ISEY || CHAPTER TIGA PULUH TIGA

Start from the beginning
                                    

Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk sampai di rumah Bunda Cia. Gadis itu turun dari motor Vian. Ia menyerahkan helm berwarna violet itu pada Vian.

"Empat hari lagi aku jemput," ujar Vian.

"Nggak usah, aku bisa pulang sendiri." Cia berbalik membuka pintu pagar lalu melenggang masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Vian yang kebingungan dengan tingkah Cia.

-

-

-

Cia memasuki rumah. Ia melihat Aini sedang sibuk di meja makan dengan berkas-berkas yang Cia tidak tahu apa.

"Bunda," panggil Cia.

Aini menoleh lalu tersenyum. "Gimana pendaftaran wisudanya? Lancar?" tanya Aini ketika Cia mendudukkan bokongnya di kursi di sebelah Aini. Cia mengangguk memberikan jawaban.

"Vian mana?" tanya Aini sembari menatap ke arah pintu masuk.

Cia menghela nafas pelan. "Nggak ikut."

"Lho kenapa? Kapan lagi suami kamu nginep di sini?" ujar Aini tanpa tahu isi hati Cia.

"Suami?" gerutu Cia dalam hati.

"Ayah mana, Bun?" tanya Cia mengalihkan pembicaraan.

"Ayah...." Aini nampak berpikir.

"Di belakang," jawab Aini akhirnya.

Cia menganguk-anggukan kepalanya. "Yaudah, Cia ke atas dulu, Bunda." Aini tersenyum menimpali.

Cia menyeret langkahnya dengan malas. Memutar kenop pintu lalu memberi sedikit dorongan agar pintu itu terbuka. Ia langsung merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Memandang langit-langit kamarnya. Dan seketika itu wajah Vian mencuat dalam bayangannya. Cia mengerjap berkali-kali. Mengusir bayangan laki-laki menyebalkan itu.

Gadis itu bangkit dari posisinya. Duduk di pinggir tempat tidur. Ia mengedarkan pandangannya ke segala arah. Lalu sorot matanya berhenti pada sebuah benda yang teronggok diatas meja belajar.

Cia merasa tidak asing pada benda itu. Ia menyipitkan matanya berusaha meneliti benda itu. Detik berikutnya matanya melotot tidak percaya kala mendapati ada sebuah boneka di kamarnya.

Gadis itu langsung berdiri dari duduknya. Ia meraih boneka itu. Benar. Itu adalah boneka pemberian dari Alvin.

"Bukannya boneka ini udah dibuang sama Vian?" tanya Cia pada dirinya.

Gadis itu langsung berlari ke arah dapur menemui Aini. "Bundaa!!!" teriak Cia dari tangga.

"Kenapa sih Cia?" tanya Aini merasa terganggu dengan suara Cia yang menggelegar.

"Bunda, ini siapa yang nganter?" tanya Cia sembari memperlihatkan boneka itu pada Aini.

Aini tersenyum, "Vian."

"Hah?!" tanya Cia kaget.

"Kenapa sih?" Aini balik bertanya.

"Seriusan dia yang nganter?" tanya Cia tidak percaya.

"Iya. Katanya dia alergi sama bulu boneka. Makanya boneka kamu dia bawa kesini." jelas Aini sembari melirik ke arah Cia sesekali.

"Lagian kamu kenapa bawa-bawa boneka ke sana sih?"

"Bukan Cia yang bawa, Bunda. Ini juga dikasih sama orang." Cia seakan menyesal kenapa ia begitu bahagia menerima hadiah ini dari Alvin beberapa bulan yang lalu.

"Siapa? Alvin?" tebak Aini.

Cia menunduk. Lalu mengangguk samar. Membuat Aini menghela nafas.

"Kapan Vian nganternya, Bun?" tanya Cia hati-hati.

Aini nampak berpikir. Ia menatap wajah Cia yang penasaran. "Dua hari setelah pertemuan keluarga di rumah Vian." Mata Cia terbelalak. Ia langsung berlari ke arah kamar. Tidak lama setelah itu Cia kembali turun.

"Mau kemana?" tanya Aini melihat Cia yang berlari munuju pintu.

"Mau pulang," jawab Cia.

"Nggak jadi nginap disini?" tanya Aini lagi.

"Enggak deh, Bun. Kapan-kapan aja." gadis itu langsung berlari ke arah gerbang kompleks perumahannya.

-

-

-

Segitu dulu aja,

tinggalkan jejak kalau kalian suka sama cerita ini

see ya~




Vv, Jan 2021

Toelisan,-

I SHALL EMBRACE YOUWhere stories live. Discover now