2

74 9 0
                                    

Sehari sebelumnya.

Siang itu Yukhei yang penampilannya selalu terkesan urakan dengan rambut berantakan, t-shirt putih polos, celana jeans belel, dan sepatu kets yang warna putihnya sudah tidak putih lagi, bergegas mengunci pintu pagar rumahnya sambil memakai jaket. Rumahnya terletak di sebuah gang di daerah Cheongpa-dong, daerah pemukiman padat kelas pekerja. Daerah yang memiliki banyak gang-gang sempit dengan rumah-rumah yang berdempetan. Kesibukan Yukhei mengunci pintu sambil memakai jaket itu membuat gang sempit didepan rumahnya terasa makin sempit. Rentangan tangan Yukhei yang panjang saat memakai jaket seolah menutupi gang tersebut.

Tanpa sengaja tangan Yukhei mengenai kepala seseorang dibelakangnya.

"Akh!" Suara kesakitan seorang wanita mengagetkan Yukhei, Yukhei membalikan tubuhnya

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

"Akh!" Suara kesakitan seorang wanita mengagetkan Yukhei, Yukhei membalikan tubuhnya. Wanita itu berjongkok sambil mengelus keningnya.

"Oh! Nuna!" Sadar akan wanita itu adalah seseorang yang dia kenal, Yukhei lalu juga berjongkok didepan wanita itu. "Nuna, gwaencanha?" Tanya Yukhei khawatir sambil kedua tangannya berusaha ikut mengelus kening si wanita.

"Ah! Twesseo!" Bentak si wanita sambil menepis tangan Yukhei. "Ini tidak baik, ini sakit sekali!" Bentaknya lagi sambil mengelus keningnya lebih kuat.

"Nuna, mianhe..." Ucap Yukhei pelan dengan suara beratnya sambil menatap dalam-dalam wajah wanita yang kesakitan itu. Sadar akan tatapan Yukhei, seketika wajah kesal wanita itu menghilang.

"Yah...Yukhei-ya, sudah berapa kali aku bilang agar kau jangan menatapku seperti itu." Wanita itu berhenti mengelus keningnya, ekspresinya datar.

"Mianhae, nuna..." Yukhei masih dengan tatapan yang sama. "Masih sakit?" Tanya Yukhei.

Wanita berumur di akhir dua puluh itu hanya mengangguk sambil mengalihkan pandangannya dari wajah Yukhei yang masih saja menatapnya.

Kedua tangan Yukhei merengkuh wajah wanita itu, perlahan dia sibakan helai-helai rambut panjang yang menutupi kening wanita itu, kemudian mendekatkan wajahnya pada wajah si wanita lalu meniup perlahan kening yang mulai memerah itu. Sejenak wanita itu memejamkan matanya, merasakan hembusan dikeningnya, tapi sesaat kemudian Yukhei tiba-tiba terdiam. Jantung Yukhei berdegup kencang. Wanita itu lalu membuka matanya. Sadar akan kekakuan diantara mereka, merekapun akhirnya berdiri.

"Nuna, aku pergi dulu." Kata Yukhei memecah kekakuan.

"Ah, ya." Jawab si wanita singkat juga dengan kaku, kemudian masuk kedalam rumah yang letaknya persis berhadapan dengan rumah Yukhei. Sedetik kemudian wanita itu keluar lagi.

"Kau mau kemana?" Tanya si wanita menghentikan langkah Yukhei yang akan pergi. "Audisi?" Tanya si wanita lagi.

Yukhei menggelang. "Battle dance." Jawabnya sambil tersenyum lebar.

T W O  M O O N SOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz