"Aku ga tau harus gimana Sa, aku udah terlanjur suka ke kamu. Aku harus tetap polos gini atau... Ah aku ga boleh egois" Guman Kirana dengan raut penuh kecewa.

Hari ini Angkasa melewati harinya dengan sedikit buruk, ia tak bisa tekun belajar seperti biasanya. Fokusnya buyar semua karena masalah yang cukup banyak, bahkan jika biasanya hari senin ia yang paling aktif menyiapkan segala perlengkapan upacara, tapi tidak untuk hari ini. Ia melewati ruang OSIS saat bel pulang telah berbunyi nyaring, biasanya ia mampir untuk menyampaikan arahan atau sekedar basa-basi dengan OSIS lain tapi kali ini tidak. Ia ingin cepat-cepat pulang ke rumah orang tuanya, bertemu sang ibu atau ayahnya yang cukup ia rindukan siapa tau mereka dapat memberikan solusi.

Saat keluar dari koridor, ia mendongkrakan kepalanya ke langit melihat awan cumulonimbus nampak pekat diatasnya, hujan akan segera turun. Angin mulai berhembus membawa udara dingin, ia cepat-cepat melangkah pergi.

"Angkaaasaaaaa" Teriak seseorang dari belakang Angkasa.

Angkasa berhenti dan berbalik, namun sulit melihat siapa yang memanggilnya karena orang-orang di belakangnya ramai sangat. Biasa Mahkluk yang ingin segera menghirup udara kebebasan.

Sebuah tangan melambai-lambai di balik keramaian tersebut, Angkasa terus mengamati si pelaku. Perlahan wajah Rana muncul bersama dua wanita di sebelahnya.

"Apa? " Tanya Angkasa ketus saat Rana sudah berdiri di hadapannya.

"Nebeng ampe pertigaan sekolah boleh? " Ia bertampang memelas. Matanya di kedip-kedipkan, bibirnya di kerucutkan dan tangannya didicakupkan. Sok imut.

"Muka" Gemoy menampol muka Rana.

"Kasian Rana, dia mesti jalan sendirian. Soalnya motor gue di bengkel. Jadi dia ga bisa nebeng. " Kata Vino menirukan mimik Rana

"Iya Ang, angkot jam segini ga ada lewat di depan sekolah. Anter ampe pertigaan doang, bentar lagi ujan"Tambah Gemoy dan anggukan oleh Rana dan Vino.

"Ogah" Angkasa kembali berjalan ke parkiran. Rana? Ia mengekor saat itu pula kedua sahabatnya berpisah.

Angkasa sadar jika Rana mengikuti langkahnya, bukannya kesal Angkasa malah bersikap acuh.

Rana sibuk menggoda adik kelas yang berjalan bersama pasangannya.
"Uhuyyyy dunia serasa milik berdua, yang lain ngontrak, huahahahah"

Rana tertawa luar biasa girang ia terus menggoda siapapun yang berjalan bersama pasangan.hingga semua pasang mata tertuju padanya begitupun Angkasa, ia sesekali curi-curi pandang kepada gadis yang tengah menari-nari dan tertawa bersama beberapa adik kelas yang tak ia kenal. Senyum tipis terukir di wajah Angkasa melihat kelakuan absurd gadis ini.

Sesampainya di parkiran Rana malah tak ada, Angkasa clingak-clinguk mencari gadis berkulit exotic tersebut. Maniknya mengkap punggung Rana, ia berbicara pada seorang pria tinggi jakung. Mereka nampak akrab buktinya dengan seenak jidat Rana menjambak rambut lelaki tersebut. Angkasa berdecak kesal lalu menghampiri mereka dan menarik Rana dengan seenaknya.

Rana menurut tanpa berontak. Ia malahan melambaikan tangan pada si cowok tersebut.

Saat Angkasa naik ke motornya tanpa aba-aba Rana pun naik. Orang-orang di sana menatap mereka dengan tatapan tak percaya. Seorang Angkasa membonceng Asa Derana? Bukannya Kirana?

Motor pun melaju meninggalkan parkiran, pasang mata sibuk mengamati mereka. Santapan anak mading ini. Wowww besok berita HOT akan tayaaangh  di mading sekolah.

Saat di jalan, Rana sibuk bersenandung sambil membaca spanduk-spanduk warung makan. Sebenarnya mereka sudah lewat dari pertigaan depan sekolah, tapi Angkasa sengaja tak menunrunkan Rana disana. Hingga sesaat kemudian bulir bening berjatuhan kian lama kian deras,mungkin ini alasan Angkasa tak menurunkan Rana di pertigaan sekolah, HUJAN AKAN TURUN. Angkasa segera menepi di sebuah warung yang tutup. Kalo ga bawa laptop mungkin dia bakalan tancap gasss saja.

Mr. Angkasa (18++) Where stories live. Discover now