ISEY || CHAPTER TIGA PULUH EMPAT

Start from the beginning
                                    

"Mama sama Papa kenapa nggak bilang kalau pergi hari ini?" tanya Cia sembari sesekali menatap Vian yang duduk melantai di depan TV.

"Bukannya Mama udah bilang ke kamu, ya?" Vian balik bertanya. Membuat Cia menghentikan kegiatannya sejenak. Gadis itu menepuk pelan dahinya ketika mengingat sesuatu.

"Oh iya... Mama sama Papa berapa hari di Kalimantan?" tanya Cia lagi.

"Seminggu. Kalau proyek yang di sana udah oke, baru Papa balik lagi ke sini." Vian bangkit dari duduknya lalu berjalan menghampiri Cia yang tengah berkutat dengan bumbu pasta di dapur.

"Kalau Papa ada proyek keluar kota Mama selalu ikut, ya?" tanya Cia penasaran. Gadis itu menatap Vian yang tengah menganggukkan kepalanya.

"Kenapa nggak Papa aja yang pergi?" tanya Cia lagi.

Vian menopang dagunya menatap Cia. "Karena Papa nggak bisa jauh-jauh dari Mama. Semua keperluan Papa harus Mama yang nyiapin."

Cia tersenyum. "Beda ya sama anaknya. Apa-apa sendiri," ujar Cia.

"Aku mah mandiri." Vian membanggakan diri. Membuat keduanya tertawa.

"Cia," panggil Vian lembut ketika tawa mereka reda.

"Hmm?"

"Aku minta maaf." Vian menatap Cia. Gadis itu berhenti mengaduk saus pasta yang sedang dimasak.

"Aku minta maaf udah bikin kamu nunggu lama waktu pesta ulang tahun Putri," Vian menjeda ucapannya.

Ah, tidak. Jangan sekarang ketika suasana sudah mulai membaik. Cia tidak mau mengungkit-ungkit masalah itu lagi.

"Malam itu tiba-tiba aja Dila minta aku buat anter dia pulang. Cia sungguh, kalau aku bisa milih, aku bakalan tetap di pesta itu dan nggak bikin kamu harus nunggu lama."

"Tapi malam itu posisi aku serba sulit." Vian menatap raut Cia yang berubah.

"Kalau kamu keberatan, aku bakalan bicarain masalah ini sama Dila."

"Nggak usah. Nggak perlu." tegas Cia. Membuat Vian mengerinyit bingung.

"Dila sahabat kamu, dan aku istri kamu. Mau gimana pun kamu ke Dila, tetap aku yang bakalan menang di hati kamu. Jadi yaa ... nggak usah."

"Malam itu aku cuma kekanak-kanakan aja, dan nggak mau dengar penjelasan dari kamu. Aku juga minta maaf, ya?" ujar Cia menatap Vian sembari tersenyum.

Vian tertawa menatap ekspresi Cia. "Kenapa jatuhnya jadi maaf-maafan? Kayak lebaran aja," ujar Vian berusaha mencairkan suasana.

Cia juga ikut terkekeh. "Kamu duluan yang mulai." Protes Cia.

Tak lama berselang. Pasta hasil racikan Cia masak juga. Mereka meletakkan dua piring beserta dua gelas jus di depan TV.

"Judul filmnya apa?" tanya Cia menasaran.

"Lihat aja, kamu bakalan suka kok." ujar Vian tersenyum ke arah Cia.

"Jangan bilang filmnya 18+," ujar Cia.

"Kalau itu mah aku bisa nonton sendiri," jawab Vian enteng yang langsung dapat pukulan di lengannya. Laki-laki bermata sipit itu terkekeh.

Ketika Vian akan menekan tombol play, seseorang mengetuk pintu rumah mereka dengan cukup keras karena di luar juga sedang hujan.

Cia dan Vian saling melempar pandangan. Vian menghembuskan nafas ketika ia melihat Cia bangkit dari duduknya. Gadis itu berjalan menuju pintu rumah lalu membukanya.

"Ya ampun, Ran. Kamu kenapa basah-basah gini?" pekik Cia kaget melihat kondisi sahabatnya itu. Mendengar suara Cia, sontak membuat Vian ikut bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pintu utama rumah.

I SHALL EMBRACE YOUWhere stories live. Discover now