang agak basah. SERAGAMNYA TEMBUS PANDANG.

"Lo ga make daleman lagi? " Angkasa kesal dan segera memberikan ranselnya untuk menutupi dada Rana. Bra Hitam yang menggoda. Angkasa tak suka jika punyanya di lirik manusia lain. PUNYA???.

Dengan santainya ia menggeleng. Tapi tetap menerima ransel Angkasa. "Berat"

Angkasa berdesis kesal. Ga pahan dengan isi kepala gadis ini.

Rana berdiri dan menyandarkan punggungnya pada tembok di emperan warung, begitupun Angkasa.  Mata mereka tertuju pada jalan Raya yang ramai di lintasi oleh anak-anak Pelita yang hujan-hujanan.
Lalu melintaslah pria jakung yang tadi di ajak Rana ngobrol di parkiran. Ia melambaikan tangan dengan heboh saat melihat Rana meneduh di emperan warung.

"Gleeeeeeen" Rana membalas lambaian tangan pria jakung tersebut tak kalah heboh.

Angkasa merasa agak kesal dengan Rana, ia merasa kurang suka dengan tingkah Rana yang terlalu Wellcome dengan banyak cowok.

"Siapa? " Tanya Angkasa  dengan tatapan kesal.

"Ketua kelas gue, " Ia tersenyum lalu memperhatikan genangan air di jalan depan warung kini kian meninggi.

"Kenapa ga nebeng sama temen kelas lo? " Dari nada suaranya ia terkesan tak ikhlas pulang bareng Rana.

Rana menaikan satu alisnya lalu menatap mata Angkasa dengan tatapan kesal "Tadi pas di parkiran lo langsung narik gue aja, padahal udah dapet tebengan"

Angkasa hanya memalingkan muka kemudian mereka diam. Hingga tiba-tibatiba-tiba. ....

BROOOOOOOOOM.........

Sebuah mobil hitam melaju menembus jalan, menerobos hujan dengan egois tanpa peduli orang di sekitar jalan yang basah akibat muncratan dari genangan air yang ia lintasi.

Angkasa secara sigap melindungi Rana dengan menarik tubuh Rana kemudian mendekapnya ke dalam peluk Angkasa yang hangat. Hingga punggungnya terkena muncratan air yang keruh, membuat seragamnya kotor.

Sekilas kedua manik hitam mereka bertemu,
Saling pandang dalam dunia tak jelas arah,
Ada suatu tentang yang tak mereka  pahami
Apa itu? Mereka juga tak tau

"Modusss yaaaaa" Rana lebih dulu memutuskan kontak, dan melepaskan diri dari peluk Angkasa yang nyaman yang hangat, jika boleh ia meminta sedikit lebih lama lagi pasti sudah di pintanya. Namun sayang ia masih punya malu.

Angkasa juga mendorong Rana supaya menjauh, "gue cuma ngelindungin.... " Matanya menyebar kemana-mana hingga menangkap tas miliknya yang Rana peluk "Laptop gue, takut rusak kena air"

Rana menoleh ke tas hitam lalu mengangguk-angguk.

Rana menyeret lengan Angkasa masuk kedalam rumah saat mereka baru saja tiba. Langit sudah gelap saat hujan reda, setiba di rumah pun langit kembali gerimis. Sejujurnya Angkasa tak ingin singgah, ia ingin pulang berharap dapat menemui orang tuanya secepat mungkin.

"Mampir bentar napa, " Protes Rana sambil terus memaksanya masuk.

Angkasa tersenyum sepanjang Rana menyeretnya, gemas saja melihat kelakuannya yang seperti anak kecil. Saat masuk ke dalam Rumah, Rana mendorong Angkasa menaiki anak tangga yang menuju ke kamarnya. Rana membuka pintu kamarnya yang mungil, saat masuk Angkasa cukup tertegun melihat kamar gadis yang ternyata sangat rapi. Pemilihan warna yang kalem dan interior yang pas berbeda dengan ruang tamu yang nampak tak hidup, kamar ini terlihat begitu nyaman.

Mr. Angkasa (18++) Where stories live. Discover now