3

71 8 0
                                    

"Wah...doryeonim, lengan anda sangat panjang." Ujar seorang pria paruh baya yang sedang mengukur lengan Yukhei dengan meteran jahit.

"Ya? Do...doryeonim?" Yukhei sedikit tidak percaya atas apa yang baru saja dia dengar, seseorang memanggilnya dengan sebutan doryeonim yang artinya tuan muda. Si pria paruh baya hanya tersenyum.

"Yukhei-ya, kau harus mulai membiasakan diri dipanggil dengan panggilan doryeonim." Ujar Tuan Jung yang duduk tepat dihadapan Yukhei, menyaksikan Yukhei dan Jaehyun fitting jas yang akan mereka kenakan di resepsi pernikahan orangtua mereka.

"Kau akan segera menjadi anakku, dan akan segera menjadi adik Jaehyun." Lanjut Tuan Jung, sambil menatap pada Jaehyun. Jaehyun hanya tersenyum pada ayahnya.

Ini adalah kali kedua Yukhei dan Jaehyun bertemu kembali sejak acara makan malam di hotel milik Tuan Jung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ini adalah kali kedua Yukhei dan Jaehyun bertemu kembali sejak acara makan malam di hotel milik Tuan Jung. Malam itu setelah sadar akan apa yang terjadi pada mereka sehari sebelumnya di pinggir sungai Han, mereka berdua memilih untuk diam dan seolah tidak saling kenal dihadapan orangtua mereka.

Ponsel Tuan Jung berdering, Tuan Jung beranjak dari kursinya untuk menjawab telepon, menginginkan sedikit privasi dengan meninggalkan anak dan calon anaknya yang berdiri kaku bersebelahan dengan tubuh yang masih digerayangi oleh meteran jahit.

Jaehyun yang melihat ayahnya berjalan menuju pintu butik lalu mulai membuka percakapan.

"Kita lupakan saja semua yang terjadi sebelumnya." Katanya pada Yukhei, pandangannya lurus kedepan tidak menatap Yukhei yang ada disebelahnya.

"Arrasseo." Jawab Yukhei singkat, juga pandangannya lurus kedepan.

"Aku menyukai ibumu, tapi untuk menyukaimu... Sepertinya kau harus berusaha lebih keras agar aku bisa menyukaimu." Jaehyun sambil tersenyum sinis.

"Apa?" Yukhei berpaling menatap Jaehyun yang masih memandang lurus kedepan. "Yah! Aku tidak peduli kalau kau suka atau tidak kepadaku. Asalkan ibuku bahagia, aku juga akan bahagia. Aku tidak peduli orang lain membenciku." Kata Yukhei seketika dengan sengit.

"Tsk."Jaehyun menyeringai, lalu menatap dalam-dalam pada Yukhei. "Aku adalah orang yang akan segera menjadi kakakmu, kau juga tidak bisa bersikap sedikit sopan pada seseorang yang akan menjadi kakakmu, Yukhei-ya?" Nada suara Jaehyun terdengar lebih menekan pada saat menyebut nama Yukhei dengan bentuk kalimat tidak formal.

"Jaehyun-ssi." kali ini berganti Yukhei menekankan nama Jaehyun dengan panggilan formal. "Kau baru saja memintaku untuk melupakan semuanya, jadi mari kita lupakan dan hentikan sampai disini." Yukhei melangkah mendekati Jaehyun, membuat si pria paruh baya berhenti mengukur tubuhnya. Yukhei dan Jaehyun saling tatap.

"Kau, kau boleh membenciku. Kau boleh tidak menganggapku. Aku tidak peduli asalkan kau bisa menghormati dan menghargai ibuku yang akan segera menikah dengan ayahmu." Lanjut Yukhei, kemudian melangkah pergi untuk keluar butik. Tidak peduli apakah si pria paruh baya sudah selesai mengukur tubuhnya atau belum.

T W O  M O O N SWhere stories live. Discover now