Malam itu Jisoo menyusuri gang sempit dan berkelok menuju rumahnya. Diantara remang cahaya lampu, langkahnya sedikit pelan, tubuhnya lelah karena seharian dia harus berdiri dibelakang meja resepsionis dan bekerja long shift untuk menggantikan rekannya. Sesekali Jisoo menepuk-nepuk bahu dan tengkuknya, berusaha sedikit membuat lelahnya hilang.
Semilir angin malam membuat anak rambut panjangnya yang diikat ekor kuda tertiup menyentuh lembut wajahnya. Seragam resepsionisnya telah berganti menjadi pakaian casual yang biasa dia kenakan: sweater dan jeans. Ditempatnya bekerja, semua karyawan yang menggunakan seragam tidak diperkenankan membawa pulang seragamnya. Sesuatu yang masih sama yang dia pakai saat dikantor adalah sepasang sepatu high heels yang dia kenakan saat bekerja kini juga dia kenakan saat pulang. Salah satu hak sepatu Jisoo mulai terasa goyang dan mengganggu keseimbangannya saat berjalan. Ini juga yang menyebabkan Jisoo berjalan pelan dan sesekali mengangkat salah satu kakinya untuk melihat keadaan sepatunya yang dia tahu sebentar lagi akan rusak.
Di sisi gang Jisoo melihat sesosok tubuh seorang pria mengenakan jaket boomber hitam sedang berdiri bersandar pada tiang lampu jalan, wajah pria itu tertunduk seolah sedang melihat pada sepatunya sendiri. Sedetik kemudian pria itu mengangkat wajahnya, menengadah pada cahaya lampu yang seakan menghujani wajah pria itu. Jisoo menghampirinya perlahan.
"Yukhei-ya..." Panggil Jisoo pelan.
Yukhei yang sadar akan kehadiran seseorang, segera mengusap airmata yang membasahi pipinya. Sepanjang perjalanan pulang dari toko milik ibunya Yukhei memang menangis. Dia tak henti-hentinya memikirkan tentang perasaan galaunya dan mengingat kata-kata ibunya, dia bahkan tak peduli dengan hadiah Jaehyun untuk ibunya yang sengaja dia tinggalkan di toko.
"Kau sedang apa disini?" Tanya Jisoo pada Yukhei yang masih berusaha mengusap sisa-sisa airmata di sudut matanya.
"Ah..." Yukhei hanya tersenyum sambil berpikir sejenak alasan yang tepat untuk berbohong. "Aku hanya..."
"Yukhei-ya, gwaencanha?" Jisoo memotong kalimat Yukhei, membuat Yukhei urung berbohong. "Kau...menangis?" Tanya Jisoo lagi tanpa menunggu jawaban Yukhei atas pertanyaannya sebelumnya, sambil menatap dalam mata Yukhei dibawah temaram cahaya lampu jalan.
"A...anieyo, nuna." Jawab Yukhei terbata sambil memalingkan pandangannya, berusaha menyembunyikan kebenaran.
"Gerae?" Tanya Jisoo memastikan, masih berusaha menangkap tatapan mata Yukhei yang sedang berpaling. Jisoo tahu bahwa Yukhei sedang berbohong.
Yukhei kemudian menatap Jisoo. "Ne." Yukhei mengangguk. "Ayo kita pulang bersama, nuna." Ajak Yukhei berusaha mengalihkan pembicaraan sambil mulai melangkah. Jisoo menyusul langkah Yukhei. Mereka berjalan berdampingan.
"Kau menyukai pekerjaanmu sekarang, nuna?" Tanya Yukhei sambil menyembunyikan kedua tangannya dari udara malam yang dingin kedalam kantung jaketnya, pandangannya menatap pada jalan yang mereka susuri.
KAMU SEDANG MEMBACA
T W O M O O N S
FanfictionDunia Yukhei berotasi tidak seperti yang dia inginkan, tapi dia pahami. Ibunya akan membuat dunia Yukhei berubah dalam sekejap. Sanggupkah Yukhei menerima perubahan dalam hidupnya? Seorang wanita datang dalam kehidupan Jaehyun sebagai sosok ibu yang...